Asimtomatik

Revisi sejak 18 Maret 2021 07.19 oleh UcokMN (bicara | kontrib) (menambahkan teks dan referensi)

Pada ilmu kedokteran, penyakit asimtomatik adalah suatu penyakit yang sudah positif diderita oleh seseorang, tetapi tidak memberikan gejala klinis apapun terhadap orang tersebut. Penyakit asimtomatik mungkin tidak akan ditemukan sampai seseorang melakukan tes medikal (sinar X, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan lainnya). Beberapa penyakit tetap tidak diketahui gejalanya untuk waktu yang panjang, termasuk beberapa bentuk kanker.[1]

Penyakit

Hepatitis

Kondisi asimtomatik umumnya terjadi pada pasien yang menidap hepatitis akut, khususnya hepatitis C. Keadaan tanpa gejala umumnya terjadi pada pasien dengan penanda biokimia cedera hati yang hanya mengalami peningkatan yang sedikit. Pada hepatitis C, kondisi asimtomatik berakhir setelah fase prodromal dimulai.[2] Kondisi asimtomatik juga dialami oleh pengidap hepatitis kronis yang hanya mengalami peningkatan penanda biokimia setelah diperiksa secara rutin dalam laboratorium.[3]

Hipoglikemia

Kondisi asimtomatik dapat terjadi pada hipoglikemia dengan kadar gula darah sewaktu bernilai kurang dari 70 mg/dl.[4] Hipoglikemia asimptomatik dapat diketahui dengan pemantauan glukosa darah secara mandiri.[5] Kondisi asimtomatik dapat terjadi pada hari pertama hingga hari kedua sejak kelahiran bayi.[6]

Gagal ginjal kronis

Gagal ginjal kronis umumnya asimtomatik pada stadium awal. Ini dikarenakan gejala klinis yang terjadi pada gagal ginjal kronis tidak spesifik. Umumnya, gejala penyakit baru ditemukan pada tahap akhir penyakit. Kondisi asimtomatik menyebabkan penderita tidak waspada dan terlambat mencari pertolongan.[7]

Tuberkulosis dan efusi pleura

Tuberkulosis mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain. Gejala umum yang ditimbulkannya ialah tubuh lemas dan demam. Kondisi asimtomatik terjadi pada penderita tuberkulosis dengan gejala yang tidak jelas. Tuberkulosis dengan keadaan asimtomatik umumnya terabaikan. [8] Pada pasien yang mengalami efusi pleura, kondisi asimtomatik juga terjadi.[9]

Demam berdarah

Demam berdarah termasuk salah satu jenis penyakit tropis yang sulit dibedakan dengan jenis demam lainnya. Diagnosis demam berdarah dengue dapat keliru karena infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau memiliki gejala yang tidak jelas. Gejala berupa demam baru muncul secara mendadak setelah masa inkubasi.[10]

Virus

Sitomegalovirus

Asimtomatik dapat terjadi pada Sitomegalovirus (CMV).[11] Sitomegalovirus adalah virus yang masuk kedalam famili grup Herpesviridae pada tubuh manusia, virus ini umumnya diketahui sebagai virus herpes manusia 5.

Virus imunodefisiensi manusia (HIV)

Keadaan asimtomatik pada HIV ditemukan pada pengidap HIV yang telah ditetapkan positif. Pasien tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. HIV asimtomatik tetap dapat menular ke orang lain.[12] Kondisi asimtomatik ini merupakan akibat dari tidak dikenalinya virion setelah terperangkap di dalam sel dendritik folikuler yang terletak di pusat germinativum kelenjar. Sebagian besar virion di plasma berpindah ke kelenjar limfe.[13] Kondisi asimtomatik ini umumnya berlangsung selama 10 tahun dalam masa inkubasi.[14]

Virus herpes simpleks

Virus herpes simpleks dapat menyebakan infeksi genital. Periode infeksi terbagi menjadi 5 kategori yaitu yaitu episode I infeksi primer, episode I non infeksi primer, infeksi rekurens, asimtomatik, atau subklinis. Kondisi asimtomatik terjadi pada episode I infeksi primer. Virus memasuki tubuh pasien dan bergabung dengan DNA. Setelahnya, virus mulai memperbanyak diri dan menimbulkan kelainan pada kulit. Keadaan asimtomatik terjadi setelah virus berdiam diri di dalam ganglion saraf regional setelah melalui serabut saraf. Penularan virus herpes simpleks terjadi selama masa asimtomatik.[15] Kondisi asimtomatik kembali berlangsung selama masa inkubasi yang berlangsung selama rentang 3–7 hari. Penelitian restropektif memberikan informasi tentang kondisi asimtomatik sering terjadi pada virus herpes simpleks tipe 2 dengan persentase sebesar 50-70%.[16]

Koronavirus

Kondisi asimtomatik koronavirus bermula dari kasus suspek. Pada kondisi ini, pasien tidak memenuhi kriteria epidemiologis dengan hasil rapid antigen SARSCoV- 2 positif.[17] Kondisi asimtomatik pada koronavirus juga terjadi pada kasus konfirmasi dengan hasil rapid antigen SARSCoV- 2 positif.[17] Pada pasien dengan kriteria selesai isolasi dan telah menerima konfirmasi asimtomatik, pemeriksaan dengan metode reaksi berantai polimerase waktu-nyata tidak dilakukan. Pasien langsung dinyatakan selesai isolasi setelah menjalani isolasi mandiri selama 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi.[18]

Keracunan obat

Keracunan ibuprofen

Keracunan ibuprofen sebagian besar bersifat asimtomatik pada anak. Dosis ibuprofen pada kondisi asimtomatik rata-rata berada pada rentang 100 mg/kbBB. Pada sebagian kecil anak, dosis asimtomatik dapat mencapai 300 mg/kgBB. Kondisi asimtomatik pada keracunan ibuprofen membuat pasien harus memuntahkan obat atau melakukan bilas lambung. Keracunan ibuprofen juga dapat diatasi dengan mengonsumsi karbon aktif. Kondisi asimtomatik ini membat tidak ada antidot khusus terhadap keracunan ibuprofen.[19]

Referensi

  1. ^ "The Significance of Diagnosing a Disease as Asymptomatic". Verywell Health. Diakses tanggal 15 Maret 2020. 
  2. ^ Menon dan Kamarulzaman 2009, hlm. 66.
  3. ^ Menon dan Kamarulzaman 2009, hlm. 67.
  4. ^ Mansyur 2018, hlm. 32.
  5. ^ Mansyur 2018, hlm. 55.
  6. ^ Sinta, dkk. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi dan Balita (PDF). Sidoarjo: Indomedia Pustaka. hlm. 29. 
  7. ^ Hidayat, Meilinah (2018). Hidrolisat Protein dari Kacang polong (Pisum sativum. L) untuk Terapi Penyakit Ginjal Kronis (PDF). Bandung: Penerbit Alfabeta. hlm. 35. ISBN 978-602-289-453-7. 
  8. ^ Zuriati, Suriya dan Ananda 2017, hlm. 142-143.
  9. ^ Zuriati, Suriya dan Ananda 2017, hlm. 266.
  10. ^ Suwandono, Agus, ed. (2019). Dengue Update: Menilik Perjalanan Dengue di Jawa Barat. Jakarta: LIPI Press. hlm. 29. ISBN 978-602-496-108-4. 
  11. ^ "Identifying CMV infection in asymptomatic newborns – one step closer?". www.mdedge.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-25. 
  12. ^ Ahyar, J., dan Muzir (2019). Kamus Istilah Ilmiah: Dilengkapi Kata Baku dan Tidak Baku, Unsur Serapan, Singkatan dan Akronim, dan Peribahasa (PDF). Sukabumi: CV. Jejak. hlm. 59. ISBN 978-602-474-705-3. 
  13. ^ Wulandari, N.A., dan Setiyorini, E. (2016). Asuhan Keperawatan pada ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) (PDF). Malang: Media Nusa Creative. hlm. 13–14. ISBN 978-602-6397-41-6. 
  14. ^ Menon dan Kamarulzaman 2009, hlm. 7.
  15. ^ Harlim 2019, hlm. 43.
  16. ^ Harlim 2019, hlm. 44.
  17. ^ a b Burhan, dkk. 2020, hlm. 4.
  18. ^ Burhan, dkk. 2020, hlm. 38.
  19. ^ Soedarmo, dkk. (2008). Buku Ajar lnfeksi dan Pediatri Tropis (PDF) (edisi ke-2). Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. hlm. 39. ISBN 979-8421-14-0. 

Daftar pustaka

  1. Burhan, dkk. (2020). Pedoman Tatalaksana Covid-19 (PDF) (edisi ke-3). Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). ISBN 978-623-92964-9-0. 
  2. Harlim, Ago (2019). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (PDF). Jakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia. ISBN 978-602-1651-87-2. 
  3. Mansyur, Andi Makbul Aman (2018). Hipoglikemia dalam Praktik Sehari-hari (PDF). Makassar: Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin. ISBN 978-602-61363-4-3. 
  4. Menon, A., dan Kamarulzaman, A. (2009). Inikah HIV? Buku Pegangan Petugas Kesehatan (PDF). Darlinghurst: The Australasian Society for HIV Medicine. ISBN 978-1-920773-73-1. 
  5. Zuriati, Suriya, M., dan Ananda, Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi Aplikasi Nanda NIC dan NOC (PDF). Padang: Penerbit Sinar Ultima Indah. 

Lihat pula