Museum Sumpah Pemuda
Museum Sumpah Pemuda adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang berada di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat dan dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Museum ini dibuka untuk umum, setiap hari Selasa sampai dengan Jumat dari pukul 08.00 hingga 16.00 UTC+7, setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 08.00—16.00 WIB, dan setiap hari Senin dan hari besar nasional, museum ini ditutup untuk umum.
Didirikan | 20 Mei 1974 |
---|---|
Lokasi | Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat, DKI Jaya Indonesia |
Akses transportasi umum | KA Commuter Jabodetabek: stasiun Pasar Senen Transjakarta: (4M) (11V) halte Pal Putih |
Situs web | museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id |
Cagar budaya Indonesia Gedung Museum Sumpah Pemuda | |
Peringkat | Nasional |
Kategori | Bangunan |
No. Regnas | CB.9 |
Lokasi keberadaan | Jakarta Pusat, DKI Jakarta |
Tanggal SK | 1983, 1993 & 2013 |
Pemilik | Indonesia |
Pengelola | Museum Sumpah Pemuda |
Nama sebagaimana tercantum dalam Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya |
Museum ini memiliki koleksi foto dan benda-benda yang berhubungan dengan sejarah Sumpah Pemuda 1928, serta kegiatan-kegiatan dalam pergerakan nasional kepemudaan Indonesia. Museum Sumpah Pemuda ini didirikan berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta pada tahun 1972 dan menjadi benda cagar budaya nasional.
Sejarah
Bangunan di Jalan Kramat Raya 106, tempat dibacakannya Sumpah Pemuda, adalah sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa yang awalnya "hak guna bangunannya dipegang oleh Sie Kong Liong [1].
Di gedung milik pemerintah DKI ini pernah tinggal beberapa tokoh pergerakan, seperti
- Muhammad Yamin
- Aboe Hanifah
- Amir Sjarifuddin
- Soegondo Djojopoespito
- Setiawan
- Soejadi
- Mangaradja Pintor
- A.K. Gani
- Mohammad Tamzil dan Assaat dt Moeda.
Sejak 1925 gedung Kramat 106 menjadi tempat tinggal pelajar yang tergabung dalam Jong Java. Mereka kebanyakan pelajar Sekolah Pendidikan Dokter Hindia alias Stoviadan dari sekolah tinggi hukum RHS[2]. Aktivis Jong Java menyewa bangunan 460 meter persegi ini karena kontrakan sebelumnya di Kwitang terlalu sempit untuk menampung kegiatan kepanduan, diskusi politik dan latihan kesenian Jawa. Anggota Jong Java dan mahasiswa lainnya menyebut gedung ini Langen Siswo.
Sejak 1926, penghuni gedung ini makin beragam. Mereka kebanyakan aktivis pemuda dari daerahnya masing-masing. Kegiatan penghuni gedung itu juga makin beragam. Selain kesenian, mahasiswa di gedung ini aktif dalam kepanduan dan olahraga. Gedung ini juga menjadi markas Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI), yang berdiri pada September 1926, usai kongres pemuda pertama. Penghuni kontrakan, dengan payung PPPI, sering mengundang tokoh seperti Bung Karno untuk berdiskusi. Para pelajar menyewa gedung itu dengan tarif 12,5 gulden per orang setiap bulan, atau setara dengan 40 liter beras waktu itu. Mereka memiliki pekerja yang mengurus rumah yang dikenal dengan nama Bang Salim.
Pemerintah Hindia Belanda selalu mengawasi dengan ketat kegiatan rapat pemuda. Pemerintah memang mengakui hak penduduk di atas 18 tahun mengadakan perkumpulan dan rapat. Namun bisa sewaktu-waktu memberlakukan vergader-verbod atau larangan mengadakan rapat, karena dianggap menentang pemerintah. Setiap pertemuan harus mendapat izin dari polisi. Setelah itu, rapat dalam pengawasan penuh Politieke Inlichtingen Dienst (PID), semacam dinas intelijen politik. Rumah 106 ini juga selalu dalam kuntitan dinas intelijen ini, termasuk rapat ketiga Kongres Pemuda II.
Di gedung ini juga muncul majalah Indonesia Raya, yang dikelola PPPI. Karena sering dipakai kegiatan pemuda yang sifatnya nasional, para penghuni menamakan gedung ini Indonesische Clubhuis, tempat resmi pertemuan pemuda nasional. Sejak 1927, mereka memasang papan nama gedung itu di depan. Padahal Gubernur Jenderal H.J. de Graff sedang menjalankan politik tangan besi.
Kegiatan pemuda dialihkan ke Jalan Kramat 156 setelah para penghuni Kramat 106 tidak melanjutkan sewanya pada 1934. Gedung itu lalu disewakan kepada Pang Tjem Jam sebagai tempat tinggal pada 1937-1951. Setelah itu, gedung disewa lagi oleh Loh Jing Tjoe, yang menggunakannya sebagai toko bunga dan hotel. Gedung Kramat 106 disewa Inspektorat Bea dan Cukai untuk perkantoran pada 1951 - 1970.[3]
Pada 1968, Sunario berprakarsa mengumpulkan pelaku sejarah Sumpah Pemuda, dan meminta kepada Gubernur DKI mengelola dan mengembalikan gedung di Kramat Raya 106 yang "hak guna bangun"-nya dipegang oleh Sie Kong Liang tetapi telah habis masa berlakunya ke bentuknya semula. Tempat ini disepakati menjadi Gedung Sumpah Pemuda, tetapi usulan mengganti nama jalan Kramat Raya menjadi jalan Sumpah Pemuda belum tercapai.[4]
Gedung Kramat 106 sempat dipugar Pemda DKI Jakarta 3 April-20 Mei 1973 dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah Pemuda. Gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974. Dalam perjalanan sejarah, Gedung Sumpah Pemuda pernah dikelola Pemda DKI Jakarta, dan saat ini dikelola Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.[5]
Koleksi dan Tata Pameran
Koleksi
Sebagai museum khusus, koleksi museum ini terdiri dari koleksi yang berhubungan dengan peristiwa Sumpah Pemuda. Pada tahun 2007, keseluruhan koleksi berjumlah 2.867 koleksi, di mana koleksi utamanya adalah Gedung Kramat 106 yang merupakan tempat direncanakan dan dilaksanakannya Kongres Pemuda Kedua, 27 – 28 Oktober, 1928. Gedung ini terbagi atas bangunan utama dan paviliun. Bangunan utama terdiri atas serambi depan, satu ruang tamu, 5 kamar, dan satu ruang terbuka atau ruang rapat. Sedangkan bangunan paviliun memiliki 2 kamar.
Koleksi dari museum ini antara lain:
- Foto kegiatan organisasi pemuda, sebanyak 2.117 koleksi.
- Bendera organisasi, sebanyak 35 koleksi.
- Stempel, sebanyak 11 koleksi
- Biola Wage Rudolf Supratman, sebanyak 1 koleksi
- Patung dada tokoh pemuda, sebanyak 8 koleksi.
- Patung tokoh pemuda, sebanyak 11 koleksi.
- Perlengkapan pandu, sebanyak 9 koleksi.
- Jaket angkatan 1966, sebanyak 2 koleksi.
- Kursi, sebanyak 5 koleksi.
- Lukisan, sebanyak 4 koleksi.
- Vespa, sebanyak 1 koleksi.
- Diorama, sebanyak 1 koleksi.
- Pahatan marmer, sebanyak 3 koleksi.
- Monumen persatuan pemuda, sebanyak 1 koleksi.
- Lampu gantung, sebanyak 2 koleksi.
- Maket gedung museum sumpah pemuda, sebanyak 1 koleksi.
- Duratran, sebanyak 3 koleksi.
- Buku saku KBI, sebanyak 1 koleksi.
- Pewarta IPINDO, sebanyak 4 koleksi.
- Naskah statemen perjuangan 66, sebanyak 90 koleksi.
- Statemen perjuangan 66, sebanyak 50 koleksi.
- Dokumen perjuangan 66, sebannyak 18 koleksi.
- Buletin KAPPI, sebanyak 60 koleksi.
- Dokumen Brigade Ade Irma, sebanyak 104 koleksi.
- Proses persiapan dan pelaksanaan musyawarah luar biasa dan up-grrading se-Indonesia, sebanyak 23 koleksi.
- KAPPI Djaja Menteng Radja, Djakarta, sebanyak 23 koleksi.
- KAPI Komisariat Diponegoro 80, Djakarta Raya, sebanyak 8 koleksi.
- Sambutan gubernur kepala daerah khusus ibu kota Djakarta dalam memperingat “Brigadi Merah” Ade Irma, sebanyak 17 koleksi.
- KAPI Jaya Salemba Raya Djakarta, sebanyak 62 koleksi.
- KAMI pusat Djakarta, sebanyak 43 koleksi.
- Statemen angkatan 66 kesatuan AKSI di Jakarta, sebanyak 8 koleksi.
- Kesatuan AKSI "KAPPI" pusat Djakarta Utara, sebanyak 20 koleksi.
- Kesatuan AKSI buruh PN Sabang Merauke Djakarta, sebanyak 16 koleksi.
- Buletin KAMI kons Bandung dan Bogor Djakarta 1967, sebanyak 13 koleksi.
- KAMI Medan – Sumatra Utara, sebanyak 8 koleksi.
- KAMI konsultan – Yogyakarta, sebanyak 5 koleksi.
- Anggaran dasar KAMI, sebanyak 24 koleksi.
- Inventarisasi statemen angkatan 66, sebanyak 13 koleksi.
- Piringan hitam, sebanyak 1 koleksi.
- Piagam penghargaan Wage Rudolf Supratman, sebanyak 2 koleksi.
- Atlas sekolah zaman Belanda, sebanyak 1 koleksi.
- Sabuk Hizbul Wathan, sebanyak 1 koleksi.
- Bintang Mahaputra, sebanyak 1 koleksi.
- Replika biola Wage Rudolf Supratman, sebanyak 1 koleksi.
Tata pameran
Koleksi yang dimiliki oleh museum ini dipamerkan dalam ruang pameran tetap dengan penataan yang mengikuti kronologis peristiwa Sumpah Pemuda dengan harapan dapat menggambarkan untaian peristiwa Sumpah Pemuda.
Penataan pamerannya adalah sebagai berikut:
Ruang pengenalan
Ruangan ini terletak di bagian depan gedung, persis di pintu masuk utama. Di ruangan ini dipamerkan
- Peta Indonesia tempat kedudukan dari organisasi-organisasi-organisasi pemuda kedaerahan
- Peta Jakarta yang menunjukkan tempat-tempat dilaksanakannya kongres pemuda kedua dan kondisinya saat ini.
- Panitia Kongres Pemuda Kedua
- Patung dada Muhammad Yamin dan Sugondo Djojopuspito
- Organisasi peserta kongres pemuda
- Maket Gedung Sumpah Pemuda
Di ruangan depan ini juga masih mempergunakan lantai ubin asli yang berasal dari zaman Belanda yang sekarang sudah cukup jarang ditemui di Jakarta.
Galeri ruang pengenalan
-
Lokasi Kongres Pemuda Indonesia Kedua, dulu dan sekarang -
Maket gedung Sumpah Pemuda -
Lantai ubin asli peninggalan penjajah Belanda -
Marmer plakat gedung Sumpah Pemuda -
Patung dada Sugondo Djojopuspito -
Patung dada Muhammad Yamin
Ruang pertumbuhan organisasi kepemudaan
Ruang ini terletak di bagian depan gedung sejajar dengan ruang pengenalan. Ruang ini dapat dimasuki dari ruang pengenalan dengan memasuki pintu yang terletak di sebelah kiri.
Dalam ruangan ini digambarkan masa pertumbuhan awal organisasi pemuda yang diawali dengan Perhimpunan Indonesia di Belanda. Di ruangan ini dipamerkan kegiatan pergerakan pemuda, antara lain:
- Perhimpunan Indonesia
- Jong Java
- Jong Sumatranen Bond
- Pemuda Kaum Betawi
- Jong Islamieten Bond dan
- Kepanduan atau INPO
Dalam ruangan ini pula dapat ditemukan realia berupa peralatan pandu yang dipergunakan pada tahun 1920-an.
Galeri ruangan ini
Dari ruangan di atas, selanjutnya bisa langsung masuk ke ruang ini yang letaknya bersebelahan. Dalam ruangan ini dipamerkan koleksi yang berkaitan dengan Kongres Pemuda Indonesia Pertama, seperti:
- Foto peserta Kongres Pemuda Indonesia Pertama
- Foto kegiatan selama Kongres Pemuda Indonesia Pertama
- Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
- Partai Nasional Indonesia
- Cupllikan pidato pada saat Kongres Pemuda Indonesia Pertama
- Bendera pandu yang berwarna merah putih yang berasal dari tahun 1928
Ruangan ini terletak persis begitu kita keluar dari ruang Kongres Pemuda Indonesia Pertama. Di ruangan ini dipamerkan koleksi yang menggambarkan peristiwa Kongres Pemuda Indonesia Kedua, seperti:
- Minirama Kongres Pemuda Indonesia Kedua
- Suasana sidang ketiga Kongres Pemuda Indonesia Kedua
- Biola Wage Rudolf Soepratman
- Maklumat panitia kongres dam putusan Kongres Pemuda Indonesia Kedua
Ruang Indonesia Muda
Di dalam ruangan ini disajikan beberapa koleksi yang berhubungan dengan pergerakan pemuda setelah diikrarkannya Sumpah Pemuda, seperti:
- Vandel Indonesia Muda
- Foto komisi besar Indonesia Muda
- Foto kegiatan Indonesia Muda
Ruang PPPI
Ruangan ini menyajikan beberapa koleksi yang berhubungan dengan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, setelah Kongres Pemuda Indonesia Kedua. Ruangan ini juga memamerkan koleksi yang berhubungan dengan pergerakan pemuda melalui partai politik.
Ruang Tematik
Ruangan ini terdiri atas dua ruangan, terletak di paviliun Gedung Kramat 106. Ruangan ini menyajikan beberapa koleksi yang berhubungan dengan aktivitas pemuda pada tahun 1945, 1966 dan 1998.
-
Monumen Persatuan Pemuda 1928 yang berada pada halaman dalam museum
Rujukan
- ^ Gedung Sumpah Pemuda dan Sie Kok Liong Diarsipkan 2007-10-27 di Wayback Machine., Suara Pembaruan
- ^ Buku Panduan Museum Sumpah Pemuda
- ^ Jejak Samar Bapak Kos, Majalah Tempo, 27 Oktober 2008
- ^ Kebangsaan Sunario, Majalah Tempo 27, Oktober 2008
- ^ "Museum Sumpah Pemuda Bekas Kos, Pemersatu Bangsa". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-19. Diakses tanggal 2008-11-01.
Pranala luar
- Situs resmi Museum Sumpah Pemuda Diarsipkan 2012-10-05 di Wayback Machine.