Pabrik Gula Adiwerna

perusahaan asal Indonesia

Pabrik Gula Adiwerna ( Suikerfabriek Adiwerna ) atau yang sering disebut dengan Pabrik Gula Ujungrusi ( Suikerfabriek Oedjoengroesi ) merupakan salah satu perusahaan industri gula milik Belanda yang pernah berdiri pada masa Hindia Belanda. Lokasi Pabrik gula ini sekarang telah menjadi tempat militer Batalyon Infanteri 407 /Yonif407 Padma Kusuma di desa Ujungrusi, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal.

Berkas:Stasiun giling tebu PG Adiwerna.jpg
Stasiun penggilingan tebu di Pabrik Gula Adiwerna pada tahun 1910-1935.

Sejarah Berdirinya PG Adiwerna

Berkas:Holmbreg.jpg
Otto Carel Holmberg (1794-1857) pendiri Pabrik Gula Jatibarang, Adiwerna dan Pagongan.

SF Adiwerna didirikan oleh Otto Carel Holmberg pada tahun 1841 yang bekerjasama dengan Perusahaan NV Mij tot Exploitatie der Suiker Onderneming yang juga mendirikan Pabrik Gula Jatibarang. Berdirinya SF Adiwerna ini tidak dapat dipisahkan antara Holmberg dengan Lucassen yang awalnya mengajukan sistem kontrak gula untuk membangun sebuah perusahaan industri gula.

Pada awal Maret 1839, Lucassen dan Holmberg yang saat itu berada di Belanda mengajukan petisi kepada Raja Willem I atas dasar studi mandiri teoretisnya tentang pembuatan gula yang lebih modern, keduanya meminta agar diberikan kontrak gula untuk membangun sebuah pabrik gula seluas 600 hektar di Jawa. Namun niat kerjasama Lucassen dan Holmberg untuk bersama-sama membangun pabrik gula akhirnya gagal karena masalahnya tidak satu pun dari mereka memiliki pengetahuan teknis yang diperlukan tentang pengelolaan tebu menjadi gula, mereka berdua memutuskan untuk membangun pabrik gula sendiri-sendiri. Lucassen memilih mengasosiasikan dirinya dengan Hubertus Hoeveenar. Terkait kapasitas pengolahan yang optimal, mereka mengubah permintaan dari satu pabrik menjadi dua pabrik dengan masing-masing mendapatkan tanah 400 hektar.

Pada tahun 1840, Menteri Koloni JC Baud memberikan dana kepada Lucassen yang dibantu Hoeveenar sebesar 120.000 gulden untuk pembelian mesin dan 130.000 untuk pembangun pabrik. Sedangkan Holmberg secara independen meminta dan memperoleh kontrak gula yang identik, tetapi ia mendapatkan dana hanya sebesar 80.000 gulden, yang berarti bahwa ia harus menginvestasikan lebih banyak dari modalnya sendiri.

Setelah dana persiapan untuk pembangunan pabrik, Lucassen dan Holmberg mengunjungi keluarga Hoeveenar di Paris. Dari tempat inilah Lucassen dan Holmberg menjalin kerjasama dengan pengusaha baja Perancis Derosne et Cail. Pengusaha inilah yang sebelumnya membuat mesin-mesin pabrikasi Karibia di dan Amerika . Mereka berdua juga mengumpulkan para insinyur-insiyur muda asal Skotlandia untuk merancang pabrik.

Berkas:Mesin penggiling tebu.jpg
Mesin penggiling gula di Pabrik Gula Adiwerna pada tahun 1910-1935.
Berkas:Mesin pengering gula tahun 1910-135.jpg
Mesin penggiling gula di Pabrik Gula Adiwerna pada tahun 1910-1935.

Setelah beberapa waktu menetap di Paris, Lucassen, Holmberg, dan Hoeveenar yang juga membawa para pekerja berangkat menuju Jawa menggunakan kapal. Kapal yang mereka tumpangi juga membawa mesin-mesin dan beberapa material bangunan yang digunakan untuk membangun pabrik. Berbulan-bulan lamanya mereka mengarungi lautan, hingga akhirnya mereka sampai di Pulau Jawa, mereka kemudian menuju ke Tegal yang wilayah tanahnya menjadi sistem kontrak gula. Holmberg diberikan konsensi tanah di sebelah utara wilayah Slawi yang letaknya tidak terlalu jauh dengan Lucassen dan Hoeveenar yang mendirikan pabrik gula di Kemanglen dan Dukuhwringin.

Holmberg yang hanya bermodal uang 80.000 gulden itu memberanikan diri untuk membuat dua pabrik gula sekaligus, pada tahun 1841 Holmberg memulai pembangunan konstruksi pabrik gula di Jatibarang dan juga membangun pabrik gula di desa Ujungrusi. Pabrik Gula Jatibarang dan Pabrik Gula Adiwerna sendiri dibangun dengan sistem Cultuurstelsel atau sistem tanam paksa. Setelah berhasil mendirikan dua buah pabrik gula, Holmberg membangun sebuah pabrik gula lagi di Pagongan yang dibangun pada tahun 1848. Beberapa tahun kemudian perusahaan gula milik Holmberg ini mengalami kesuksesan, bahkan bisa mengalahkan kesuksesan Lucassen dan Hoeveenar yang lebih senior. Hal ini membuat Holmberg menjadi salah satu pengusaha paling sukses yang dipunyai oleh Belanda.

 
Beberapa surat yang ditunjukkan ke Pabrik Gula Adiwerna, Banjaratma, Kemantran, dan Dukuhwringin pada tahun 1926.
Berkas:Medium sized JPEG(1).jpg
Beberapa orang membawa hasil panen yang melewati perkebunan tebu dekat PG Adiwerna pada tahun 1920.

Pada masa itu PG Adiwerna menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan dagang Nederlandsche Handel-Maatschappij untuk mengekspor gula ke Eropa. Kini PG Adiwerna dan Pagongan masuk dalam wilayah Kabupaten Tegal, sedangkan PG Jatibarang saat ini masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Brebes. Jalur rel kereta lori PG Adiwerna sendiri yang mengangkut tebu dibangun pada tahun 1910-an, jalurnya terhubung dengan PG Jatibarang dan PG Pagongan serta terhubung pula dengan jalur KA Tegal-Prupuk.

 
Tine Kleiterp Vermeulen salah satu karyawan Pabrik Gula Adiwerna, foto diambil pada bulan maret 1925.
Berkas:Dua anajk(1).jpg
Dua anak kecil Belanda yang merupakan anak dari seorang krayawan Pabrik Gula Adiwerna, foto diambil pada bulan maret 1925.

Berakhirnya Pabrik Gula Adiwerna

SF Adiwerna ini berakhir dengan bernasib sial seperti pabrik gula lainnya yang ada di Tegal, pabrik gula ini sudah lama tutup sejak masa Pendudukan Jepang pada tahun 1942. Bangunan Pabrik Gula Adiwerna banyak dirusak dan dibongkar oleh Jepang, sehingga pabrik ini berhenti beroperasi sejak saat itu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan PG Adiwerna ini menjadi terbengkalai karena hampir sebagian besar bangunan telah dihancurkan Jepang. Kemudian pada tahun 1964, kompleks PG Adiwerna dialih fungsikan sebagai tempat militer yang sekarang dikenal dengan Batalyon Infanteri 407/ Yonif 407.

 
Tiang listrik 110 yang merupakan peninggalan Pabrik Gula Adiwerna.
 
Bekas timbangan tebu PG Adiwerna yang sekarang ini berubah menjadi jembatan penyebrangan orang untuk TNI di Yonif 407.

Hingga sekarang bekas-bekas Pabrik Gula Adiwerna yang masih terlihat adalah jaringan listrik 110, beberapa rel kereta lori yang terlihat di selokan, timbangan tebu yang kini digunakan sebagai jembatan penyebrangan orang untuk TNI, dan tembok keliling kuno yang ada didalam wilayah Yonif 407.

Hampir seluruh kompleks pabrik telah dibongkar. Beberapa rel kereta lori yang masih utuh sudah tertimbul aspal seperti di turunan cunong. Dulunya terdapat jalur kereta percabangan ke jalur KA Tegal-Prupuk yang letaknya lurus dengan Taman Brebes yang masuk kedalam pabrik untuk kepentingan distribusi gula.

 
Sisa rel kereta lori PG Adiwerna di Yonif 407.
 
Sisa penyangga rel kereta lori PG Jatibarang yang mengarah menuju PG Adiwerna di desa Tembelang, Jatibarang, Brebes.

Lihat Pula

Pabrik Gula lainnya yang ada di Tegal:

Terkait dengan penulis artikel ini :

  • Email : zulmuhaiminh@gmail.com
  • No.Telp : 081990401104

Referensi

[1][2]

  1. ^ "heddema-000622-p (GensDataPro Site)". www.nazatendevries.nl. Diakses tanggal 2021-03-07. 
  2. ^ "Zoekresultaten - Het Geheugen". geheugen.delpher.nl. Diakses tanggal 2021-03-07.