Tuhfat al-Nafis

Revisi sejak 29 Mei 2021 01.40 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8)

Tuhfat al-Nafis (Bahasa Arab: Hadiah yang berharga)adalah buku sejarah karangan Raja Ali Haji, sastrawan dari Riau dan pangeran Kesultanan Riau-Lingga keturunan Bugis. Buku ini ditulis pada tahun 1885 dalam huruf Jawi. Dalam buku ini dicatat kejadian-kejadian yang berlangsung pada abad ke-18 dan 19 di berbagai negeri Melayu.

Ada empat manuskrip Tuhfat al-Nafis yang diketahui. Naskah yang disalin pada 1890 diterbitkan pada 1923 untuk Journal of the Malayan Branch Royal Asiatic Society, London[1].

Isi buku

Tuhfat al-Nafis diawali dengan ringkasan yang diambil dari Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu), dan kemudian menceritakan dengan lebih terinci sejarah Kesultanan Johor-Riau. Figur dinamis dalam Tuhfat adalah para pangeran Bugis, yang dengan kecekatan militer dan diplomasi mereka berhasil meraih kedudukan penting di negeri-negeri Riau, Selangor, Sambas dan Matan-Sukadana.

Tema yang berulang dalam paruh pertama Tuhfat adalah konflik antara orang-orang Minangkabau dari Siak dan angkatan aliansi Bugis dan Melayu. Konflik ini terjadi baik di wilayah Riau dan di Kedah, Selangor, Siak dan Kalimantan. Paruh kedua yang meliputi pertengahan abad ke-18 sampai 1864 menceritakan berkembangnya permusuhan antara orang-orang Bugis dan Melayu di Riau, dan dua serbuan yang dipimpin oleh orang-orang Bugis terhadap Belanda di Malaka pada 1756 dan 1784. Serangan terakhir ini berakhir ketika Belanda menandatangani perjanjian dengan sultan Riau yang menyatakan kerajaannya hanya merupakan bawahan (fief) dari Serikat Dagang Hindia Belanda (VOC).

Meskipun berpusat pada sejarah Riau dan Johor Tuhfat al-Nafis juga memadukan sejarah berbagai negeri Melayu lainnya seperti Siak, Kedah, Selangor,Kelantan, dan pantai barat Kalimantan.

Lihat pula

Rujukan