Heraklius

Kaisar Romawi Timur dari tahun 610 hingga 641
Revisi sejak 18 Juni 2021 07.40 oleh Japra Jayapati (bicara | kontrib) (Menolak 3 perubahan teks terakhir (oleh Salahuddin Richard) dan mengembalikan revisi 18525536 oleh Japra Jayapati)

Heraklius (bahasa Latin: Flavius Heraclius Augustus; bahasa Yunani: Φλάβιος Ἡράκλειος, Flavios Iraklios; lahir: ca. 575; wafat: 11 Februari 641 M) adalah Kaisar Romawi Timur dari tahun 610 sampai tahun 641 M. Ia adalah Kaisar yang menetapkan bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Kekaisaran Romawi Timur. Perjuangannya meraih tampuk kekuasaan bermula pada tahun 617 M, ketika ia bersama ayahnya, Heraklius Tua, memimpin gerakan makar terhadap Kaisar Phocas.

Heraklius
Kaisar Bangsa Romawi
Solidus cetakan Konstantinopel era 610-613 memuat gambar sedada Kaisar Heraklius (umur 35-38 tahun) berketopong, berbaju zirah, dan menggenggam salib
Kekaisaran Romawi Timur
Berkuasa5 Oktober 610 – 11 Februari 641
Penobatan5 Oktober 610
PendahuluFokas
PenerusKonstantinus III
Heraklonas
Co-emperorsKonstantinus III (613-641)
Heraklonas (638-641)
KelahiranSekitar tahun 575
di Kapadokia (sekarang termasuk wilayah Turki)
Kematian11 Februari 644 (umur 68 atau 69 tahun)
di Konstantinopel, Kekaisaran Romawi Timur
PasanganEudokia
Martina
KeturunanKonstantinus III
Heraklonas
Yohanes Atalarikos (luar nikah)
Martinos
Nama lengkap
Flavius Heraklius
Nama takhta
Imperator Caesar Flavius Heraclius Augustus
DinastiHeraklius
AyahHeraklius Tua
IbuEpifania

Pada masa pemerintahannya, Kekaisaran Romawi Timur melancarkan sejumlah aksi militer. Saat Heraklius naik takhta, perbatasan timur wilayah Kekaisaran Romawi Timur sedang dirongrong serbuan Kerajaan Persia Sasani pada masa pemerintahan Syah Khosrau II. Mula-mula Romawi Timur mengalami kekalahan ketika berusaha melawan Persia. Bala tentara Persia Sasani maju mendesak sampai ke Selat Bosforus, tetapi Konstantinopel, ibu kota Romawi Timur, dikelilingi tembok-tembok kukuh, dan dilindungi armada yang banyak dan sangat kuat, sehingga pasukan Persia Sasani di bawah pimpinan Syahrbaraz gagal menaklukan kota terbesar dan termegah di belahan bumi Barat pada Abad Pertengahan tersebut. Kaisar Heraklius selanjutnya memprakarsai usaha-usaha pembaharuan di bidang militer guna memperkuat angkatan bersenjata Kekaisaran Romawi Timur. Heraklius mengusir pasukan Persia Sasani dari Anatolia, mendesak sampai jauh ke dalam wilayah mereka, dan mengalahkan mereka secara telak pada tahun 622 M dalam Pertempuran Niniwe. Kekalahan ini membuat Syah Khosrau II digulingkan dan dieksekusi mati putranya sendiri, Syah Kavad II, yang kemudian berusaha menyepakati perdamaian dengan Romawi Timur dengan menyatakan kesediaan Persia Sasani untuk mundur dari daerah-daerah caplokannya. Dengan cara ini Kekaisaran Romawi Timur dan Kerajaan Persia Sasani, yang sama-sama sudah berperang selama empat abad, akhirnya berdamai. Kaisar Heraklius juga di kenal sebagai salah satu penguasa di dunia yang mendapat surat dari Nabi Muhammad untuk memeluk Agama Islam dan meninggalkan agama Kristen, walaupun menolak ajakan Nabi Muhammad namun Kaisar Heraklius tetap menghargai surat dari Nabi Muhammad dengan cara menyimpannya, walau di kenal bersahabat dengan Nabi Muhammad namun beberapa kali, Romawi Timur di masa di masa pemerintahannya pernah beberapa kali berperang dengan kaum Muslim, akibat perang melawan Arab Muslim, Romawi Timur harus kehilangan seluruh wilayah kekuasaannya di kawasan Timur Tengah akibat di rebut oleh pasukan Arab Muslim dalam Perang Yarmuk dan beberapa pertempuran yang lain .

Heraklius memprakarsai hubungan diplomatik dengan bangsa Kroasia dan bangsa Serbia di wilayah Balkan. Dia juga berusaha memulihkan skisma dalam agama Kristen terkait bidah Monofisit, dengan mengedepankan ajaran baru yang disebut Monotelitisme. Gereja Nestorian juga terlibat dalam usaha ini.[1] Usaha pemulihan skisma yang diprakarsai oleh Kaisar Heraklius pada akhirnya ditolak oleh semua pihak yang bersengketa.

Keluarga

 
Gambar pada sisi keping solidus, Heraklius (tengah, berjanggut lebat) menjelang akhir masa pemerintahannya, diapit putra-putranya, Heraklius Konstantinus dan Heraklonas

Heraklius menikah dua kali: yang pertama dengan Fabia Eudokia, anak perempuan Rogatus, dan kemudian dengan kemenakannya sendiri, Martina. Ia mendapatkan dua anak dari perkawinannya dengan Fabia, dan sekurang-kurangnya sembilan anak dari perkawinannya dengan Martina, yang sebagian besar sakit-sakitan.[A 1][4] Sekurang-kurangnya dua dari anak-anak Martina menyandang cacat fisik, yang dianggap sebagai hukuman atas kawin sumbang: Fabius (Flavius) menderita kelumpuhan pada lehernya, dan Teodosios menderita bisu-tuli. Teodosios menikah dengan Nike, anak perempuan Senapati Persia, Syahrbaraz, atau anak perempuan Niketas, sepupu Heraklius.

Dua putra Heraklius kelak menjadi Kaisar: Heraklius Konstantinus (Konstantinus III, memerintah 613–641), putranya dari Fabia, dan Konstantinus Heraklius (Heraklonas, memerintah 638–641), putranya dari Martina.[4]

Heraklius sekurang-kurangnya memiliki seorang anak di luar nikah, Ioannes Atalarikhos, yang bersekongkol melawan Heraklius dengan sepupunya, magister Teodorus, dan bangsawan Armenian, David Saharuni.[A 2] Ketika Heraklius mengetahui persekongkolan itu, ia memerintahkan agar Atalarikhos dijatuhi hukuman potong hidung dan kedua tangan serta hukuman buang ke Prinkipo, salah satu pulau di Kepulauan Pangeran.[8] Teodorus dijatuhi hukuman yang sama, tetapi dibuang ke Gaudomelete (mungkin di Pulau Gozo sekarang ini), ditambahi pula dengan hukuman potong sebelah kaki.[8]

Pada tahun-tahun menjelang akhir hayatnya, semakin jelas terlihat adanya persaingan antara Heraklius Konstantinus dan Martina. Heraklius Konstantinus pernah mencoba meracuni putra Martina, Heraklonas, yang juga tercantum dalam daftar pewaris takhta. Heraklius mangkat dengan meninggalkan wasiat agar kekaisaran diperintah bersama-sama oleh Heraklius Konstantinus dan Heraklonas, dengan Martina selaku maharani.[4]

Keterangan

  1. ^ Jumlah dan urutan kelahiran anak-anak Heraklius dari Martina tidak diketahui dengan jelas. Menurut beberapa sumber, ada sembilan orang anak,[2] sementara menurut sumber-sumber lain, ada sepuluh.[3]
  2. ^ Nama anak di luar nikah ini tercatat dengan sejumlah ejaan yang berbeda, di antaranya: Atalarikhos,[5] Athalarik,[6] At'alarik,[7] dst.

Rujukan

  1. ^ Seleznyov N.N. "Heraclius and Ishoʿyahb II" Diarsipkan 2012-01-27 di Wayback Machine., Simvol 61: Syriaca-Arabica-Iranica. (Paris-Moscow, 2012), hlmn. 280–300.
  2. ^ Alexander 1977, hlm. 230.
  3. ^ Spatharakis 1976, hlm. 19.
  4. ^ a b c Bellinger-Grierson 1992, p. 385.
  5. ^ Kaegi 2003, hlm. 120.
  6. ^ Charanis 1959, hlm. 34.
  7. ^ Sebeos; Translated from Old Armenian by Robert Bedrosian. "Chapter 29". Sebeos History: A History of Heraclius. History Workshop. Diakses tanggal October 22, 2009. 
  8. ^ a b Nicephorus 1990, p. 73.

Sumber

Bacaan lanjut

Pranala luar