Liputan media massa terhadap pemanasan global
Artikel ini perlu dibagi menjadi beberapa bagian sesuai topik, agar lebih mudah dipahami. (November 2019) |
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Pemanasan global yang terjadi di dunia telah menyebabkan berbagai dampak kepada masyarakat. Namun, fenomena ini masih jauh dari perhatian publik, sehingga masih belum banyak aktivitas yang dilakukan untuk mencegah dan mengurangi dampaknya. Salah satu aktivitas yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi pemanasan global adalah dengan melakukan Liputan Media Massa.
Artikel ini tidak memiliki bagian pembuka yang sesuai dengan standar Wikipedia. |
Liputan media massa terhadap pemanasan global meliputi aktivitas jurnalistik yang dilakukan jurnalis/wartawan profesional atau jurnalisme warga terhadap berbagai tema dan isu yang berkaitan dengan pemanasan global dan perubahan iklim. Aktivitas ini bertujuan untuk menggugah kesadaran masyarakat/publik tentang dampak pemasanan global dan perubahan iklim, sehingga mereka mampu untuk melakukan tindakan, baik secara individu, kelompok, dan lainnya.
Peran Liputan Media Massa Terhadap Pemanasan Global
Liputan media massa terhadap pemanasan global memiliki peran vital dalam upaya membangkitkan serta menggugah kesadaran masyarakat/publik tentang dampak perubahan iklim yang menjadi ancaman bersama bagi mahluk bumi untuk melakukan tindakan.
Komunikasi Massa
Media Massa bila ditilik dari definisi komunikasi massa menurut Bittner merupakan pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.[1] Definisi ini menggambarkan komunikasi massa menggunakan media (perantara) yang melibatkan massa atau orang banyak. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah: radio siaran dan televisi, koran, media online, dan lainnya.
Pakar lain Gerbner secara spesifik menyebutkan komunikasi media massa menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan dan didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses untuk memproduksi pesan tersebut tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus dilakukan oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.
Jallaludin Rakhmat menyebutkan Komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim. Media atau sarana untuk melakukan komunikasi massa tersebut dapat berupa media cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Efek Kognitif Komunikasi Massa
Jallaludin Rakhmat menyebutkan Komunikasi Massa memberikan efek kognitif yang bertumpu pada pengetahuan, pikiran, dan penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak mengerti, menjadi mengerti, yang tadinya bingung menjadi jelas.
Efek komunikasi pada kognisi komunikan berkenaan dengan perubahan pengetahuan yang disebabkan adanya informasi-informasi baru yang diterima. Informasi baru ini dapat berubah, memperkuat, atau membentuk suatu informasi baru, dan menjadi sesuatu hal yang bermakna dalam setiap proses komunikasi.
Tujuan Komunikasi Massa
Komunikator mengharapkan tercapainya tujuan dari proses komunikasi yang dilakukannya. Demikian pula televisi dan media massa dengan berbagai informasi yang disampaikan. Mereka tidak sekadar menyampaikan informasi saja, tetapi ada visi tertentu yang diusung. Seberapa jauh keberhasilan upaya untuk mencapai tujuan tersebut akan tergambar pada perubahan aspek kognitif (pengetahuan) masyarakat/publik.
Dalam beberapa penelitian menunjukan televisi mempunyai korelasi positif terhadap variabel-variabel informasi. (Rakhmat, 1996:64) “Informasi yang diberitakan lewat televisi akan sangat bergantung kepada aktor-aktor yang berada di belakang pengadaan informasi tersebut. Misalnya ketika citra yang ingin dibentuk televisi adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat dan sesuai dengan keinginan masyarakat, maka televisi tersebut telah membentuk efek prososial kognitif”. [2]
Efek Afektif Komunikasi Massa
Efek selanjutnya dari komunikasi massa adalah Afektif. Efek ini menjadikan seseorang merasa senang, marah, berempati, atau empati setelah mendapatkan informasi dari suatu media massa.
Efek Psikomotorik Komunikasi Massa
Efek ketiga adalah psikomotorik yang berkaitan dengan tindakan. Ini dapat dipahami ketika komunikan (massa) dapat melakukan sebuah tindakan setelah mendapatkan informasi dari media massa tertentu.
Liputan Media Massa
Sementara itu liputan media massa lebih mengartikan pada hasil karya jurnalistik yang dibuat, dikelola, diorganisir oleh jurnalis atau wartawan. Dalam UU Nomor 40 Tahun 1999 disebutkan wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik. Wartawan atau jurnalis tidak akan lepas dengan pers. Sementara pers sendiri adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi.
Bentuk Komunikasi Massa
Aktivitas komunikasi massa memiliki beragam bentuk, seperti suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya. Bentuk-bentuk tersebut kemudian disampaikan kepada masyarakat/publik dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.[3]
Apakah kegiatan jurnalistik hanya dapat dilakukan oleh jurnalis dan wartawan profesional saja untuk menyebarkan pengetahun dan informasi? Jawaban ini dapat dijawab dengan munculnya istilah jurnalisme warga.
Pengertian dari jurnalisme warga adalah sebuah kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam jurnalisme warga, masyarakat bertindak layaknya jurnalis, tetapi masih dibatasi oleh kode etik jurnalistik, UU Pers dan UU ITE.[4]
Pemanasan Global
Pemanasan Global merujuk pada istilahnya mengandung arti suatu proses peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi.[5] Pemansan global menjadi persoalan serius bagi masyarakat dunia sejak abad ke XX. Sejumlah langkah pencegahan dan antisipasi dilakukan agar suhu bumi tidak melebihi kenaikan pada 1,5 derajat celcius seperti disepakati dalam Kesepakatan Paris.[6]
Referensi
- ^ Ardianto, dkk, Elvinaro (2010). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Simbiosa Rekatama Media. hlm. 3.
- ^ Rakhmat, Jalaludin (1985). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosda Karya. ISBN 979-514-145-7.
- ^ "Persatuan Wartawan Indonesia - UU & KEJ". pwi.or.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-25. Diakses tanggal 2019-11-14.
- ^ "Jurnalisme warga". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2019-06-20.
- ^ "Pemanasan global". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2019-10-11.
- ^ "Persetujuan Paris". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2019-11-07.