Lokomotif CC201

salah satu lokomotif diesel-elektrik di Indonesia
Revisi sejak 24 Juni 2021 01.06 oleh Waiting seat (bicara | kontrib) (→‎Unit yang sudah tak beroperasi: Perbaikan kesalahan ketik, Perbaikan tata bahasa)

Lokomotif CC201 adalah lokomotif diesel elektrik yang diproduksi oleh General Electric Transportation. Kode produksinya adalah GE U18C. Lokomotif CC201 mempunyai berat 84 ton. Bentuknya ramping, tetapi mampu bekerja pada nilai 1950 daya kuda. Lokomotif ini memiliki susunan gandar Co'Co'. Gandar ini menandakan bahwa lokomotif CC201 memiliki 2 perangkat roda. Masing-masing perangkat roda memiliki tiga poros roda. Pada lintasan datar maupun pegunungan, kecepatan Lokomotif CC201 dapat mencapai 120 km/jam.[1] Lokomotif CC201 dimiliki oleh PT Kereta Api Indonesia. Kecepatan operasional lokomotif ini sekarang dibatasi maksimal 90 km/jam.[butuh rujukan]

Lokomotif CC201
Lokomotif CC201
Lokomotif CC 201 141R (CC 201 04 04R) sedang berdinas KA Pertamina di Stasiun Bandar Khalipah, 2018
Data teknis
Sumber tenagaDiesel elektrik
ProdusenGeneral Electric Transportation, Amerika Serikat
Nomor seriCC 201
ModelGE U18C
Tanggal dibuat1976-1992
Jumlah dibuat92 unit
Pembuat ulangBalai Yasa Yogyakarta dan Balai Yasa Lahat, untuk lokomotif modifikasi BB 203
Tanggal direhabilitasi1989-2004
Jumlah direhabilitasi52 unit dari BB 203
Spesifikasi roda
Susunan roda AARC-C
Klasifikasi UICCo'Co'
Dimensi
Lebar sepur1.067 mm
Diameter roda914 mm
Panjang14.134 mm
Lebar2.642 mm
Tinggi maksimum3.636 mm
Jarak antara alat perangkai15.214 mm
Jarak antarpivot7.680 mm
Jarak gandar3.304 mm
Tinggi alat perangkai770 mm
Berat
Berat kosong78 ton
Berat siap84 ton
Berat adhesi84 ton
Bahan bakar
Jenis bahan bakarHigh-Speed Diesel
Kapasitas bahan bakar3.028 liter
Kapasitas pelumas984 liter
Kapasitas air pendingin684 liter
Sistem mesin
Penggerak utamaGE 7FDL-8
Jenis mesin4 langkah, Turbocharger
GeneratorGT 581
Motor traksi6 unit
Tipe: GE 761, DC-DC
Kinerja
Perbandingan roda gigi90:21
Kecepatan maksimum120 km/jam
(sekarang dibatasi hanya 90 km/jam)
Kecepatan minimum kontinu24 km/jam
Daya mesin1.950 hp
Daya ke generator/converter1.825 hp
Jari-jari lengkung terkecil56,7 m
Lain-lain
Rem lokomotifRem udara tekan, rem dinamis, rem parkir
Sistem keselamatanLocotrack, WABCO AA-2 Air Horn, Vigilance Control Panel
Tipe kompresorGardner Denver WBO
Karier
Perusahaan pemilikPT Kereta Api Indonesia
JulukanNgotak (kabin standar)
Baung (kabin modifikasi)
Daerah operasiSeluruh Daop dan Divre Kereta Api Indonesia
Mulai dinas1977
Keadaan130 unit beroperasi, 7 rusak, 7 menjadi CC 204

Sepanjang waktu, lokomotif ini telah berpengalaman menarik berbagai jenis kereta, mulai dari kereta eksekutif, bisnis, ekonomi, campuran, sampai kereta barang/kargo. Namun saat ini, ia lebih banyak dioperasikan untuk KA kelas bisnis, campuran, ekonomi, dan lokal, termasuk berdinas langsiran menggantikan lokomotif D300, D301, atau BB300. Lokomotif ini merupakan lokomotif GE Transportation yang paling sukses di Indonesia, mengingat ketersediaan suku cadang yang cukup. Peran lokomotif diesel hidraulis di Sumatra dan Jawa pun mulai tergantikan oleh lokomotif ini.[butuh rujukan]

Penggunaan di Indonesia

Lokomotif CC 201 terdiri dari empat generasi, yaitu generasi pertama, generasi kedua, generasi ketiga, dan lokomotif yang merupakan hasil perbaikan dari lokomotif BB 203.

Generasi pertama

 
Lokomotif CC 201 05 (CC 201 77 04) dengan corak Perumka di Stasiun Kutoarjo bersama kereta api Badrasurya

Lokomotif CC 201 generasi pertama ini didatangkan ke Indonesia pada tahun 1977–1978 sebanyak 38 unit. Awal mula kedatangan lokomotif ini diwarnai dengan peristiwa kecelakaan pada saat lokomotif ini sedang dalam perjalanan dari pabriknya, GE di Amerika Serikat menuju ke Indonesia menggunakan kapal laut. Dalam perjalanannya, kapal yang membawa loko tersebut dihantam badai sehingga menyebabkan muatan-muatan yang ada di dalamnya jatuh menimpa tiga dari delapan lokomotif CC 201 tersebut.[butuh rujukan] Hal ini membuat bagian depan dari ketiga lokomotif itu mengalami kerusakan. Sesampainya di Indonesia, lokomotif yang selamat dari musibah itu dapat segera dioperasikan, sedangkan beberapa unit lokomotif yang mengalami kerusakan tidak demikian. Ketiga lokomotif tersebut harus menjalani perbaikan terlebih dahulu selama kurang lebih sebulan.

Ciri-ciri lokomotif CC 201 generasi pertama memiliki jaring radiator berukuran besar serta tuas pembuka alat perangkai (coupler) yang terletak di bawah sistem coupler-nya. Selain itu, pada mulanya semua lokomotif generasi ini tidak mempunyai lampu kabut di atas penghalau rintangan. Namun, sejak lokomotif ini mengalami Pemeliharaan Akhir (PA) pada tahun 2010–2011, semua unit lokomotif CC 201 generasi pertama telah dipasangi lampu kabut, serta sebagian lokomotif sudah memasang tuas coupler di atas sistem coupler-nya seperti halnya generasi kedua dan ketiga.

Sebanyak tujuh unit lokomotif CC 201 generasi pertama telah dialih bentuk menjadi lokomotif CC 204 pada tahun 2003 dan 2005, yaitu CC 201 03, CC 201 11, CC 201 16, CC 201 37, CC 201 32, CC 201 06, dan CC 201 12 yang masing-masing berubah menjadi CC 204 03 01, CC 204 03 02, CC 204 03 03, CC 204 03 04, CC 204 03 05, CC 204 03 06, dan CC 204 03 07.

Generasi kedua

 
Lokomotif CC 201 47 ketika "berwajah Donald Bebek", 2005
 
CC 201 65 masih menggunakan logo PJKA tahun 1988 dengan corak krem-hijau

Lokomotif CC 201 generasi kedua didatangkan sebanyak 34 unit pada rentang tahun 1983–1984. Lokomotif ini memiliki ciri-ciri yang sama seperti lokomotif generasi pertama, tetapi memiliki jaring radiator yang berukuran kecil. Bentuk kaca depan berbentuk persegi dengan ujung-ujungnya yang lancip. Sama seperti lokomotif generasi sebelumnya, lokomotif ini pada awalnya juga tidak memiliki lampu kabut, tetapi kini telah dipasangi lampu kabut setelah mengalami Pemeliharaan Akhir pada tahun 2010–2011, kecuali CC 201 83 10. Dahulu di antara lokomotif generasi II ini, terdapat lokomotif yang cukup unik, salah satunya CC 201 83 18 milik Depo Induk Purwokerto yang pada bagian depannya memiliki bentuk yang berbeda dibandingkan dengan lokomotif CC 201 lainnya. Kotak pasirnya lebih pendek dari yang biasanya dan kaca depannya memanjang ke bawah. Bagian dalamnya juga unik karena hanya terdapat satu meja layanan sehingga kabin masinis pun menjadi lebih luas. Hal yang melatarbelakangi perbedaan tampilan dari lokomotif CC 201 83 18 yaitu lokomotif ini pernah menabrak stoomwalls sehingga mengakibatkan kerusakan parah dan sulit mengembalikannya seperti bentuk semula.[butuh rujukan] Untuk memperbaikinya, Balai Yasa Pengok menyiasatinya dengan cara melepas satu meja layanan, memendekkan kotak pasir, dan memenjangkan 2 kaca kebawah. Karena bentuknya yang aneh ini, para penggemar kereta api sering menyebutnya “Loko Donald Bebek”. Sebelumnya, CC 201 47 milik Depo Sidotopo (dulu Depo Yogyakarta), CC 201 76R milik Depo Medan (dulu Depo Jatinegara), CC 201 19 milik Depo Sidotopo & CC 201 06 (sekarang CC 204 06) milik Depo Yogyakarta juga mempunyai bentuk yang sama seperti CC 201 83 18, tetapi bentuk keempat lokomotif tersebut saat ini sudah kembali seperti semula setelah menjalani Pemeliharaan Akhir di Balai Yasa Pengok, Yogyakarta.

CC 201 45 yang misterius

 
CC 201 45 menarik gerbong ketel melewati Stasiun Tugu, Juli 2005

Ada juga kelas CC 201 generasi kedua yang diyakini misterius. CC 201 45 (CC 201 83 07) adalah lokomotif milik Depo Induk Yogyakarta (YK) yang terkenal akan daya mistiknya dan salah satu lokomotif paling keramat di Indonesia.

Lokomotif CC 201 45 terkenal karena sering terjadi peristiwa aneh dengan lokomotif tersebut. Sejak didatangkan, CC 201 45 sudah sering dicap sebagai loko yang bermasalah. Walaupun hasil tes menunjukkan tidak ada masalah pada CC 201 45, tetapi sering terjadi kecelakaan atau kerusakan saat dioperasikan tanpa penjelasan yang jelas. CC 201 45 semula ditugaskan untuk menarik rangkaian ke arah timur. Pernah suatu ketika saat lokomotif itu berdinas menarik KA Bima dan KA tersebut mengalami tabrakan. Setelah diperbaiki, lokomotif ini berdinas KA Bima dan mengalami tabrakan lagi. Ia harus masuk kembali ke Balai Yasa Pengok, Yogyakarta, dan setelah selesai perbaikan, jabatannya diturunkan untuk menarik rangkaian kelas bisnis saja yaitu Jayabaya. Tetapi CC 201 45 sekali lagi mengalami tabrakan. Frekuensi tabrakan sesama kereta atau dengan kendaraan bermotor yang dialami CC 201 45 cukup sering, di samping kejadian aneh yang dialami para teknisi yang memperbaiki lokomotif ini pasca tabrakan.

Sesuai prosedur, setelah diperbaiki di Balai Yasa Pengok, CC 201 45 diuji secara statis untuk diperiksa kelengkapannya. Setelah semuanya beres, loko diuji secara dinamis di jalur tes di depan kompleks Balai Yasa. Saat dipacu dengan kecepatan tinggi, mendadak rem gagal berfungsi, sehingga lokomotif melaju terus dan menghantam dinding beton pembatas jalur tes. Sekali lagi CC 201 45 mengalami kerusakan dan harus diperbaiki.

 
Lokomotif CC 201 77 01R berdinas KA Sri Tanjung

Merasa kebingungan dengan CC 201 45, teknisi Balai Yasa yaitu Panut dan Suroso merasa perlu untuk memanggil tenaga ahli GE langsung dari Amerika. Saat sedang memeriksa CC 201 45, tenaga ahli GE itu bercerita bahwa saat proses pembuatan loko yang satu ini memang sudah bermasalah karena banyak terjadi kecelakaan kerja. Akhirnya para teknisi memutuskan, selain diperbaiki secara fisik, CC 201 45 juga diperbaiki secara spiritual. Sesuai adat orang Jawa, para teknisi Balai Yasa Pengok sepakat meruwat (ritual membuang sial) lokomotif ini. Caranya dengan mengadakan selamatan dan memasang sepasang tapal kuda bekas di kedua ujung bemper CC 201 45. Kemudian memberikan beberapa gram emas dan menyepuh bagian samping bawah lokomotif dengan lapisan krom sehingga terlihat mengkilat.

Anehnya setelah ritual ini, CC 201 45 tidak pernah mengalami kecelakaan lagi. Ruwatan yang dilakukan oleh teknisi Balai Yasa berhasil menghilangkan nasib sial lokomotif ini. Sekarang CC 201 45 ditempatkan di Depo Lokomotif Madiun, dan dengan mudah dikenali lewat ciri khasnya sebagai lokomotif dengan sisi yang dilapisi besi mengkilat, dan di bagian depan di bawah hidungnya, terdapat kotak dengan lubang di dalamnya yang bernama Multiple Unit Box Port yang berguna untuk sambungan kabel traksi, tetapi sudah dilepas.[2] Selain itu, plat nomor di bempernya kini dilepas.

Generasi ketiga

 
CC 201 100 (CC 201 92 10), salah satu lokomotif CC201 generasi III (berbentuk kaca bulat, jaring radiator kecil, dan sudah memiliki lampu kabut di atas bemper)
 
CC 201 107 (CC 201 92 17) milik Depo Induk Jatinegara di Balai Yasa Pengok, Yogyakarta pada tahun 2002

Lokomotif generasi ketiga didatangkan pada tahun 1992 sebanyak 20 buah. Untuk CC 201 91 sampai 110 terdapat di Jawa. CC 201 98 yang sebelumnya milik Depo Lokomotif BD kini telah dimutasi ke Kertapati (KPT), Palembang untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan barang di sana, dan kini sudah afkir karena mengalami kecelakaan hebat yang membuat lokomotif itu terguling dan terbakar. Sedangkan CC 201 101 dan CC 201 102 yang sebelumnya berada di Jawa dan sempat dimutasi ke Sumatra, sudah kembali lagi ke Jawa.

Ciri-ciri CC 201 generasi ini, yaitu terdapat lampu kabut di bawah kotak pasir di atas bemper seperti halnya lokomotif CC 203/CC 204. Selain itu, bentuk sudut-sudut kaca lokomotif ini agak bulat, berbeda dengan CC 201 generasi sebelumnya yang kaca depannya berbentuk kotak. Hal inilah yang membuat CC 201 generasi ini terlihat sangat berbeda dengan jenis yang sebelumnya sehingga mudah untuk dikenali. Sementara untuk komponen mesin, performa, maupun kecepatannya, sama dengan CC 201 lainnya. Namun, sejak mengalami pemeliharaan akhir maupun peristiwa luar biasa hebat, beberapa lokomotif CC 201 generasi ketiga ini kaca depannya sudah berbentuk agak kotak, dimulai dari CC 201 102 dan kemudian lokomotif CC 201 generasi ketiga lainnya yang menjalani Pemeliharaan Akhir (PA) pun mulai diubah jendela depannya menjadi kotak.

Ada salah satu kelas lokomotif CC 201 generasi ketiga, yakni lokomotif CC 201 91 yang dikenal sering mengalami perpindahan mutasi. CC 201 91 kini dalam kepemilikan Depo Lokomotif Jember dan merupakan lokomotif CC 201 pertama yang dimiliki oleh Daerah Operasi IX Jember. Sejarahnya, lokomotif ini hanya tiga kali mengalami perpindahan kepemilikan. Kali pertama datang langsung menjadi milik Depo Bandung (BD), lalu dikirim ke Depo Sidotopo (SDT), dan terakhir dipindah ke Jember.[3]

CC 201 96 (CC 201 92 06) yang sebelumnya milik Depo Lokomotif BD kini telah dimutasi ke Medan (MDN), Sumatra Utara, untuk memenuhi kebutuhan angkutan penumpang dan barang di sana.

Lokomotif hasil perbaikan

 
Lokomotif CC 201 74R di Stasiun Madiun
 
CC 201 134R yang berdinas menarik kereta api Sri Tanjung bersiap diberangkatkan dari Stasiun Pasuruan
 
Lokomotif CC 201 139R dengan skema warna merah-biru Perumka dan logo baru KAI singgah di Stasiun Blambangan Pagar

Lokomotif jenis ini bukan merupakan CC 201 asli, melainkan hasil rehabilitasi dan perbaikan dari lokomotif BB 203 yang dimulai sejak tahun 1989.

Bentuk, ukuran, dan komponen utama lokomotif ini sama seperti lokomotif CC 201, yang membedakan adalah susunan gandarnya. Jika lokomotif CC 201 bergandar Co’Co’, yakni setiap bogie-nya memiliki tiga gandar penggerak, lokomotif BB 203 bergandar (A1A)(A1A), di mana setiap bogie-nya juga memiliki tiga gandar, tetapi hanya dua gandar dalam setiap bogie-nya yang digunakan sebagai gandar penggerak. Jika lokomotif CC 201 memiliki enam motor traksi, lokomotif BB 203 hanya memiliki empat motor traksi dan hanya berdaya 1.500 hp, lebih rendah daripada CC 201 asli (1.950 hp).

Dahulu, di Depo Induk SMC, semua lokomotif CC 201-nya adalah hasil rehab dari BB 203. Begitu juga dengan CC 201 yang ada di Sumatra. Di Depo Induk KPT dan TNK, semua lokomotif CC 201-nya juga merupakan hasil rehab dari BB 203, kecuali CC 201 48 dan CC 201 98 (afkir) yang merupakan CC 201 asli pindahan dari Jawa.

Untuk ciri-cirinya, lokomotif ini hampir sama dengan CC 201 generasi I untuk lokomotif hasil konversi dari lokomotif BB 203 01-11 dan generasi II untuk lokomotif hasil konversi dari lokomotif BB 203 12-59. Yang membedakannya, yaitu pada nomor serinya ditambahkan kode “R” di belakang nomor seri tersebut. Misalnya, CC 201 77R, kode “R” di sini menandakan bahwa lokomotif tersebut merupakan lokomotif hasil rehab dari BB 203.

Pengecualian untuk CC201 berkode “R” pada seri di bawah 72. CC 201 di bawah 72 yang memakai kode “R” (misal: CC 201 01R, 14R, 18R, dan 26R) merupakan lokomotif asli CC 201. Kode “R” tersebut bukan berarti lokomotif itu adalah hasil rehab dari BB 203. Hal itu menandakan bahwa lokomotif tersebut telah melakukan overhaul dan telah diperbaiki segala komponennya agar lokomotif tersebut dapat ditingkatkan kecepatannya dan mampu bertahan hingga puluhan tahun kemudian.

Lokomotif dengan kabin modifikasi

 
CC 201 86R
 
Kabin CC 201 hidung miring, 2020

Umumnya lokomotif CC 201 di Jawa memiliki bentuk seperti BB 203, tetapi tidak untuk di Sumatra Selatan (Divre III). Beberapa lokomotif CC 201 di sana memiliki bentuk yang sangat mirip dengan CC 203 di Jawa.

Modifikasi ini dikarenakan Divre III Palembang tidak mempunyai unit CC203; sehingga Balai Yasa Lahat mengubah kabin dari bentuk aslinya secara bertahap dari 1994-2001. Modifikasi hidung miring yang terilhami dari CC 203, juga bertujuan mengurangi hambatan angin untuk meningkatkan kecepatan. Namun tujuan peningkatan ini terasa percuma karena kecepatan kereta api penumpang hanya dibatasi 85 km/jam, sedangkan kereta api barang hanya dibatasi maksimal 70 km/jam.

 
Lokomotif CC 201 129R (CC 201 83 48) menarik gerbong angkutan batu balas
 
CC 201 120R (CC 201 83 42R) menarik kereta api Kuala Stabas di Stasiun Tanjungkarang

Modifikasi ini pun dirasakan sedikit menyulitkan masinis. Karena kabin yang sempit dan kaca depan terlalu tinggi, masinis terpaksa mendongak atau mengganjal tempat duduknya ketika sedang menjalankan lokomotif. CC 201 hidung miring di depo lokomotif Tanjung Karang saat ini hanya dioperasikan untuk menarik KA Kuala Stabas dan dinas langsir di Stasiun Rejosari. Sedangkan lokomotif CC 201 hidung miring di Depo Induk Lokomotif Kertapati saat ini dioperasikan untuk kereta penumpang dan barang di Divre 3, seperti Sindang Marga, Serelo, Prabujaya, KA BBM, dan KA Batubara Ninja. Terkadang, lokomotif ini berdinas hanya sebagai lokomotif langsir saja.

Ada enam unit CC 201 yang memiliki eksterior seperti CC 203, yaitu CC 201 86R, 111R, 120R, 129R, 130R, dan 137R. Dua unit CC 201 dengan kabin modifikasi yang sebelumnya milik TNK (CC 201 129R dan 130R) telah dimutasi ke pulau Jawa dan menjadi milik Depo Induk Sidotopo, Surabaya. Dibandingkan CC 201 hidung miring lainnya, CC201 129R dan 130R yang telah memakai logo dan corak PT KAI terbaru lebih mirip dengan CC 203, bahkan hampir sulit membedakannya kecuali dari bunyi klaksonnya.

Namun dari semua lokomotif CC 201 hidung miring yang ada, yang bentuk kabinnya paling mirip dengan CC 203 adalah CC 201 120R dan 129R, karena bentuk kabinnya lebih rapi dan posisi penyeka kacanya (wiper) persis dengan CC 203 meskipun CC 201 129R lebih sulit dibedakan karena menggunakan corak putih seperti lokomotif CC 203 yang ada di Jawa.

Data teknis[4]

  • Dimensi lokomotif
  1. Lebar sepur: 1.067 mm
  2. Panjang body: 14.134 mm
  3. Jarak antara alat perangkai: 15.214 mm
  4. Lebar body: 2.642 mm
  5. Tinggi maksimum: 3.636 mm
  6. Jarak gandar: 3.304 mm
  7. Jarak antar pivot: 7.680 mm
  8. Diameter roda penggerak: 914 mm
  9. Diameter roda idle: -
  10. Tinggi alat perangkai: 770 mm
  • Berat
  1. Berat kosong: 78 ton
  2. Berat siap: 84 ton
  3. Berat adhesi: 84 ton
  • Motor Diesel
  1. Tipe: GE-7FDL8 (GE FDL Series 8 Cylinders)
  2. Jenis: 4 langkah, Turbocharger
  3. Daya Mesin: 1.950 hp
  4. Daya ke generator/converter: 1.825 hp
  • Motor Traksi/Converter
  1. Jumlah motor traksi: 6
  2. Tipe motor: GE 761, DC-DC
  3. Gear ratio: 90:21
  4. Tipe generator: GT 581
  • Kinerja
  1. Kecepatan maksimum: 120 km/jam
  2. Gaya tarik maksimum (adhesi): 17.640 kgf
  3. Kecepatan minimum kontinu: 24 km/jam
  4. Jari-jari lengkung terkecil: 56,7 m
  • Kapasitas
  1. Bahan bakar: 3.028 liter
  2. Minyak pelumas: 984 liter
  3. Air pendingin: 684 liter
  • Lain-lain
  1. Sistem rem: Rem udara tekan, dynamic brake, rem parkir
  2. Tipe kompresor: Gardner Denver WBO

Unit yang sudah tak beroperasi

 
CC 201 83 49 (130R) yang kini berstatus konservasi di Balai Yasa Yogyakarta
  1. Dua buah lokomotif CC 201, yaitu CC 201 33 yang menarik rangkaian KA Senja IV jurusan Jakarta-Yogyakarta yang berangkat dari Purwokerto dan CC 201 35 yang menarik rangkaian KA Maja jurusan Madiun-Jakarta yang berangkat dari Kroya bertabrakan di daerah Gunung Payung, dekat jembatan Sungai Serayu pada tanggal 21 Januari 1981. Pasca tabrakan, komponen mesin dan sasis dari kedua lokomotif tersebut digunakan untuk menggantikan komponen CC 201 yang masih beroperasi karena kerusakannya teramat parah dan dinyatakan sudah tidak layak beroperasi lagi.[5]
  2. CC 201 121R yang menarik KA Fajar Utama Ekspres Lampung mengalami PLH tabrakan dengan beberapa gerbong rangkaian KA barang Babaranjang yang tertinggal di petak Kertapati-Tanjung Karang, Lampung, pada bulan Maret 2005.[6]
  3. CC 201 83R (CC 201 89 11) yang menarik KA Babaranjang dari Kertapati tujuan Sukacinta langsung bertabrakan dengan CC 202 16 (CC 202 90 01) pada bulan Februari 2012. Dari PLH tersebut CC 202 16 terbakar dan CC 201 83R ringsek, akibatnya CC 201 83R tersebut tidak dapat beroperasi lagi.
  4. CC 201 98 (CC 201 92 08) yang telah dimutasi ke Sumatra Selatan, mengalami kecelakaan, terbakar dan tidak dapat dioperasikan lagi.
  5. CC 201 85R juga merupakan lokomotif yang sudah afkir.
  6. CC 201 130R mengalami kecelakaan saat menarik kereta api Sancaka Sore dari Yogyakarta menuju Surabaya Gubeng. Lokomotif ini kini berstatus konservasi di Balai Yasa Yogyakarta, di mana status konservasi bermakna bahwa suatu sarana perkeretaapian masih dapat diperbaiki atau dialihfungsikan, atau dapat dipensiunkan juga apabila tidak memungkinkan untuk dioperasikan lagi.[7]

Galeri

Lihat pula

Daftar pustaka

  • Majalah KA Edisi Maret 2007
  • Fauzan, Sudjono Arif dkk. Buku Misteri Lokomotif CC201. Depok: PT Ilalang Sakti Komunikasi.
  • A.S., Hartono. 2012. Lokomotif dan Kereta Rel Diesel di Indonesia. Depok: PT Ilalang Sakti Komunikasi.

Catatan


Referensi

  1. ^ Haroen, Yanuarsyah (2017). Sistem Transportasi Elektrik. Bandung: ITB Press. hlm. 15. ISBN 978-602-7861-65-7. 
  2. ^ Majalah KA Edisi Maret 2007.
  3. ^ Semboyan 35: CC201 91.
  4. ^ Tim Redaksi Majalah KA. 2007. Album Lokomotif dan KRL (Seri 1). Depok: PT Ilalang Sakti Komunikasi.
  5. ^ "Tragedi Rawalo / Kebasen". Roda Sayap (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-28. 
  6. ^ "PT KA: Tabrakan Terjadi Karena Gerbong KA Babaranjang Lepas". detiknews. Diakses tanggal 2021-02-28. 
  7. ^ "Tabrak Truk di Ngawi, Akankah Lokomotif Baru Kereta Sancaka Seharga Rp 50 M Pensiun?". Tribun Jatim. Diakses tanggal 2021-02-28. 

Pranala luar