Kabupaten Soppeng

kabupaten di Indonesia, di pulau Sulawesi
Revisi sejak 25 Juni 2021 05.09 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>"))

4°20′55″S 119°52′57″E / 4.34861°S 119.88250°E / -4.34861; 119.88250

Kabupaten Soppeng
ᨀᨅᨘᨄᨈᨙ ᨔᨚᨄᨙ
Julukan: 
Bandoeng van Celebes
Motto: 
Dongiri Temmatipa, Salipuri Temmadinging, Wesse Temmakapa.[1]
Peta
Kabupaten Soppeng ᨀᨅᨘᨄᨈᨙ ᨔᨚᨄᨙ di Sulawesi
Kabupaten Soppeng ᨀᨅᨘᨄᨈᨙ ᨔᨚᨄᨙ
Kabupaten Soppeng
ᨀᨅᨘᨄᨈᨙ ᨔᨚᨄᨙ
Peta
Kabupaten Soppeng ᨀᨅᨘᨄᨈᨙ ᨔᨚᨄᨙ di Indonesia
Kabupaten Soppeng ᨀᨅᨘᨄᨈᨙ ᨔᨚᨄᨙ
Kabupaten Soppeng
ᨀᨅᨘᨄᨈᨙ ᨔᨚᨄᨙ
Kabupaten Soppeng
ᨀᨅᨘᨄᨈᨙ ᨔᨚᨄᨙ (Indonesia)
Koordinat: 4°20′55″S 119°52′57″E / 4.3486°S 119.8825°E / -4.3486; 119.8825
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
Tanggal berdiri-
Dasar hukumUU No. 29 Tahun 1959
Hari jadi23 Maret 1261
Ibu kotaWatansoppeng
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 8
  • Kelurahan: 70
Pemerintahan
 • BupatiH. Andi Kaswadi Razak, SE
Luas
 • Total1.500 km2 (600 sq mi)
Populasi
 ((2010))
 • Total223.826
 • Kepadatan164,65/km2 (426,4/sq mi)
Demografi
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode BPS
7312 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0484
Kode Kemendagri73.12 Edit nilai pada Wikidata
APBD-
DAURp. 517.805.122.000.-
Flora resmi-
Fauna resmiKakatua Jambul Kuning
Situs webhttp://www.soppengkab.go.id/


Kabupaten Soppeng adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Watansoppeng. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.500,00 km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 223.826 jiwa (2010).

Sejarah

Soppeng adalah sebuah kota kecil di mana dalam buku-buku lontara terdapat catatan tentang raja-raja yang pernah memerintah sampai berakhirnya status daerah Swapraja, satu hal menarik sekali dalam lontara tersebut bahwa jauh sebelum terbentuknya kerajaan Soppeng, telah ada kekuasaan yg mengatur daerah Soppeng, yaitu sebuah pemerintahan berbentuk demokrasi karena berdasar atas kesepakatan 60 pemukan masyarakat, tetapi saat itu Soppeng masih merupakan daerah yang terpecah-pecah sebagai suatu kerajaan-kerajaan kecil. Hal ini dapat dilihat dari jumlah Arung,Sulewatang, dan Paddanreng serta Pabbicara yang mempunyai kekuasaan tersendiri. Setelah kerajaan Soppeng terbentuk maka dikoordinasi oleh Lili-lili yang kemudian disebut Distrikvdi Zaman Pemerintahan Belanda.

Literatur yang ditulis tentang sejarah Soppeng masih sangat sedikit. Sebagaimana tentang daerah-daerah di Limae Ajattappareng, juga Mandar dan Toraja, Soppeng hanyalah daerah “kecil” dan mungkin “kurang signifikan” untuk diperebutkan oleh dominasi dua kekuatan di Sulawesi Selatan yakni Luwu dan Siang sebelum abad ke-16. Namun, seperti disebutkan oleh sebuah kronik Soppeng, dulunya Soppeng bersama Wajo, sangat bergantung kepada kerajaan Luwu.

Seiring menguatnya kekuatan persekutuan Goa-Tallo di Makassar; untuk mengimbanginya, Bone sempat mengajak Wajo dan Soppeng membentuk persekutuan Tellumpocco pada perjanjian Timurung tahun 1582. Akan tetapi, masuknya Islam di Sulawesi Selatan di paruh akhir abad ke-16, ditandai dengan masuknya Karaeng Tallo I Mallingkang yang lebih dikenal sebagai Karaeng Matoaya serta penguasa Goa I Manga’rangi yang kemudian bergelar Sultan Alauddin, telah mengubah peta politik di Sulawesi Selatan. Untuk sementara, kekuatan Bugis Makassar menjadi satu kekuatan baru untuk melawan orang kafir ketika Soppeng dan Sidenreng memeluk Islam tahun 1609, Wajo 1610 dan akhirnya Bone pada tahun 1611.

Perkembangan berikutnya sepanjang abad ke-17, menempatkan Soppeng pada beberapa perubahan keputusan politik ketika persaingan Bone dan Goa semakin menguat. Jauh sebelum perjanjian Timurung yang melahirkan persekutuan Tellumpocco, sebenarnya Soppeng sudah berada di pihak kerajaan Goa dan terikat dengan perjanjian Lamogo antara Goa dan Soppeng. Persekutuan Tellumpocco sendiri lahir atas “restu” Goa. Namun, ketika terjadi gejolak politik antara Bugis dan Makassar disebabkan oleh gerakan yang dipelopori oleh Arung Palakka dari Bone, Soppeng sempat terpecah dua ketika Datu Soppeng, Arung Mampu, dan Arung Bila bersekutu dengan Bone pada tahun 1660 sementara sebagian besar bangsawan Soppeng yang lain menolak perjanjian di atas rakit di Atappang itu.

Geografi

 
Jembatan di atas sungai Walanae dekat Watansoppeng (tahun 1925-1927)

Soppeng terletak pada depresiasi sungai Walanae yang terdiri dari daratan dan perbukitan dengan luas daratan ± 700 km² serta berada pada ketinggian rata-rata antara 100-200 m di atas permukaan laut.

Batas wilayah

Batas wilayah kabupaten ini adalah sebagai berikut:[2]

Utara Kabupaten Sidenreng Rappang
Timur Kabupaten Wajo dan Kabupaten Bone
Selatan Kabupaten Bone
Barat Kabupaten Barru

Topografi

Luas daerah perbukitan Soppeng kurang lebih 800 km² dan berada pada ketinggian rata-rata 200 m di atas permukaan laut. Ibu kota Kabupaten Soppeng adalah kota Watansoppeng yang berada pada ketinggian 120 m di atas permukaan laut. Kabupaten Soppeng tidak memiliki wilayah pantai. Wilayah perairan hanya sebagian dari Danau Tempe. Gunung-gunung yang ada di wilayah Kabupaten Soppeng menurut ketinggiannya adalah sebagai berikut:

Kabupaten Soppeng memiliki tempat-tempat wisata berupa permandian air panas alami yang bernama "LEJJA", permandian mata air "OMPO" dan permandian alam "CITTA". Lejja berjarak ± 40 Kilometer dari pusat kota, terletak di desa Batu-batu, Kecamatan Marioriawa.

Demografi

Bahasa

Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Soppeng adalah bahasa Indonesia. Menurut Statistik Kebahasaan 2019 oleh Badan Bahasa, terdapat satu bahasa daerah di Kabupaten Soppeng,[3] yaitu bahasa Bugis (khususnya dialek Soppeng).[4]

Pemerintahan

Daftar Bupati

Dewan Perwakilan

Kecamatan

Wilayah Kabupaten Soppeng dibagi menjadi 8 kecamatan, yaitu:

  1. Citta
  2. Donri-Donri
  3. Ganra
  4. Lalabata
  5. Lili Riaja
  6. Lili Rilau
  7. Mario Riawa
  8. Mario Riwawo

Tokoh

Referensi

  1. ^ https://soppengkab.go.id/arti-lambang/
  2. ^ Kompas., Penerbit Buku (2001-<2005>). Profil daerah kabupaten dan kota (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 9797092011. OCLC 50024929. 
  3. ^ Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. 11. ISBN 9786028449182. 
  4. ^ "Bahasa di Provinsi Sulawesi Selatan". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diakses tanggal 23 Mei 2020. 

Pranala luar