Suku Mandailing

salah satu kelompok etnis Batak
Revisi sejak 30 Juni 2021 05.18 oleh Hdryn (bicara | kontrib)

Batak Mandailing (Mandailing: ᯔᯉ᯲ᯑᯤᯞᯪᯰ) adalah salah satu suku yang ada di Asia Tenggara. Suku ini lebih banyak ditemui di bagian utara pulau Sumatra, Indonesia. Mereka pernah berada di bawah pengaruh Kaum Padri dari Minangkabau di Tanah Datar. Hasilnya, suku ini dipengaruhi oleh budaya Islam. Suku ini juga tersebar di Malaysia, tepatnya di Selangor dan Perak. Suku ini juga memiliki keterkaitan dengan Suku Batak Angkola.

Suku Batak Mandailing
ᯔᯉ᯲ᯑᯤᯞᯪᯰ
Foto pasangan Mandailing dari daerah Pakantan, Mandailing Natal, Sumatra Utara.
Jumlah populasi
± 1.500.000 jiwa[1]
Daerah dengan populasi signifikan
Sumatra Utara1.035.000
Sumatra Barat214.000
Riau210.000
Jakarta30.000
Kepulauan Riau11.000
Malaysia5.400[2]
Bahasa
Batak Mandailing
Minangkabau
Melayu
Agama
Islam 98%, Kristen 2%
Kelompok etnik terkait
Batak Angkola
Melayu
Batak Toba
Minangkabau
Sopo Godang Pakantan

Etimologi

Asal mula kata "Mandailing" diduga berasal dari gabungan dua kata: mande, yang berarti "ibu", dan hilang.

Sejarah

 
Menganyam tikar dan Menumbuk Padi di Pakantan

Suku Mandailing, bersamaan dengan suku Batak lainnya,[3] bermigrasi ke selatan sebelum kedatangan Portugis dan Belanda di Sumatra. Penjajahan Belanda di Sumatra menyebabkan Mandailing digolongkan menjadi bagian dari Suku Batak meski sebenarnya berbeda secara bahasa dan budaya yang dipakai dengan suku batak, berdasarkan aturan irisan yang dibuat untuk mengklasifikasi dan membuat tipologi.[4] Penjajahan Belanda dengan tujuan misionarisnya meleburkan Suku Mandailing dengan Suku Batak Toba, akibatnya Suku Mandailing disebut juga dengan sebutan Suku Batak Mandailing di Indonesia dan Suku Melayu Mandailing di Malaysia oleh Penjajahan Inggris.[4]

Perang Padri

Perang Padri, yang berlokasi di Sumatra Barat dan menyebar luas di Sumatra Timur antara tahun 1803 hingga 1838, menyebabkan perpindahan besar-besaran suku Mandailing dari tempat asalnya ke Malaysia Barat. Kelompok tersebut dipimpin oleh Raja Asal, maharaja dari Mandailing; dan keponakannya Raja Bilah. Bersama dengan Sutan Puasa, mereka terlibat dalam Perang Klang antara tahun 1866 hingga 1873.[5]

Wilayah

Suku Mandailing lebih banyak tersebar di Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Batubara, Kabupaten Deli Serdang, Kota Medan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat. Kelompok pertama yang datang di wilayah tersebut adalah Pulungan dan Nasution.

15 Marga yang Secara Sah diakui di Suku Mandailing adalah Pulungan, Nasution,Pasaribu, Lubis, Matondang, Rangkuti, Batubara, Marbun, Harahap, Dalimunthe, Hutasuhut, Siregar, Hasibuan, Daulay, Pane, Pohan,

Kontroversi

Generalisasi kata Batak terhadap etnik Mandailing umumnya tak dapat diterima oleh sebagian/segelintir keturunan wilayah itu. Meski mayoritas masih mengakui dirinya bagian dari suku Batak.[6]. Kata Mandailing membuat banyak orang rancu dan bingung, karena ada yang menganggap suku Mandailing bagian dari Melayu khususnya di Malaysia karena orang keturunan perantau Mandailing yang sejak lama bermigrasi ke Malaysia sudah berasimilasi dengan penduduk lokal maka mereka menjadi Melayu, berbudaya Melayu, berbahasa Melayu, serta beradat Melayu. Banyak orang khususnya dari Malaysia yang menganggap Mandailing itu bagian dari Melayu. Orang Melayu pesisir Timur Sumatra juga beberapa ada keturunan Mandailing maka orang mengira Mandailing ialah Melayu. Lalu ada yang menganggap Mandailing adalah bagian dari Minang dikarenakan Mandailing adalah salah satu suku/klan di Minang. Anggapan ini salah karena suku Mandailing berbeda dengan suku Mandailing di Minangkabau yang menjadi klan/marga di Minangkabau hanya kebetulan saja namanya nyaris sama/mirip. Untuk membedakannya, cukup dari pelafalannya saja. Mandailing untuk orang Mandailing sedangkan Mandahiling/Mandehilang/Mandahiliang/Mandehiliang untuk sebuah klan di Minangkabau. Sejatinya Mandailing adalah Batak, tetapi beberapa orang menganggap bahwa mereka yakin jika Suku Mandailing memiliki ikatan darah, nasab, bahasa, aksara, sistem sosial, kesenian, adat, dan kebiasaan tersendiri yang berbeda dengan Batak, Minangkabau serta juga Melayu.[4]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. ISBN 9812302123. 
  2. ^ viva.co.id Didata Malaysia, Tor-tor Tetap Milik Tapanuli Diarsipkan 2012-07-21 di Archive.is
  3. ^ Masri Singarimbun (1975). Kinship, Descent, and Alliance Among the Karo Batak. University of California Press. ISBN 0-5200-2692-6. 
  4. ^ a b c Abdur-Razzaq Lubis. Mandailing-Batak-Malay: A People Defined and Divided. In: 'From Palermo to Penang: A Journey into Political Anthropology', University of Fribourg, 2010.
  5. ^ Abdul-Razzaq Lubis and Khoo Salma Nasution. Raja Bilah and the Mandailings in Perak: 1875–1911. Kuala Lumpur: Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society (MBRAS), 2003.
  6. ^ Leonard Y. Andaya (2002). "The Trans-Sumatra Trade and the Ethnicization of the 'Batak'". KITLV. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2 Maret 2012. Diakses tanggal 26 Oktober 2015. 

Bacaan terkait

  • Mangaradja Ihoetan (1926), Asal-Oesoelnja Bangsa Mandailing: Berhoeboeng dengan perkara tanah Wakaf bangsa Mandailing, di Soengei Mati - Medan, Sjarikat Tapanoeli 
  • Syahmerdan Lubis gelar Baginda Raja Muda (1997), Adat Hangoluan Mandailing, Tapanuli Selatan, S. Lubis, OCLC 6169347 
  • Zulkifli Lubis; Enni Syarifah Hrp; Lizar Andrian; Naga Sakti Harahap; Septian H. Lubis (2012), Kearifan Lokal Masyarakat Mandailing Dalam Tata Kelola Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Sosial, Balai Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh, ISBN 6-0294-5723-3