Kertosono, Nganjuk
Kertosono adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Indonesia.
Kertosono | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Nganjuk | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Suharono,S.Sos,MM | ||||
Kode Kemendagri | 35.18.08 | ||||
Kode BPS | 3518090 | ||||
Luas | 2 267.5 km² | ||||
Kepadatan | 2.330 jiwa/km² (2012) | ||||
Desa/kelurahan | 13 Desa; 1 Kelurahan | ||||
|
Kecamatan ini terletak di bagian timur Kabupaten Nganjuk, berbatasan dengan wilayah Kabupaten Jombang dan Kabupaten Kediri. Kertosono terletak di persimpangan jalur utama Surabaya-Yogyakarta dan jalur menuju Kediri/Tulungagung. Pusat kecamatan Kertosono berjarak kira-kira 19 km dari Jombang, 23 km dari Nganjuk, dan 25 km dari Kota Kediri. Karena jauhnya akses ke kota terdekat sehingga sering disebut "Kota Transit".
Di Kertosono terdapat stasiun kereta api. Stasiun ini cukup signifikan, karena Stasiun Kertosono cukup besar dibandingkan dengan stasiun di kabupaten atau kota di sekitarnya dan hampir semua kereta api reguler berhenti di sini. Kereta api dari Surabaya dengan tujuan Kediri/Blitar harus langsir di Stasiun Kertosono. Stasiun Kertosono juga disebut stasiun pertigaan yang menghubungkan dari arah Madiun, Surabaya, dan Blitar dan merupakan kategori stasiun Besar dan berada di kawasan DAOP 7 Madiun.
Mayoritas masyarakat Kertosono memiliki mata pencaharian sebagai petani dan pedagang.
Di kecamatan ini juga memiliki kolam renang yang cukup terkenal di Kabupaten Nganjuk yaitu The Legend Waterpark Kertosono yang menjadi tempat alternatif masyarakat sekitar di saat libur panjang.
Makanan khas Kertosono adalah nasi pecel dan sambal tumpang (sambal yang dibuat dari tempe busuk), makanan tersebut merupakan perpaduan kuliner pecel khas Madiun dan tumpang khas Kediri sehingga tercipta cita rasa khas nasi pecel tumpang Kertosono. Masyarakat di Kertosono sangat menggemari kopi. Banyak sekali warung kopi tradisional di Kertosono. Tiap malam beragam kuliner menghiasi Kota Kertosono di sepanjang Jl. Gatot Soebroto dan Jl. A.Yani.
Kertosono memiliki sekolah menengah atas yang cukup terkenal di Kabupaten Nganjuk yaitu SMA Negeri 1 Kertosono yang merupakan sekolah tertua di kecamatan itu. Juga memiliki sekolah menengah pertama yang berpredikat Standar Nasional (SSN) yaitu SMP Negeri 1 Kertosono, SMP Negeri 2 Kertosono dan SMP Negeri 3 Kertosono. [butuh rujukan] Kertosono juga memiliki SMK(sekolah menengah kejuruan) yang cukup dikenal oleh masyarakat Kertosono yaitu SMKN 1 KERTOSONO
Sejarah
Konon nama Kertosono diambil dari seorang nama pahlawan yang berasal dari daerah Kuncen Kecamatan Patianrowo. Dulu hidup seseorang yang bernama Kertosono atau biasa di panggil Mbah Kerto, ia adalah seorang pembabat hutan yang tidak lain dilakukan Mbah Kerto hanya untuk mempertahankan daerah tersebut dari jajahan Belanda.
Namun kejadian bersejarah mulai terjadi ketika pasukan yang di komandoi Mbah Kerto mempertahankan tempat tersebut dari jajahan Belanda yang di kenal dengan perang “Treteg Tosono” yang berada di atas jembatan sungai Brantas. Para tentara Belanda sendiri membangun jembatan sebagai jalur penghubung sekaligus mempermudah Belanda menjajah tempat tersebut, tetapi dengan kegigihan pasukan Mbah Kerto pertumpahan darahpun tak terelakkan.
Saksi bisu dari perang “Treteg Tosono” kini masih gagah berdiri di terjang waktu dan aliran sungai Brantas. Untuk memperingati perang Treteg Tosono, biasanya para penduduk sekitar waktu hari raya Idul Fitri (bodo) datang langsung ke Treteg Tosono yang kini disebut sebagai jembatan lama, mereka mengingat kembali dan mendoakan para pahlawan yang gugur ketika perang Treteg Tosono dulu.
Maka dari itu di Kecamatan Kertosono tidak ada tempat yang bernama Kertosono ataupun desa Kertosono, di karenakan Kertosono sendiri adalah nama dari seorang pahlawan. Makam dari Mbah Kerto tidak berada di Kecamatan Kertosono melainkan di barat Pondok milik Pak Komari di Desa Kuncen kecamatan Patianrowo. Kertosono sendiri juga mempunyai ikon yaitu jembatan lama yang dahulu adalah jalur utama menuju Surabaya jembatan ini pula menyimpan sejuta sejarah, mulai sejarah kelam G30S/PKI dan sejarah perjuangan merebut kemerdekaan.
Setelah Perjanjian Giyanti pada 1775, Kertasana tercatat sebagai daerah berstatus Kabupaten yang masuk wilayah Mancanagara Brang Wetan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, lalu setelah Perjanjian Sepreh, Kertasana, bersama dua kabupaten berstatus sama, yaitu Kabupaten Berbek, dan Kabupaten Godean serta satu kabupaten bawahan Surakarta Hadiningrat yaitu Kabupaten Nganjuk disatukan menjadi Kabupaten Berbek sebagai bawahan Pemerintah Hindia Belanda. Hal ini membuat Kertasana tidak lagi berstatus kabupaten (Afdeeling/Regentschap) melainkan hanya sebatas Districten.
Tokoh
Kertosono terkenal dengan sebutan "Kota Intelektual", karena banyak sekolah maupun institusi pendidikan baik negeri maupun swasta serta telah menghasilkan tokoh besar nasional lahir dari kota kecil ini. Tercatat ada beberapa tokoh besar yang pernah menetap di kota kertosono, antara lain:
- Harmoko (Mantan Menteri Penerangan)
- Letjen TNI Witarmin
- Mayjen TNI Istu Hari Subagio
- Abdul Kohar (Wakil Pemimpin Redaksi Media Indonesia)
Pranala luar
- Kertosono Diarsipkan 2014-06-29 di Wayback Machine.