Sulaiman Ar-Rasuli

ulama Indonesia dan pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah
Revisi sejak 13 Juli 2021 03.35 oleh Urang Kamang (bicara | kontrib) (Menambah Kategori:Tokoh dari Agam menggunakan HotCat)

Syeikh Sulaiman ar-Rasuli yang juga dikenal sebagai Inyiak Canduang (10 Desember 1871 – 1 Agustus 1970)[1] adalah seorang tokoh ulama Minangkabau dari golongan Kaum Tua yang gigih mempertahankan mazhab Syafi'i. Syekh juga pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung.[2]

Sulaiman
NamaSulaiman
Nisbahar-Rasuli al-Minangkabawi
KebangsaanIndonesia

Pendidikan

Pendidikan terakhir Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi adalah di Mekkah. Ulama yang seangkatan dengannya antara lain adalah Kiyai Haji Hasyim Asyari dari Jawa Timur (1287 H/1871 M - 1366 H/1947 M), Syeikh Hasan Maksum, Sumatra Utara (wafat 1355 H/1936 M), Syeikh Khathib Ali al-Minangkabawi, Syeikh Muhammad Zain Simabur al-Minangkabawi (sempat menjadi Mufti Kerajaan Perak tahun 1955 dan wafat di Pariaman pada 1957), Syeikh Muhammad Jamil Jaho al-Minangkabawi, Syeikh Abbas Ladang Lawas al-Minangkabawi dll. sementara ulama Malaysia yang seangkatan dan sama-sama belajar di Mekkah dengannya antara lain adalah Syeikh Utsman Sarawak (1281 H/1864 M - 1339 H/1921 M), Tok Kenali (1287 H/1871 M - 1352 H/1933 M) dan lain-lain.[butuh rujukan]

Ketika tinggal di Mekah, Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi selain belajar dengan Syeikh Ahmad Khatib Abdul Lathif al-Minangkabawi, ia juga mendalami ilmu-ilmu daripada ulama Kelantan dan Patani. Antaranya, Syeikh Wan Ali Abdur Rahman al-Kalantani, Syeikh Muhammad Ismail al-Fathani dan Syeikh Ahmad Muhammad Zain al-Fathani.[butuh rujukan]

Perjuangan

 
Duduk dari kanan: Syekh Daud Rasyidi, Syekh Djamil Djambek, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli (Inyiak Canduang), Syekh Ibrahim Musa (Inyiak Parabek), Syekh DR. Abdullah Ahmad

Syeikh Sulaiman kembali ke Minangkabau sebagaimana sahabatnya Tok Kenali yang kembali ke Kelantan, yaitu setelah wafatnya Syekh Ahmad al-Fathani (11 Zulhijjah 1325 H/14 Januari 1908 M). Setibanya di Bukit Tinggi, Sumatra, ia mulai membuka majlis pengajaran.[butuh rujukan]

Pada tahun 1928, Syeikh Sulaiman bersama-sama Syekh Abbas Ladang Lawas dan Syekh Muhammad Jamil Jaho mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Dalam sistem pendidikan maupun dalam berpendapat pendapat, Syekh Sulaiman dan kawan-kawannya tersebut mempertahankan tradisi tarikat dan berpegang pada Mazhab Syafi'i.[butuh rujukan]

Beberapa pendapat khusus Syekh Sulaiman dalam polemik keagamaan, antara lain lebih menyetujui rukyat dalam hal puasa, mewajibkan muqaranah niat dan mensunnahkan jahar lafaz dalam hal salat, mewajib dibayarnya zakat fitrah dengan makanan yang mengenyangkan, serta mempertahankan tarawih dan witir 23 rakaat. Syekh Sulaiman juga pernah mengkritik sebuah buku pengajaran Tarekat Naqsyabandiyah karya penulis lain yang dianggapnya keliru, dalam karyanya Tabligh al-Amanat fi Izalah al-Munkarat wa asy-Syubuhat.[butuh rujukan]

Pengaruh

Pada Pemilu 1955, Indonesia membentuk sebuah badan atau lembaga yang dinamakan Konstituante. Tujuan Konstituante ialah menyusun Undang-Undang Dasar yang lebih permanen, menggantikan UUD 1945 yang disusun sebagai UUD sementara menjelang kemerdekaan Republik Indonesia. Syeikh Sulaiman ar-Rasuli, salah seorang anggota Konstituante dari PERTI,[3] telah dilantik mengetuai sidang pertama badan itu. Konstituante dibubarkan oleh Presiden Soekarno dengan Dekret Presiden 5 Juli 1959.

Beberapa orang ahli sejarah telah mencatatkan bahwa Syeikh Sulaiman ar-Rasuli adalah memang seorang ulama besar yang berpengaruh terhadap kawan dan lawan. Sejak zaman pemerintah Belanda, pembesar-pembesar Belanda datang menziarahinya.[butuh rujukan] Demikian juga pemimpin-pemimpin setelah kemerdekaan Indonesia. Soekarno sejak sebelum menjadi Presiden Indonesia hingga setelah berkuasa memang sering berkunjung ke rumah Syeikh Sulaiman ar-Rasuli. Pada hari pengkebumiannya, diperkirakan 30.000 orang hadir termasuk ramai pemimpin dari Jakarta, bahkan juga dari Malaysia.[butuh rujukan]

Karya tulis

Berikut ini beberapa karya tulis Syeikh Sulaiman ar-Rasuli al-Minangkabawi:[4]

  • Dhiyaus Siraj fil Isra' Walmi'raj
  • Tsamaratul Ihsan fi Wiladah Sayyidil Insan
  • Dawaul Qulub fi Qishshah Yusuf wa Ya'qub
  • Risaah al-Aqwal al-Wasithah fi Dzikri Warrabithah
  • Al-Qaulul Bayan fi Tafsiril Quran
  • Al-Jawahirul Kalamiyyah
  • Sabilus Salamah fi wird Sayyidil Ummah
  • Tafsir Jalalain (tulis ulang dari Tafsir Jalalain)
  • Perdamaian Adat dan Syara'
  • Kisah Muhammad 'Arif

Referensi

  1. ^ Sarwan; Kurniawan, Aris (2012). "Profil Sheikh Sulaiman Ar-Rasuli (1871 M – 1970 M) Sebagai Pendakwah". AL MUNIR: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam: 134-146. 
  2. ^ https://m.kumparan.com/langkanid/sosok-inyiak-canduang-di-mata-sejarahwan
  3. ^ http://www.konstituante.net/id/profile/PERTI_sulaiman_ar_rasuli
  4. ^ Direktori Tokoh Ulama Indonesia, Hal. 122, Jakarta: Departemen Agama RI, 2008