Bratawali

Revisi sejak 18 Juli 2021 06.33 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: +{{Taxonbar|from={{subst:#invoke:WikidataIB|getQid}}}})

Bratawali, akar ali-ali atau brotowali (Tinospora cordifolia) adalah tanaman obat tradisional Indonesia yang biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar di hutan.[2] Rebusan batangnya yang terasa sangat pahit biasa dijadikan obat reumatik, mengurangi gula darah, menurunkan panas, dan membantu mengurangi gejala kencing manis.[3] Di Indonesia, selain dikenal dengan nama bratawali, tanaman ini juga dikenal dengan nama daerah andawali, antawali, putrawali atau daun gadel.[2] Klasifikasi dari tanaman ini termasuk kedalam famili tanaman Menispermaceae.[4] Tanaman ini kaya kandungan kimia antara lain alkaloid (berberina dan kolumbina yang terkandung di akar dan batang, damar lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin, hars, berberin, palmatin, kolumbin (akar), kokulin (pikrotoksin).[5]

Bratawali
Tinospora cordifolia Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
SuperkerajaanEukaryota
KerajaanPlantae
DivisiTracheophytes
OrdoRanunculales
FamiliMenispermaceae
TribusBurasaieae
GenusTinospora
SpesiesTinospora cordifolia Edit nilai pada Wikidata
Hook.f. dan Thomson, 1855
Tata nama
BasionimMenispermum cordifolium (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Sinonim taksonReferensi:[1]
  • Cocculus crispus DC.
  • Menispermum crispum Linn.
  • M. verrucosum Linn.
  • M. tuberculatum Lamk.
  • Tinospora rumphii Boerl.
  • T. tuberculata Beumee.
Ex taxon author (en) TerjemahkanMiers Edit nilai pada Wikidata

Karakteristik

Tumbuhan ini menyukai tempat panas, berupa perdu memanjat, tinggi batang sampai 2,5 m. Batang sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat yang rasanya pahit,[2] seperti sirih.[6] Daun tunggal, bertangkai, berbentuk seperti jantung atau agak bundar seperti telur dengan ujung lancip, panjang 7–12 cm, lebar 5–10 cm, bunga kecil, berwarna hijau muda.[2] Selain itu, Bratawali juga dapat diperbanyak dengan stek.[2]

Manfaat

Tanaman Bratawali merupakan tanaman obat yang dapat dijadikan sebagai obat tradisional yang memiliki banyak manfaat dalam kesehatan terutama dalam penyembuhan berbagai penyakit dalam maupun luar.[2][7] Pemanfaatan dari tanaman Bratawali ini banyak terdapat pada bagian batang tanaman.[2] Biasanya bagian batang tanaman perlu direbus dahulu kemudian air rebusan batang bratawali dipakai untuk mencuci luka.[2]

Kulit-batangnya mengandung zat-zat seperti alkaloid dan damar lunak berwarna kuning sedang akarnya mengandung zat berberin dan kolumbin.[3][8] Kandungan alkaloid berberina berguna untuk membunuh bakteri pada luka.[2] Zat pahit pikroretin dapat merangsang kerja urat saraf sehingga alat pernapasan bekerja dengan baik dan menggiatkan pertukaran zat sehingga dapat menurunkan panas.[3] Selain sebagai obat, bratawali juga berfungsi sebagai penambah nafsu makan dan menurunkan kadar gula dalam darah,[3] sebagaimana penemuan pada abad ke-20.[6] Sebagai obat, bratawali biasa direbus dan diminum ataupun dioleskan pada kulit untuk luka luar.[2] Penyakit-penyakit yang dapat diobati dengan menggunakan bratawali ialah rheumatic arthritis, rheumatik sendi, demam, demam kuning, kencing manis, malaria, diabetes, serta penyakit luar seperti memar, kudis, dan luka.[9] Selain sebagai obat, brotowali juga berfungsi sebagai penambah nafsu makan dan menurunkan kadar gula dalam darah, sebagaimana penemuan pada abad ke 20.

Di Indo-Cina semua bagian tumbuh-tumbuhan dari bratawali dipakai sebagai obat demam yang dapat menggantikan kinine.[3] Di Filipina, bratawali dianggap sebagai obat serba bisa yang dapat dipakai untuk mengobati penyakit gila,[3] dan berkhasiat seperti kina.[6] Di Bali batangnya dipakai sebagai obat sakit perut, demam dan sakit kuning, bahkan sebagai obat gosok untuk mengobati sakit punggung dan pinggang.[3] Sedangkan, di Jawa, air rebusannya dapat digunakan untuk mengobati demam,obat luar untuk luka, dan gatal-gatal.[3] Pada beberapa penyelidikan, ternyata air rebusan batang bratawali dapat memberi ketenangan pada tikus, dengan demikian pemakaiannya bermanfaat dalam menangani penyakit kesadaran (psychosis).[3] Ia juga membuat tikus memiliki sekresi yang lebih banyak.[6]

Galeri

Referensi

  1. ^ Dalimartha, Setiawan (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. hal. 10. 5. Jakarta:Puspa Swara. ISBN 978-979-1480-18-5.
  2. ^ a b c d e f g h i j IPTEK. 2005. Brotowali. [terhubung berkala]. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=28[pranala nonaktif permanen]. [18 Agu 2009].
  3. ^ a b c d e f g h i [Asia Maya]. 2009. BROTOWALI (Tinospora crispa Miers. Hool. f. & Thems). [terhubung berkala]. http://www.asiamaya.com/jamu/isi/brotowali_tinosporacrispa.htm[pranala nonaktif permanen] [25 Agu 2009].
  4. ^ (Inggris) [Zipcodezoo]. 2009. Tinospora tuberculata. [terhubung berkala] http://zipcodezoo.com/Plants/T/Tinospora_tuberculata/ [12 Mei 2010].
  5. ^ [EtalaseMuslim]. 2009. Obat Herbal "Brotowali" Tazakka (Bersih Darah, Kencing Manis). [terhubung berkala] http://www.etalasemuslim.com/product_info.php?cPath=30_31&products_id=386 [27 Agu 2009].
  6. ^ a b c d Dharma, A.P. (1987) (dalam bahasa Inggris). Indonesian Medicinal Plants [Tanaman-Tanaman Obat Indonesia]. hlm.47-48. Jakarta: Balai Pustaka. ISBN 979-407-032-7.
  7. ^ Tukiman. 2009. Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Sumatera Utara: Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat.
  8. ^ Pusat Tanaman Obat dan Obat Tradisional. 2008. Tinospora crispa (L.) Miers. [terhubung berkala]. http://www.tanaman-obat.com/gallery-tanaman-obat/73-b-r-o-t-o-w-a-l-i[pranala nonaktif permanen] [24 Agu 2009].
  9. ^ [Warna Dunia]. 2009. Manfaat brotowali sebagai obat tradisional kencing manis. [terhubung berkala]. http://warnadunia.com/manfaat-brotowali-sebagai-obat-tradisional-kencing-manis/[pranala nonaktif permanen] [25 Agu 2009].