Maja

Revisi sejak 22 Agustus 2021 13.19 oleh Hysocc (bicara | kontrib) (Menambah Kategori:Aegle menggunakan HotCat)

Maja (Aegle marmelos) adalah tumbuhan berbentuk pohon yang tahan lingkungan keras tetapi mudah luruh daunnya dan berasal dari daerah Asia tropika dan subtropika. Tanaman ini biasanya dibudidayakan di pekarangan tanpa perawatan dan dipanen buahnya. Maja masih berkerabat dekat dengan kawista. Di Bali dikenal sebagai bila dan di India dikenal sebagai bael. Di Pulau Jawa, maja sering kali dikacaukan dengan berenuk, meskipun keduanya adalah jenis yang berbeda.[1]

Maja
Aegle marmelos Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Status konservasi
Hampir terancam
IUCN156233789 Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
SuperkerajaanEukaryota
KerajaanPlantae
DivisiTracheophyta
OrdoSapindales
FamiliRutaceae
TribusCitreae
GenusAegle
SpesiesAegle marmelos Edit nilai pada Wikidata
Corrêa, 1800
Tata nama
BasionimCrateva marmelos (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata

Tanaman ini mampu tumbuh dalam kondisi lingkungan yang keras, seperti suhu yang ekstrem; misalnya dari 49°C pada musim kemarau hingga -7 °C pada musim dingin di Punjab (India), pada ketinggian tempat mencapai +1.200 m. Di Asia Tenggara, maja hanya dapat berbunga dan berbuah dengan baik jika ada musim kering yang kentara, dan tidak biasa dijumpai pada elevasi di atas 500 m. Maja mampu beradaptasi di lahan berawa, di tanah kering, dan toleran terhadap tanah yang agak basa (salin).

Warna kulit luar buah maja berwarna hijau tetapi isinya berwarna kuning atau jingga. Aroma buahnya harum dan cairannya manis. Sebagaimana jeruk, buah maja dapat diolah menjadi serbat, selai, sirop, atau nektar. Kulitnya dibuat marmalade.

Lain-lain

Dalam sejarah Indonesia, maja dikaitkan dengan asal nama kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan yang membentang di Nusantara dari abad XIII-XV. Konon, Raden Wijaya, sang pendiri kerajaan, menerima sebidang tanah di daerah Tarik (Terik atau Trik; lokasi tepatnya masih diperdebatkan[2]). Sewaktu membangun daerah itu, ada anak buahnya yang memakan buah maja. Kebetulan buah yang dimakan berasa pahit. Oleh sebab itu daerah tersebut kemudian dinamakan "Majapahit" atau "Wilwatikta" (wilwa, maja; tikta, pahit)[3]

Bahan bacaan

  1. ^ HEYNE, K. (1913). DE NUTTIGE PLANTEN VAN NEDERLANDSCH-INDIË. Linrary New York Botanical Garden: Ruygrok & Co BATVIA. hlm. 2.  Disungsi26 April 2021
  2. ^ Munandar, A.A. 2008. Ibu kota Majapahit, Masa Jaya dan Pencapaian. Hal. 69. Jakarta: Komunitas Bambu.
  3. ^ Muljana, S. 2005. Menuju Puncak Kemegahan. Sejarah kerajaan Majapahit. Hal. 187. Yogyakarta: LKiS.

Pranala luar