Prasasti Lawadan
Prasasti Lawadan terbuat dari bahan batu kali (andesit) yang dipangkas melempeng (Panjang = 121 cm, Lebar bagian atas = 91 cm dan bawah 78 cm, tebal = 30 cm). Bentuk sisi atas kurawal (akulade). Pada sisi depan atas terdapat lancana berbentuk bulat, yang dibubuhi dengan nama raja yang mengeluarkan prasasti ini, yaitu ‘Kertajaya’. Aksara dipahatkan pada sisi depan (recto), sisi belakang (verso) dan sisi kanan-kiri. Menilik panjangnya tulisan dan kelengkapan informasi di dalamnya, prasasti ini termasuk dalam kategori ‘prasasti panjang (long inscription)’ sekaligus ‘prasasti lengkap’. Lepeng batu prasasti berdiri di atas singgasana berbentuk teratai merah merekah (padmasana). Menggunakan aksara Jawa pada tahun 1127 saka, dan bahasa Jawa Kuna.
Nama raja yang memerintahkan untuk menuliskan prasasti Lawadan juga disuratkan dalam baris ke-2 dan ke-3 sisi depan (recto), yaitu Paduka Sri Maharaja Sri ….. Srengga …… Digjayatunggadewanama (Brandes, OJO LXVII, 1913:183). Kata-kata yang tidak terbaca karena aus itu kiranya adalah apa yang di dalam Prasasti Kamulan (1116 Saka = 31 Agustus 1194 M) bertuliskan ‘Sri sarweswara’ dan ‘Srengga lancana’, yakni unsur nama gelar (abhisekanama) dari Kertajaya. Disamping nama ‘Srengga’, raja ini dalam sisi recto baris ke-22 dan verso baris ke-7 disebut dengan nama lain ‘Kertajaya’. Raja inilah yang dalam susastra gancaran Pararaton diberi nama ‘Dandang Gendis’. Raja Srengga alias Kertajaya alias Dandang Gendis memerintah di Kerajaan Kadiri (Panjalu) antara tahun 1194-1222 Masehi.