Ahmad Sadali

Pelukis Abstrak (1924-1987)
Revisi sejak 12 September 2021 09.20 oleh Mundugumor (bicara | kontrib)

Ahmad Sadali (24 Juli 1924 – 19 September 1987)[1] adalah seorang pelukis Indonesia yang terkenal dengan gaya abstraknya. Dia berasal dari keluarga yang menggemari batik dan kegiatan cetak-mencetak.

Pendidikan

Sadali menghabiskan pendidikannya di Garut, dari mulai taman kanak-kanak, HIS, madrasah Muhammadiyah, hingga MULO. Dia lalu melanjutkan pendidikan di Kota Yogyakarta, setara SMT-A. Antara tahun 1944 hingga tahun 1945, ia masuk Sekolah Tinggi Islam Jakarta. Pada 1948 hingga tahun 1953, dia berkuliah di Fakultas Guru Gambar pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia, yang sekarang dikenal menjadi FSRD, Institut Teknologi Bandung. Setelah menyelesaikan studinya, dia diangkat menjadi dosen di ITB. Pada tahun 1956, ia mendapat beasiswa untuk belajar seni rupa di Amerika Serikat. Dia belajar ilmu seni rupa di Departements of Fine Arts, University of Iowa, dan New York Art Student League. Dalam perjalanan akademiknya, dia telah mendapat gelar profesor.

Sadali adalah murid pertama Ries Mulder, seorang pelukis berkebangsaan Belanda dan dosen yang turut membangun berdirinya Departemen Seni Rupa di Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada awal kariernya, kecenderungan kubistik begitu kuat memengaruhi gaya lukisan Sadali. Jejak Mulder tidak hanya memengaruhi Sadali muda, tetapi juga sejumlah murid Mulder lainnya di ITB. Kecenderungan dan gaya yang berkembang di Bandung ini mengejutkan pelbagai pihak dalam dunia seni rupa Indonesia. Pengeritik seni rupa Trisno Sumardjo dengan lantang menuding kecenderungan baru itu sebagai “Pengabdi Laboratorium Barat”. Belakangan gaya tersebut dianggap juga sebagai gaya Mazhab Bandung.

Karya

Namun, seiring berjalannya waktu, Sadali terus mengembangkan gagasan baru dalam karyanya, terutama setelah kepulangannya dari Amerika. Kecenderungan abstrak dan kaligrafi Islam semakin kuat mewarnai karya-karyanya. Dia kemudian dikenal sebagai pelukis bernuansa kaligrafi religius. Walaupun begitu, dia cukup produktif berkarya dalam berbagai rupa, antara lain, sketsa, patung, mural, interior, dan grafik.

Penghargaan

Sebagai seniman lukis, Sadali sudah melakukan banyak pameran di berbagai negara. Tahun 1964, dia berpameran di "Arte Contemporance Indonesia", Rio de Jeinero, dan menjadi peserta dalam "Sebelas Seniman Bandung" 1966.[2] Sadali mendapat penghargaan Anugerah Seni dari Pemerintah RI pada 1972.

Dia merupakan pencetus berdirinya Perguruan Tinggi Islam atau yang sekarang dikenal dengan nama Universitas Islam bandung (UNISBA). Pada akhir hayatnya, dia sempat menjabat sebagai ketua umum Pembinaan Masjid Salman ITB.

Sadali adalah salah seorang motor utama penggerak kecenderungan seni rupa abstrak di Indonesia. Selaku perupa, ia berhasil mengembangkan karya-karyanya secara khas dan menjadi salah satu contoh penting dalam menafsirkan pemikiran dan prinsip Modernisme seni di Indonesia.[3] Sebagai suatu tanda penting yang memberikan ciri estetis perkembangan awal seni rupa abstrak Indonesia yang disebut lirisisme.

Di antara murid-muridnya yang terkenal adalah Srihadi Soedarsono dan Umi Dachlan.

Referensi

  1. ^ Tempo.Co. "Mengenang Pelukis Ahmad Sadali". Tempo News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-09-21. 
  2. ^ "Indonesian Visual Art Archive | Karya-Karya Ahmad Sadali". archive.ivaa-online.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-09-21. 
  3. ^ "Agenda : Pameran Maestro Seni Rupa Indonesia : Ahmad Sadali - Galeri Nasional Indonesia - Website resmi Galeri Nasional Indonesia (GALNAS)". galeri-nasional.or.id. Diakses tanggal 2017-09-21.