Barli Sasmitawinata

Revisi sejak 12 September 2021 09.39 oleh Mundugumor (bicara | kontrib)

Barli Sasmitawinata (18 Maret 1921 – 8 Februari 2007) adalah seorang pelukis realis asal Indonesia.

Barli Sasmitawinata
Berkas:Barli Sasmitawinata (foto dokumen Bale Seni Barli).jpg
LahirBarli Sasmitawinata
(1921-03-18)18 Maret 1921
Belanda Bandung, Hindia Belanda
Meninggal8 Februari 2007(2007-02-08) (umur 85)
Indonesia Bandung, Jawa Barat, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Pendidikan
  • Académie de la Grande Chaumière, Paris, 1950.
  • Rijksakademie van beeldende kunsten, Amsterdam, 1956.
Pekerjaan
  • Dosen, Institut Teknologi Bandung (ITB)
  • Perintis jurusan seni rupa di Institut Kejuruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP, kini bernama Universitas Pendidikan Indonesia) tahun 1961.
Organisasi
  • Kelompok Lima Bandung
  • Studio Jiwa Mukti, 1948.
  • Sanggar Rangga Gempol, Dago, Bandung, 1958.
  • Ketua " SENDRATARI VIATIKARA"
  • Museum Barli, Bandung, 1992
Dikenal atasPelukis
Suami/istri
  • Atikah Basari (menikah 1946, meninggal tahun 1991).
  • Nakisbandiyah (menikah 1992}.
Anak
  • Drs. Agung Wiwekaputra
  • Drg. Nirwati Chandra Dewi, Sp.Ortho
Penghargaan

Perjalanan

Ia mulai menekuni dunia seni lukis sekitar tahun 1930-an dan merupakan bagian dari "Kelompok Lima" yang juga beranggotakan Affandi, Hendra Gunawan, Sudarso, dan Wahdi. Awalnya ia menjadi pelukis atas permintaan kakak iparnya pada tahun 1935 agar ia memulai belajar melukis di studio milik Jos Pluimentz, pelukis asal Belgia yang tinggal di Bandung. Di sana ia banyak belajar melukis alam benda. Setelah berguru pada pelukis Italia Luigi Nobili (juga di Bandung), pada tahun 1950-an ia lalu melanjutkan pendidikan seni rupa di Eropa. Latar belakang pendidikan tingginya di Belanda dan Prancis (Académie de la Grande Chaumière, Paris, 1950 dan Rijksakademie van beeldende kunsten, Amsterdam, 1956) terwakili dalam karya-karyanya yang menunjukkan penguasaan teknik menggambar anatomi tubuh secara rinci.

Sasmitawinata dikenal sebagai orang menekankan pentingnya pendidikan seni rupa. Tahun 1948 ia mendirikan studio Jiwa Mukti bersama Karnedi dan Sartono. Setelah menyelesaikan pendidikan di luar negeri, ia mendirikan Sanggar Rangga Gempol di kawasan Dago, Bandung pada tahun 1958. Ia pernah mengajar seni lukis di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan adalah salah seorang perintis jurusan seni rupa di Institut Kejuruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung (kini bernama Universitas Pendidikan Indonesia) pada tahun 1961. Barli lalu kemudian lebih banyak mengajar murid secara informal di sanggar. Tahun 1992 ia mendirikan Museum Barli Bandung.

Antara murid-murid yang pernah dididiknya adalah Popo Iskandar, Srihadi Soedarsono, Yusuf Affendi, A.D. Pirous, Anton Huang, R Rudiyat Martadiraja, Chusin Setiadikara, Sam Bimbo, Rudi Pranajaya.

Karya-karyanya pernah dipamerkan baik di dalam maupun luar negeri. Koleksinya juga dipamerkan di Museum Barli Bandung. Pada tahun 2000, ia menerima penghargaan Satyalancana Kebudayaan dari presiden.

Ia meninggalkan 2 anak kandung, 3 anak tiri, 15 cucu, dan 9 buyut. Setelah istri pertamanya, Atikah Basari (menikah 1946) meninggal tahun 1991, ia menikah lagi dengan Nakisbandiyah tahun 1992.

Pranala luar