Bentoel Group
PT Bentoel Internasional Investama Tbk atau Bentoel Group (IDX: RMBA) adalah perusahaan rokok terbesar keempat di Indonesia setelah HM Sampoerna. Perusahaan ini berpusat di Jakarta dan Malang. Pada 17 Juni 2009, perusahaan ini diakuisisi oleh British American Tobacco, perusahaan rokok terbesar kedua di dunia setelah Philip Morris International dengan saham 85%.[1] Kemudian, pada 25 Agustus 2009, BAT menaikkan kepemilikan saham Bentoel Group hingga 99%.[2] Pada awal tahun 2010, BAT Indonesia resmi bergabung dengan Bentoel. Namun, pada 7 September 2011, BAT resmi menjual 13% saham Bentoel ke pihak UBS cabang London.[3]
Bentoel Group (merek Nasional) British American Tobacco Indonesia (merek Global) | |
Publik | |
Kode emiten | IDX: RMBA |
Industri | Tembakau |
Didirikan | 10 September 1930 (Perusahaan Rokok Tjap Bentoel) 11 April 1987 (PT Bentoel Internasional Investama Tbk) |
Pendiri | Ong Hok Liong |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Tokoh kunci | Hendro Martowardojo (Komisaris Utama & Komisaris Independen) Steven Gerald Pore (Direktur Utama) |
Produk | Rokok |
Pemilik | British American Tobacco (92,48%) |
Karyawan | 7.500 |
Anak usaha | PT Bentoel International Investama (BINI) Tbk. PT. Bentoel Prima PT Adhitama Sejahtera Alami PT Adhitama Sejahtera Abadi PT Djirak Bukit Abadi Tembakau PT Bentoel Distribusi Utama |
Situs web | www |
Sejarah
Sesungguhnya, perusahaan yang pada saat ini bernama PT Bentoel International Investama, bukan merupakan perusahaan Bentoel asli. Awalnya, perusahaan ini bernama PT Rimba Niaga Idola ketika didirikan pada tahun 1987. PT Bentoel International Investama (PT. BINI) sendiri baru bisa bermain dalam industri rokok ketika mengakuisisi perusahaan rokok Bentoel "sesungguhnya", yaitu PT Bentoel Prima (yang merupakan penerus dari Bentoel yang asli sejak 1930) pada tahun 2000. Bentoel Prima kemudian menjadi anak usaha PT Bentoel Internasional Investama. [4]
PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel dan PT Bentoel Prima
PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel
Perusahaan ini bermula dari pabrik rokok kecil bernama “Strootjes Fabriek Ong Hok Liong”, yang didirikan oleh Ong Hok Liong di Malang pada 10 September 1930. Pada tahun 1951 perusahaan ini menjadi NV Pertjetakan Liem An, dan pada 1954 pabrik rokok tersebut berubah nama menjadi PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel.[5] Sebelum memproduksi merek Bentoel, Ong dengan pabriknya sudah merintis banyak merek, seperti Gendang, Kelabang, Lampu, Turki, dan Djeruk Manis namun semuanya gagal dan tidak sukses. Namun, ketika pada 1935 ia berziarah di Gunung Kawi, ia seperti diberi saran oleh juru kunci makam keramat yang sering ia ziarahi, makam Mbah Djoego (EYD: Jugo). Juru kunci itu menyatakan bahwa Ong yang saat itu sering bermimpi bentul (talas belitung), artinya adalah jika nama perusahaan dan mereknya diubah menjadi bentul (ejaan lama: Bentoel) maka ia akan sukses. Entah percaya atau tidak, namun nyatanya bisnis Ong kemudian sukses dan otomatis merek Bentoel tetap dipertahankan, sejak 1935.[6][7] Bisnis Ong pun meluas, pada 1950 ia memiliki 3.000 karyawan dan meluaskan pabriknya di Blitar. Pada akhir tahun 1960-an, akibat masalah ketenagakerjaan, Bentoel Group menjadi perusahaan pertama di Indonesia untuk memproduksi rokok kretek filter buatan mesin dan membungkus kotak rokoknya dengan plastik. Inovasi-inovasi ini kemudian menjadi standar pada industri tembakau nasional. Pada 1970-an Bentoel sudah menancapkan kukunya sebagai salah satu pemain besar di industri rokok nasional, dengan posisi ke-3. Perusahaan ini pun berusaha ekspansif dengan membangun sarana, anak usaha dan meminjam dana dari berbagai bank.[8] Saham PR Tjap Bentoel pada masa ini, tersebar pada sejumlah keluarga dan keturunan Ong.[9]
Pada akhir 1980-an, PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel menghadapi masalah ketika pabrik kretek ini tidak mampu membayar pinjamannya ke BRI dan Bank Bumi Daya senilai US$ 170 juta.[10] Masalah ini baru terungkap ke publik pada September 1991 dan menjadi pemberitaan berbagai media massa.[11] Memasuki tahun tersebut, hutang Bentoel, termasuk ke kreditor asing sudah menggelembung menjadi US$ 350 juta dan perusahaan ini terikat krisis likuiditas.[12][13] Ada yang menganggap masalah ini merupakan efek dari devaluasi mata uang oleh pemerintah, ada juga yang menganggap bahwa ini merupakan akibat dari pertikaian keluarga pemilik, namun ada juga yang menganggap Presiden Direktur Bentoel pada saat itu, Budhiwijaya Kusumanegara (yang merupakan generasi kedua keturunan Ong Hok Liong) yang tidak bagus dalam mengelola salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia ini. Budhiwijaya dituduh telah menyelewengkan pinjaman itu untuk kepentingannya sendiri.[14][15][16]
Keluarga pendiri kemudian memutuskan untuk menawarkan 70% sahamnya dan sepanjang Juni-Oktober 1991 sejumlah pengusaha, termasuk putra Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra berusaha untuk membelinya walaupun gagal. Pada akhirnya, yang mendapatkan PR Bentoel adalah Peter Sondakh dan Rajawali Wira Bhakti Utama-nya. Dalam kesepakatan keduanya, tidak ada bayaran yang diberikan Peter kecuali bahwa pemilik lama tidak akan dituntut akan hutangnya tersebut, dan pada 5 November 1991 70% saham Bentoel beralih kepada Rajawali.[17][18] Butuh waktu beberapa tahun agar Peter mampu menyehatkan perusahaan rokok ini (misalnya dengan menempatkan manajemen baru), karena banyak kreditor bank asing tersebut bahkan hampir menuntut agar Bentoel segera dilikuidasi. Walaupun demikian, kemudian pengadilan tidak menyetujui tuntutan para kreditor itu. Pada akhirnya, restrukturisasi Bentoel tuntas pada tahun 1997 dengan asetnya diserahkan pada perusahaan baru bernama PT Bentoel Prima, sedangkan PT Perusahaan Rokok Tjap Bentoel ditutup.[19]
PT Bentoel Prima
Pendirian PT Bentoel Prima merupakan wujud dari upaya Rajawali untuk memprofesionalisasikan manajemen perusahaan yang sebelumnya dikelola keluarga Ong selama 60 tahun ini. PT Bentoel Prima didirikan pada tahun 1997, dan sebagai modal awalnya adalah aset PT PR Tjap Bentoel yang diserahkan pada perusahaan ini. Untuk memuluskan rencananya, Peter secara langsung melakukan negosiasi dengan para kreditor agar perusahaan ini bisa berjalan. Hasil baiknya, pada 1999 perusahaan ini sudah bisa mendapatkan untung.[20][21] Hingga tahun 2000, Bentoel Prima merupakan perusahaan non-publik, ketika pada tahun itu lewat mekanisme backdoor listing PT Bentoel Prima bisa masuk ke bursa saham. Akibat hal tersebut, struktur kepemilikan Bentoel Prima berubah, dari yang awalnya dimiliki langsung oleh Rajawali Corporation kemudian menjadi di bawah perusahan lain bernama PT Transindo Multi Prima (kemudian sejak 2000 berganti nama menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk), sampai sekarang. Namun, peristiwa ini tidak terlalu mengubah kepemilikan saham karena hingga 2009, Rajawali tetap menjadi pemegang saham utama di induk Bentoel Prima tersebut, dan selanjutnya oleh British American Tobacco. Artinya adalah kepemilikan yang berubah adalah dari perusahaan induknya, bukan pabriknya secara langsung.
Sampai saat ini, Bentoel Prima masih beroperasi sebagai anak usaha utama dalam PT Bentoel International Investama yang memproduksi rokok.[22] Awalnya, Bentoel Prima memiliki beberapa perusahaan anak, namun pada 2017-2019, PT Bentoel Prima melakukan penyederhanaan usaha dengan menggabungkan berbagai anak usahanya ke induknya ini dengan PT Bentoel Prima sebagai perusahaan penerima pengabungan (surviving company). Perusahaan-perusahaan yang merger, yaitu:
- Pada 20 Desember 2017 dimerger dengan PT Lestariputra Wirasejati (berdiri 1995), PT Java Tobacco (berdiri 2007, dahulu milik BAT Indonesia sebelum merger), PT Pantura Tobacco dan PT Cipta Pesona Bintang (belum beroperasi). Anak-anak usaha dari perusahaan-perusahaan ini, yaitu PT Bintang Boladunia dan PT Bintang Jagat Sejati (masing-masing beroperasi pada 2011 dan 2010, milik PT Lestariputra Wirasejati) dan PT Amiseta (berdiri 1957, milik PT Perusahaan Dagang Suburaman, anak usaha Bentoel Prima yang lain) juga digabungkan dalam merger dengan Bentoel Prima sebagai perusahaan penerima penggabungan.[23]
- Pada 17 Desember 2018 dimerger dengan PT Perusahaan Dagang Suburaman (didirikan 1993).[24]
- Pada 17 Desember 2019 dimerger dengan PT Perusahaan Dagang dan Industri Tresno (didirikan 1955).[25]
PT Bentoel Internasional Investama
PT Bentoel Internasional Investama sesungguhnya merupakan perusahaan induk dari Bentoel Prima, sehingga perusahaan ini tidak memproduksi rokok secara langsung. Bentoel Internasional didirikan pada 11 April 1987 dengan nama PT Rimba Niaga Idola dan mulai beroperasi pada tahun 1989. Sebelum menjadi PT, perusahaan ini adalah sebuah CV yang awalnya hanya mengelola dan memproses rotan mentah.[26] Berpusat di Samarinda, Kalimantan Timur, CV Rimba setelah menjadi PT kemudian memperluas usahanya dengan memproduksi furnitur dari rotan yang sebagian untuk ekspor.[27] Perusahaan ini memiliki pabrik di Tangerang dan Purwakarta, dan pada 1994 sempat merencanakan memproduksi tekstil.[28][29] Setelah tiga tahun berdiri, pada 5 Maret 1990 PT Rimba resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dengan harga Rp 3.800/saham. Kode sahamnya adalah RMBA, yang masih digunakan sampai sekarang oleh PT Bentoel Internasional Investama.[30]
Pada tahun 1996, PT Rimba Niaga Idola mengubah namanya menjadi PT Transindo Multi Prima Tbk. Sebelum melakukan perubahan nama ini, PT Rimba sudah meninggalkan bisnis rotan dan menjadi industri tekstil. Manajemen baru Transindo kemudian memperluas bisnisnya ke bidang perdagangan umum, termasuk distribusi rokok Bentoel.[31][32] Walaupun demikian, Transindo pada saat itu tidak memiliki prospek atau bisnis yang besar. Asetnya pada 1999 hanya mencapai Rp 6,8 miliar.[33]
Di tahun 2000, PT Bentoel Prima mengalami masalah karena terjerat hutang ke BPPN senilai Rp 281 miliar. Hadirlah pada saat itu orang lain, yaitu Bhakti Investama (milik Hary Tanoesoedibjo). Dengan bantuan dana dari George Soros (ada rumor yang menyatakan bahwa sebenarnya Soros-lah yang ingin mengakuisisi perusahaan rokok ini), Bhakti berniat untuk mengakuisisi PT Bentoel Prima. Caranya adalah, Bhakti mengakuisisi saham PT Transindo dahulu lewat skema rights issue, dimana pada Februari 2000 Hary Tanoe sudah menjadi Presiden Komisaris PT Transindo. Sebelum akuisisi ini, 65% saham Transindo sebenarnya sudah dimiliki Rajawali (lewat PT Amanat Surya Kudus dan PT Rajawali Corporation) sehingga kemungkinan Peter Sondakh juga menyetujui transaksi ini (karena rupanya PT Amanat juga terjerat hutang senilai Rp 8 miliar).[34][35][36] Lalu, pada Maret 2000, PT Transindo yang sudah dibawah kendali Bhakti kemudian mengakuisisi 75% saham Bentoel Prima dari tangan Rajawali (dan 75% PT Lestariputra Wirasejati, yang memproduksi rokok Star Mild) dengan total transaksi Rp 349 miliar. Sejak saat itu, praktis saham mayoritas PT Bentoel Prima dimiliki oleh PT Transindo Multi Prima dengan sisanya dimiliki langsung oleh Rajawali dan pihak lain.[37][38][39][40] Artinya, bisa dikatakan bahwa PT Bentoel Prima kini bisa masuk ke bursa saham dengan metode backdoor listing.[41][42] Seiring proses ini, pada 29 Agustus 2000, PT Transindo Multi Prima resmi berganti nama menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk, yang menjadi perusahaan induk dari dua pabrik rokok yang sudah diakuisisinya tersebut.[43]
Namun, kepemilikan Bhakti hanya berusia pendek, jelas tampaknya bahwa Hary Tanoe hanya sekedar investasi dan "numpang lewat" di perusahaan ini. Pada Maret 2001, Bhakti melepas 75% saham mereka (bisa dibilang menjual kembali) di PT Bentoel Internasional Investama ke pemilik aslinya, yaitu Rajawali Corporation.[44] Konon, pelepasan saham ini dilakukan karena adanya pergesekan antara Bhakti dan Rajawali Corpora dalam pengelolaan perusahaan.[45][46] Sejak saat itu, PT Bentoel Internasional Investama Tbk, kembali dikuasai oleh Rajawali Corpora kembali. Kemudian pada tanggal 17 Juni 2009, Rajawali akhirnya melepaskan sahamnya (56%) di perusahaan induk ini kepada British American Tobacco dengan harga total US$ 494 juta.[47] PT Bentoel Internasional Investama Tbk kemudian bergabung dengan PT BAT Indonesia Tbk sejak pada tanggal 1 Januari 2010 dengan tetap mempertahankan nama Bentoel di mana PT Bentoel Internasional Investama Tbk menjadi entitas yang menerima penggabungan.
Sejarah perusahaan lainnya yang berkaitan
PT BAT Indonesia Tbk
Bisnis British American Tobacco di Indonesia dimulai ketika pada 7 Agustus 1917, ketika Indonesia masih dalam penjajahan dan bernama Hindia Belanda ketika didirikan NV Indo-Egyptian Cigarette Company. Perusahaan ini mulai memproduksi rokok dengan mengakuisisi perusahaan Belanda bernama Mishell NV di Cirebon.[48] Lalu, pada 1923 namanya diubah menjadi British American Tobacco (Java) Co. Ltd, dan pada 1949 menjadi British American Tobacco Manufacturers (Indonesia) Ltd. Pada tahun 1955-1958, BAT Manufacturers melakukan penggabungan usaha dengan sejumlah anak usahanya.[49][50] Pada 23 September 1979, perusahaan ini didirikan kembali dengan nama baru: PT BAT Indonesia (PT British American Tobacco Indonesia), dan pada 20 Desember 1979 BAT Indonesia melepas 30% sahamnya ke publik di Bursa Efek Jakarta.[51] PT BAT Indonesia bergerak langsung dalam industri rokok dan berbagai produk tembakau, dan merupakan produsen rokok putih terbesar dalam negeri.[52][53] BAT Indonesia sendiri dikenal dengan berbagai produk rokoknya, seperti Ardath, Kansas, Commodore (Comfil Filter) , Lucky Strike, Dunhill, Pall Mall, Benson & Hedges, Kent, State Express 555, Rothmans, Player's Gold Leaf, Double Ace, Gold Fish, Mascot, Escort Senior, Medal, Kresta, Pirate, Capstan, Sweet Menthol, Bison, rokok khusus untuk militer dan lain-lainnya.[54][55] Perusahaan ini sempat mendapatkan masalah seiring penurunan pasar rokok putih, sehingga sempat menutup pabriknya di Semarang pada 1 Juni 1989.[56]
Pada tahun 1999, seiring dengan akuisisi induknya, British American Tobacco pada perusahaan rokok Rothmans International, pada 12 Januari 2000 PT BAT Indonesia Tbk resmi mengakuisisi anak usaha Rothmans, PT Rothmans of Pall Mall Indonesia.[57] PT Rothmans of Pall Mall awalnya bernama NV tot Exploitatie Van Sigarettenfabrieken Faroka (NV Faroka) yang merupakan salah satu pabrik rokok legendaris di Malang, Jawa Timur[58] dan awalnya didirikan pada 13 Juni 1931 dengan dimiliki oleh NV Tobacofina Belgia. Selanjutnya, perusahaan ini sempat dimiliki oleh pemerintah pendudukan Jepang (1942-1945) dan pemerintah Indonesia (1945-1949, 1965-1967) sebelum dikembalikan ke pemilik asalnya yang menyederhanakan namanya menjadi PT Faroka saja. Pada 16 September 1987 perusahaan ini berganti nama menjadi PT Rothmans of Pall Mall Indonesia setelah Rothmans International mengakuisisi seluruh saham perusahaan ini dari NV Tobacofina. Produk-produk PT Rothmans (dan Faroka sebelumnya) meliputi rokok merek Kansas, Monaco, Aida, Pall Mall, Virginia Gold, White Horse dan rokok ekspor.[59][60][61][62] Selanjutnya, pada 2005, PT Rothmans kemudian dimerger dengan induknya, PT BAT Indonesia[63][64] sehingga merek-merek PT Rothmans kini juga beralih ke PT BAT Indonesia Tbk.
Pada tahun 2009, induk PT BAT Indonesia, British American Tobacco resmi mengakuisisi Bentoel Internasional Investama. Lalu, pada 20 Oktober 2009 kedua perusahaan yang satu induk ini menandatangani kesepakatan untuk merger. Saham BAT akan ditukar menjadi 7,29 saham Bentoel dan Bentoel Internasional Investama akan menjadi surviving company yang menerima penggabungan.[65] Aset Bentoel akan menjadi Rp 4,9 T pasca merger, dan merger dilakukan demi memperkuat bisnis rokok British American Tobacco di Indonesia.[66] Pada 4 Oktober 2010, merger kedua perusahaan telah resmi dituntaskan dan saham BAT Indonesia, yaitu BATI dihapuskan dari Bursa Efek Indonesia. Aset PT BAT Indonesia kemudian beralih ke PT Bentoel Internasional Investama.[67]
PT Tresno
PT Perusahaan Dagang dan Industri Tresno (disingkat PT Tresno atau PDIT) didirikan pada 26 Mei 1955 dengan nama NV Perusahaan Dagang dan Industri Tresno dan berpusat di Kabupaten Malang. Perusahaan ini memproduksi rokok, seperti induknya terutama untuk rokok putih. PT Bentoel Internasional Investama, lewat anak usahanya PT Bentoel Prima memiliki 99% saham di PT Tresno.[68] Awalnya, perusahaan ini diberi lisensi oleh Philip Morris untuk memproduksi rokok putih internasional, Marlboro. Tresno bertanggung jawab atas distribusi dan produksi rokok ini.[69] Kerjasama ini masih bertahan hingga 1990-an dengan kapasitas 6 milyar batang.[70] Namun, perlahan-lahan Philip Morris juga membangun industrinya sendiri, sehingga pihak PT Tresno kemudian produksinya mulai menurun, walaupun masih dipertahankan oleh Philip Morris sebagai distributor eksklusif produk-produknya. Untuk menyiasatinya, PT Tresno kemudian meluncurkan rokok putih bermerek Country sejak 1994 dengan target awal pasar ekspor. Lalu, pada 1999 rokok ini mulai dijual di dalam negeri.[71] Hubungan Bentoel dengan Philip Morris akhirnya dihentikan pada 2005, setelah Philip Morris menggandeng PT Perusahaan dagang dan Industri Panamas yang dimiliki HM Sampoerna untuk mendistribusikan secara eksklusif produk-produknya.[72] PT Tresno kemudian tetap bertahan sebagai pabrik rokok putih di bawah Bentoel, dan setelah diakusisi oleh British American Tobacco juga memproduksi merek rokok asing (kembali) seperti Dunhill. Pada 17 Desember 2019, PT Tresno resmi digabungkan dengan induk usahanya, PT Bentoel Prima.[73]
PT Lestariputra Wirasejati
PT Lestariputra didirikan pada tahun 1995 dan berpusat di Malang. Perusahaan ini memproduksi rokok bermerek Star Mild, Prins1p Asli dan Pesona.[74][75] Pada awalnya perusahaan ini tidak tercatat sebagai milik Bentoel Prima, hingga pada 2000 lewat aksi korporasi yang dilakukan oleh Bhakti Investama maka perusahaan ini diakuisisi seharga Rp 35 miliar. Perusahaan ini kemudian menjadi anak usaha induk Bentoel, PT Transindo Multi Prima (kemudian menjadi Bentoel Internasional Investama), lalu dijadikan anak usaha dari anak perusahaan Bentoel Internasional Investama yaitu Bentoel Prima. Pada 2017, perusahaan ini akhirnya merger dengan induknya Bentoel Prima.
PT Perusahaan Dagang Suburaman
PT PD Suburaman didirikan pada 1993 dan memproduksi rokok bermerek Neo Mild, Rawit Kretek & Joged Kretek. Pada tahun 2018, perusahaan ini dimerger dengan induknya, Bentoel Prima dan mereknya kemudian dijual ke British American Tobacco.[76][77]
Perkembangan mutakhir
Untuk diketahui, dalam periode 24-28 Agustus 2020, saham Bentoel naik 136 persen.[78] Sejak awal tahun, saham RMBA juga naik 78,79 persen atau berkebalikan dengan kondisi umum yang mana indeks harga saham gabungan (IHSG) masih mencetak return negatif dalam periode tahun berjalan.[79]
Sejauh ini, perseroan menyampaikan kondisi operasional telah terdampak pandemi COVID-19. Perseroan sudah melakukan pengaturan jam kerja dan skema bekerja dari rumah untuk beberapa karyawan. Bentoel menyatakan tidak ada pemotongan gaji dan PHK terhadap karyawan. Namun, secara umum pendapatan perseroan diperkirakan turun 25 persen hingga 50 persen.
Guna menjaga keberlangsungan usaha, Bentoel memastikan stok rokok tersedia cukup di pasar. Anak usaha British American Tobacco itu juga melakukan upaya efisiensi sambil mempertahankan kualitas. Sebelumnya, Direktur Legal & External Affairs Bentoel Mercy Francisca Sinaga mengatakan perseroan mencetak keuntungan pada 2019 setelah tujuh tahun menderita kerugian.
Bentoel juga sukses memasarkan produknya ke 20 negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah. Negara tujuan ekspor perusahaan telah mengalami peningkatan yang pesat dari sebelumnya yang hanya berjumlah 8 negara pada 2016.
Joint Venture
Saat ini, banyak perusahaan yang melakukan joint venture, yakni perusahaan yang melakukan kerjasama untuk kesatuan perusahaan atau korporasi yang dibentuk antara 2 pihak atau lebih dengan tujuan menyatukan sumber daya untuk menjalankan aktivitas ekonomi atau proyek tertentu secara bersama-sama. Itulah yang dilakukan oleh PT. Bentoel Prima (BAT) dengan Eratel Prima.
Eratel Prima adalah perusahaan distribusi atau penyedia layanan komunikasi seperti pulsa, agen pulsa, dan lainnya. Lalu, kedua perusahaan ini melakukan joint venture dan membentuk perusahaan serta menghadirkan berbagai produk PT Bentoel Prima, yang dialihkan ke PT Adhitama Sejahtera Abadi & PT Adhitama Sejahtera Alami. Perusahaan ini notabene merupakan bentuk Joint-Venture antara Bentoel Group dengan Eratel Prima pemegang kontrak pertama dan sebagai distributor rokok. Kemudian ikut andil pula PT Djirak Bukit Abadi Tembakau menghadirkan produk bersama. Produk yang dihadirkan yakni Sky Mild, Sobat Kretek, Sobat Filter, Solo Kretek, Solo Filter, X Mild, Clu13 (Club Mild), dan Country International. Dan perusahaan sebagai distribusi, PT First World Indonesia.
Export Bentoel
PT Bentoel International Investama Tbk sering melakukan ekspor produknya ke berbagai negara. Namun, pada 9 Juli 2021, manajemen emiten rokok Grup British American Tobacco (BAT), PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) menyampaikan perseroan berhasil mengekspor produk-produk berkualitas tinggi ke 23 negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah di tahun lalu dengan nilai mencapai Rp 2,9 triliun. Nyaris Rp 3 triliun ekspor Bentoel berbagai merk.
Steve Pore, Presiden Direktur, Bentoel Internasional Investama, perseroan terus berkomitmen untuk mendukung program-program Pemerintah dalam berbagai bidang.
Negara tujuan ekspor Perseroan tersebut telah mengalami peningkatan yang pesat dari sebelumnya yang berjumlah 20 negara di tahun 2019. Pencapaian ini tentunya turut memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan ekspor negara dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Steve mengatakan, dengan didukung oleh infrastruktur operasional yang lengkap, mulai dari proses penanaman daun tembakau sampai distribusi produk akhir (seed-to-smoke), perusahaan membuktikan kontribusinya terhadap agenda Grup dalam mencapai visi 'Masa Depan yang Lebih Baik' (A Better Tomorrow) dengan melakukan ekspor. Ekspor ini dilakukan baik dalam bentuk rokok maupun tembakau dan bertransformasi menjadi pusat ekspor (export hub) multi-kategori.
Lebih lanjut, dalam pernyataan resminya, manajemen Bentoel menyatakan, setelah melalui penyempurnaan selama bertahun-tahun, induk perusahaan perseroan, British American Tobacco (BAT) dengan bangga mengumumkan bahwa Indonesia menjadi pasar ke-18 yang tergabung dengan kelompok pasar dengan ambisi baru.
Produk utama
- Dji Sam Soe, merek rokok kretek pertama yang disebut "Raja Kretek" sejak 1913.
- Sampoerna Kretek, merek rokok kretek yang pertama kali diluncurkan di Bali tahun 1968.
- A Mild, merek rokok low tar and nicotine (LTLN) yang tertinggi penjualannya yang pertama kali diluncurkan tahun 1988.
- Marlboro, merek rokok putih best seller dari Philip Morris Internasional.
- Philip Morris, produk dari Philip Morris Internasional.
- Panamas, merk rokok kretek dari pembuat Dji Sam Soe.
- IQOS, Produk tembakau anti asap dari Philip Morris International
Produk
Sigaret Kretek Tangan
- Bentoel SJT
- Solo Kretek
- Sobat Kretek
- Tali Jagat Raya
- Mars Brand Shag
- Mars Brand Shag Phoenix
- Joged Super
- Rawit
Sigaret Kretek Mesin Full Flavor
- Dunhill Fine Cut Filter
- Bentoel Biru
- Club Filter
- Solo Filter
- Sobat Filter
Sigaret Kretek Mesin Light Mild
- Dunhill Mild
- Dunhill Mild Ultra
- Lucky Strike Mild
- Sky Mild
- Clu13 (Club)
- X Mild
- Star Mild
Sigaret Kretek Mesin Medium Tar
- Lucky Strike Bold
Sigaret Putih Tangan
- Ardath Specials Unfiltered
Sigaret Putih Mesin
- Dunhill International Filter
- Dunhill International Lights
- Dunhill International Menthol Lights
- Lucky Strike Original Filter
- Lucky Strike Original Lights
- Lucky Strike Cool Switch
- Lucky Strike Purple Boost
- Lucky Strike Switch
- Ardath Specials
- Country International
- Commodore Filter
Oral Nikotin (Kantong Nikotin)
- Velo Berry Frost
- Velo Tropic Mix
- Velo Polar Mint
- Velo Exotic Clove
Bekas Produk
Sigaret Kretek Tangan
- Bentoel Sejati
- Bentoel Sejati Gold
- Bentoel SJT
- Bentoel Kretek
- Bentoel Merah Kretek
- Bentoel Enak
- Bentoel Manalagi
- Bentoel Manis
- Bintang Buana Raya
- Prinsip Asli
- Prinsip Reguler
- Rawit Special
- Rawit International
- Rawit Sedap
- Joged Super
- Joged Premium
- Bentoel Tawar
- Bentoel Remaja
- Bentoel Remaja Jaya
- Terong
- Bima
Sigaret Kretek Mesin Full Flavor
- Bentoel Biru
- Bentoel Merah Filter
- Bentoel Filter
- Bentoel Klasik
- Bentoel International
- Bentoel International Superior
- Bentoel International Export Quality
- Bentoel Prima
- Bentoel Redgold
- Bentoel Export
- Bentoel Super
- Bentoel Special
- Bentoel Premier
- Bentoel Premium
- Bentoel Deluxe
- Bentoel Sensasi
- Bentoel Prima
- Bentoel Sensasi Klasik
- Bentoel Executive
- Bentoel Kasih
- Evergreen
- Bentoel Royal Filter
- Interbiru
- Interbiru Deluxe
- Remaja Jaya Filter
- Bintang Buana Filter
- Tali Jagat Filter
Sigaret Kretek Mesin Mild
- Bentoel Mild
- Bentoel Ultra Mild
- Kansas Mild
- Ardath Mild
- Star Mild
- Star Mild Menthol
- Star Mild Extra
- Star Mild Extra Plus
- Star Mild Cool Menthol
- Star Mild Cool Menthol Green Spot (G-Spot)
- Star Mild Tritek
- Star Mild Mintek
- X Mild
- Club Mild
- Neo Mild
- unO Mild
- One Mild
- Dunhill Fine Cut Mild Tropical Mix (Dunhill Mix/D-Mix)
- Dunhill Fine Cut Mild Evoque
Sigaret Putih Tangan
- Bentoel Internasional Unfiltered
Sigaret Putih Mesin
- Ardath Specials
- Ardath Lights Blue
- Ardath Menthol
- Ardath Java American
- Country International
- Country Lights
- Capstan
- Kansas Filter
- Kansas Lights
- Kansas Menthol
- Kansas Specials
- Commodore Filter
- Commodore Lights
- Commfil Specials
- Commfil Lights
- Lucky Strike Menthol Lights
- Lucky Strike Fusion Lights
- Lucky Strike Original Lights
- Lucky Strike Switch
- Dunhill Menthol
- Dunhill Switch
- Dunhill Switch Release
- Pall Mall Filter
- Pall Mall Lights
- Pall Mall Menthol Lights
- Country International
- Country Lights
- KENT Filter Red
- KENT Lights
- KENT Tritek Blue Futura
- KENT Tritek Silver Neo
- KENT Charcoal Filter
- KENT XD
- Peter Stuyvesant Filter
- Peter Stuyvesant Plain
- Peter Stuyvesant Lights
- Peter Stuyvesant Menthol Lights
- Peter Stuyvesant Tropicana
- Peter Stuyvesant 4Mix
- State Express 555
- Benson & Hedges
- Rothmans Filter Red
- Rothmans Lights Blue
- Rothmans KOOL
- Sweet Menthol
- KOOL Filter Kings
- KOOL Lights
- KOOL Boost
- KOOL Boost Menthol
- KOOL Escape Miami Breeze
- Kool Escape Newyork WBeat
- KOOL Escape Bali Sunset
- KOOL Maxx 8
- KOOL Boost 8
- KOOL Boost 5
- KOOL Mixx 8
- KOOL Mixx 5
- Viceroy
- Escort
- Mascot
Kontribusi Sosial
Agenda keberlanjutan mencerminkan komitmen perseroan untuk mengurangi dampak kesehatan atas bisnis kami sebagai fokus utama perhatian kami. Dalam menjalankan produksi tembakau, perseroan tidak melupakan aspek menjaga lingkungan. Beberapa usaha perseroan adalah berkolaborasi dengan Universitas Mataram untuk menjalankan penelitian mengenai kualitas air, tanah, dan udara saat produksi tembakau, melakukan program penghijauan dengan menanam 8.200 pohon kemiri di Lombok Tengah dan Lombok Timur, serta melakukan pelatihan di lapangan untuk mitra petani sebagai bagian dari Program Tembakau Berkelanjutan.
Program ini merupakan komitmen perseroan untuk secara terus menerus dalam memberdayakan dan mendukung pertumbuhan usaha kecil dalam rangka membantu memulihkan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Di tahun 2020, perseroan juga berperan aktif dalam mendukung berbagai upaya pemerintah dalam menangani krisis ini, tim lintas divisi secara cepat bekerja bersama untuk memproduksi hand sanitizer di salah satu pabrik Perseroan di Malang.
Hand sanitizer tersebut, bersama dengan bantuan lain berupa masker, kaca mata medis, sarung tangan, dan Alat Pelindung Diri (APD) didistribusikan kepada masyarakat sekitar melalui Pemerintah di Jakarta, Kota dan Kabupaten Malang, serta Nusa Tenggara Barat.
Manajemen mengungkapkan, tahun 2021 masih akan menjadi tahun yang penuh tantangan. "Terlepas dari tantangan-tantangan tersebut di atas, perseroan yakin bahwa kami akan terus berperan aktif dalam perekonomian Indonesia menciptakan nilai dan masa depan yang lebih baik bagi semua pemangku kepentingan."
Di sisi lain, terkait dengan vaksinasi, pada 30 Juni 2021, Bentoel Group bersama Komando Distrik Militer (Kodim) 0818 Kabupaten Malang - Kota Batu baru saja menggelar vaksinasi massal di di pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Karanglo.
Proses vaksinasi dilakukan dengan target 1.250 karyawan. Program Vaksinasi ini bertujuan untuk mendukung program pemerintah dalam mempercepat proses vaksinasi bagi masyarakat serta membantu pemulihan ekonomi nasional.
Selain program tersebut, perseroan juga berpartisipasi dalam program Vaksin Gotong Royong yang disediakan oleh Pemerintah melalui Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).
Kontroversi
Merk Neo Mild
PT Bintang Pesona Jagat ternyata mengambil merek rokok "neO Mild" yang dimiliki oleh PT Karya Tajinan Prima yang lebih dulu menggunakan merek tersebut. Kasasi merek "neO Mild" antara Karya Tajinan Prima dengan Bintang Pesona Jagat bermula dari gugatan yang diajukan Karya Tajinan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya atas keputusan Bea dan Cukai pada 16 Juni 2010 yang mengizinkan kedua merek rokok itu muncul bersamaan. Tetapi kemudian pihak Bentoel Group mengakali vonis tersebut dengan bukti-bukti bahwa merek "neO Mild" versi Bintang Pesona Jagat yang pertama kali didaftarkan nomor 503266 tanggal 17 Mei 2001, untuk kelas 34, jenis barang rokok dan Karya Tajinan Prima melanggar hak eksklusif atas merek dagang terdaftar "neO Mild" dengan menggunakan merek tidak terdaftar "neO Mild" yang memiliki persamaan pada pokoknya.[80]
Museum Sejarah Bentoel
Museum Bentoel adalah museum khusus yang menceritakan sejarah pembuatan merek rokok bernama Bentoel. Letak museum ini di Kota Malang. Museum Bentoel beralamat di Jalan Wiromargo Nomor 32, Sukoharjo, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur.
Museum Bentoel dibangun sebagai media pembelajaran sejarah dan budaya. Museum Bentoel dulunya adalah rumah pribadi pendiri Bentoel, Ong Hok Liong.
Museum Bentoel terbagi menjadi dua bangunan atau galeri yaitu galeri foto & galeri cengkeh. Galeri-galeri ini memberikan informasi tentang berbagai merek rokok, sejarah dan perkembangan Bentoel Group. Koleksi lainnya ialah patung.
Museum Bentoel memamerkan foto-foto lama yang menampilkan cara pekerja pabrik rokok zaman dulu dalam memetik dan menjemur cengkih. Bangunan museum tepat berada di bekas rumah pendiri Bentoel, yaitu Ong Hok Liong. Pada akhir tahun 1970 bangunan ini sempat dibongkar, tetapi dibatalkan dan dibangun kembali seperti semula oleh Bentoel Group. Juga terdapat barang-barang antik peninggalan sang pendiri Bentoel, seperti mesin linting rokok, telepon, arca kuno, radio, sepeda, dan lain-lain.
Namun, pada 8 September 2019, Bentoel Group memutuskan untuk menjual asetnya untuk pengembangan bisnis. Director of Legal & External Affairs menyebut pihaknya terus melakukan kajian terhadap setiap lini usaha dan aset-aset perusahaan dan memutuskan untuk melepaskan semua aset yang sebelumnya digunakan untuk Museum Bentoel agar dapat lebih fokus kepada prioritas perusahaan dalam menumbuhkan bisnis dan akan terus berkomitmen untuk mengembangkan brand atau produk dan sumber daya manusia.[81]
Namun, banyak warga Malang ataupun wisatawan yang merasa kehilangan atas dijualnya Museum Bentoel ini. Kini koleksi-koleksi museum tersebut telah dipindahkan ke berbagai lokasi milik Bentoel Group. [82]
Dan ini bukan kali pertama, BAT Indonesia menjual asetnya. Pada era 1980-an, pamor rokok putih terus turun. Pangsa pasarnya pun tergerus. Akibatnya, para produsen rokok jenis tersebut terpaksa menghentikan kegiatan di pabrik yang ada untuk efisiensi biaya. Semua aset British American Tobacco Indonesia di Semarang segera dijual kepada yang berminat kala itu. Dan berakhir pada konklusi penutupan pabrik di Semarang, Jawa Tengah, pada medio 1989. BAT Segera Jual Asetnya Rp64 Miliar dan BAT Ambil Langkah Diversifikasi untuk Atasi Kesulitan.
Langkah ini harus ditempuh perusahaan guna menjawab kondisi pasar yang berubah akibat preferensi konsumen. Produk rokok putih era itu makin ditinggal penggemarnya sehingga menyisakan pangsa pasar yang sempit.
Per 1 Juli 1989, PT BAT resmi menghentikan kegiatan di pabriknya di Semarang. Kala itu, memang persaingan rokok putih dan rokok kretek tak seimbang. Bagi BAT, tutupnya pabrik di Semarang tentu merupakan sebuah pukulan. Pasalnya, induk usaha BAT yang berkantor pusat di Inggris berinvestasi secara langsung.[83]
Bentoel Ajukan Delisting
Pada 1989, Bentoel terdaftar sebagai perusahaan publik dengan melepas saham ke publik melalui penawaran saham perdana sebanyak 1,2 juta lembar dan harga penawaran Rp 3.380/unit.
Lalu, lewat saham, Bentoel dibeli oleh British American Tobacco Indonesia. Sampai pada akhirnya, melakukan merger perusahaan resmi pada 1 Januari 2010. Sampai akhirnya, pada 6 Agustus 2021, Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara (suspensi) perdagangan saham emiten produsen rokok asal Malang, Jawa Timur, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) mulai sesi I perdagangan 6 Agustus 2021.
Suspensi tersebut dilakukan seiring perusahaan yang memasarkan rokok merk Dunhill dan Lucky Strike ini berencana untuk mengubah status menjadi perusahaan tertutup (go private) dan melakukan penghapusan pencatatan saham di bursa (delisting).[84]
Menurut keterbukaan informasi di website BEI, pihak Bentoel telah mengajukan permohonan kepada bursa untuk melakukan suspensi saham perusahaan.
"Penghentian sementara perdagangan saham perseroan tidak berdampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perseroan," jelas Direktur RMBA Faisal Saif.
Faisal Saif menambahkan, perseroan akan melakukan keterbukaan informasi terpisah terkait rencana go private (jadi perusahaan private) dan delisting (tak lagi tercatat di bursa) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Referensi
- ^ Akuisisi Bentoel, BAT Incar Pasar Kretek Indonesia
- ^ "BAT Kuasai 99,74% Saham Bentoel
- ^ British American Tobacco Jual Saham Bentoel Rp 737 Miliar
- ^ Laporan keuangan juni 2019 bentoel investama
- ^ BENTOEL
- ^ Gunung Kawi: Dari Burung Sampai Turki, Akhirnya Bentoel
- ^ Mark Hanusz (2000). Kretek: The Culture and Heritage of Indonesia's Clove Cigarettes. Equinox Pub. hlm. 126–127. ISBN 978-979-95898-0-4.
- ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 18,Masalah 13-20
- ^ The Rise of Ersatz Capitalism in South-East Asia
- ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 4,Masalah 19-20
- ^ Perkara kredit macet
- ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 11,Masalah 11-19
- ^ Agenda ekonomi Indonesia
- ^ Demokrasi masih terbenam: catatan keadaan hak-hak asasi manusia di Indonesia, 1991
- ^ A Nation in Waiting: Indonesia's Search for Stability
- ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 9,Masalah 11-12
- ^ Historia Bisnis : Kiat Budhiwijaya Kusumanegara Memimpin Bentoel
- ^ A Nation in Waiting: Indonesia's Search for Stability
- ^ Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put-47325/PP/M.I/16/2013
- ^ Full Circle
- ^ BENTOEL
- ^ Bentoel Prima dan Bentoel Distribusi Utama Sepakat Tanda Tangani PJSB
- ^ Laporan Keuangan Bentoel Juni 2018
- ^ Bentoel Internasional (RMBA) menggabungkan dua anak usaha
- ^ PT Bentoel Gabungan Dua Anak Usaha
- ^ Capital Market Directory
- ^ PT BENTOEL INTERNASIONAL INVESTAMA Tbk - IDX
- ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 5,Masalah 41-52
- ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 7,Masalah 5-6
- ^ Sejarah dan Profil Singkat RMBA (Bentoel Internasional Investama Tbk)
- ^ INFORMATION DISCLOSURE OF PT BENTOEL
- ^ REKAYASA SKENARIO KODOK MELAHAP GAJAH
- ^ Indonesian Business: The Year in Review
- ^ JP/Soros to acquire Bentoel through third party
- ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 19,Masalah 14-19
- ^ Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 13,Masalah 3-4
- ^ JP/Soros to acquire Bentoel through third party
- ^ Ekonomi Politik Media Penyiaran
- ^ Tempo, Volume 28,Masalah 38-46
- ^ Bentoel Prima became a 'Public' Company
- ^ REKAYASA SKENARIO KODOK MELAHAP GAJAH
- ^ Indonesian Business: The Year in Review
- ^ Warta ekonomi: mingguan berita ekonomi & bisnis, Volume 19,Masalah 7-13
- ^ Gamma, Volume 3,Masalah 6-14
- ^ Panji masyarakat
- ^ Full Circle
- ^ BAT Ambil Alih Bentoel
- ^ 400 Years and More of the British in Indonesia
- ^ Profile of 100 Top Industries & Managers in Indonesia
- ^ Moody's International Manual
- ^ Laporan Keuangan BAT Indonesia 2004
- ^ Informasi, Volume 16,Masalah 187-190
- ^ Bab 3-4[pranala nonaktif permanen]
- ^ Parlementaria, Volume 68-79
- ^ Indonesian Capital Market Directory
- ^ HISTORIA BISNIS: Berakhirnya Kejayaan Pabrik Lucky Strike di Semarang
- ^ Mergent International Manual, Volume 2
- ^ PABRIK ROKOK N.V. TOT EXPLOITATIE VAN SIGARETTENFABRIEKEN FAROKA DI MALANG TAHUN 1931-1947
- ^ Kansas Berganti Tuan
- ^ Tentang Kehebatan Dan Megahnya Pabrik Rokok Faroka
- ^ Perusahaan Rokok Putih di Malang, ROTHMANS OF PALL MALL INDONESIA, PT
- ^ Focus on Indonesia
- ^ Indonesian Commercial Newsletter, Volume 30,Masalah 403-410
- ^ Informasi, Volume 16,Masalah 187-190
- ^ Bentoel-BAT Indonesia Tanda Tangani Proses Merger
- ^ BAT Indonesia dan Bentoel Bakal Merger
- ^ Saham BATI Efektif Gabung Bentoel 4 Januari 2010
- ^ Tresno Keterangan tentang Tresno dan BAT Korea
- ^ Far Eastern Economic Review, Volume 153
- ^ Informasi, Masalah 209-214
- ^ Pemasaran Gerilya ala Country
- ^ Putus Dengan Bentoel, Philip Moris Gandeng Sampoerna
- ^ PT Bentoel Gabungan Dua Anak Usaha
- ^ Putusan PN SLEMAN Nomor 592/Pid.Sus/2017/PN Smn
- ^ PT. LESTARIPUTRA WIRASEJATI (INDONESIA)[pranala nonaktif permanen]
- ^ PT. PERUSAHAAN DAGANG SUBURAMAN (INDONESIA)[pranala nonaktif permanen]
- ^ Bentoel Alihkan Hak Merek Neo Mild ke Perusahaan Ini
- ^ Melejit 136 Persen dalam Sepekan, Saham Bentoel (RMBA) Dipantau BEI
- ^ Naik 136%, BEI Sebut Saham Bentoel di Luar Kebiasaan
- ^ Kalah Sengketa Merek, Anak Usaha Bentoel Ajukan Kasasi
- ^ Ini Alasan Museum Sejarah Bentoel di Malang Dijual
- ^ Museum Sejarah Bentoel di Malang Dijual, Wali Kota Prihatin
- ^ Tjahjono Sedih Gedung Bersejarah Pabrik Rokok BAT di Pengapon Dihancurkan
- ^ Pengumuman! Bentoel Ajukan Delisting, Sahamnya Disuspensi