Bahasa Muna

bagian dari rumpun bahasa Austronesia
Revisi sejak 5 Oktober 2021 10.20 oleh Kasuaribiru (bicara | kontrib) (Rujukan: Kosakata)

Bahasa Muna merupakan sebuah bahasa Austronesia yang utamanya dituturkan di Pulau Muna dan sebagian barat laut Pulau Buton di Sulawesi Tenggara. Dokumentasi tentang bahasa Muna lumayan baik; karya akademis mengenai bahasa Muna dalam bahasa Inggris mencakup sebuah buku tata bahasa rujukan dan sebuah kamus karya ahli bahasa René van den Berg (1989, 1996).[5][6]

Bahasa Muna
Wamba Wuna
Dituturkan diSulawesi, Indonesia
WilayahPulau Muna, Pulau Buton
Penutur
(300.000 per 1989, 2007)[1]
Perincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[2]

  • 300.000 (1989–2007)
Kode bahasa
ISO 639-3mnb
Glottologmuna1247[3]
IETFmnb
Status pemertahanan
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC6b Threatened
Bahasa Muna dikategorikan sebagai C6b Threatened menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mulai terancam dan mengalami penurunan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Referensi: [4]
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa ini merupakan salah satu bahasa dunia yang terancam punah dengan jumlah penutur yang semakin menurun tiap tahunnya.[7]

Klasifikasi

Bahasa Muna termasuk ke dalam subkelompok Muna–Buton, yang merupakan cabang dari kelompok Celebik dari keluarga bahasa Austronesia.[8] Dalam rumpun Muna–Buton, bahasa Muna merupakan anggota terbesar dari subcabang Munik, yang juga mencakup bahasa-bahasa yang lebih kecil, seperti bahasa Pancana, Kioko, Liabuku, Kaimbulawa, dan Busoa.[9][10]

Dialek

Bahasa Muna memiliki tiga dialek:

  • bahasa Muna "Standar", yaitu ragam bahasa Muna yang dituturkan di bagian utara serta tengah Pulau Muna, serta di pantai barat laut Pulau Buton;
  • dialek Tiworo, dituturkan di Kecamatan Tikep di barat laut Pulau Muna;
  • dialek Muna Selatan, yang memiliki dua subdialek, yaitu Gumas dan Siompu.

Perbedaan antara dialek-dialek ini kebanyakan terbatas pada kosakata, walaupun terdapat pula sedikit perbedaan fonologis.[11]

Fonologi

Konsonan

Fonem konsonan dalam bahasa Muna dijabarkan dalam tabel berikut:[12]

Konsonan
Labial Lamino-dental Alveolar Palatal Velar Uvular Glotal
Plosif nirsuara biasa p t (c) k
terpranasalisasi ᵐp ⁿt ᵑk
bersuara biasa b d̪ <dh> d (ɟ) g
terpranasalisasi ᵐb ⁿd ᵑg
Implosif ɓ <bh>
Frikatif nirsuara biasa f s h
terpranasalisasi ⁿs
bersuara ʁ <gh>
Sengau m n ŋ <ng>
Getar r
Lateral l
Aproksiman ʋ <w> (j) <y>

Catatan:

  • Fonem /ʋ/ direalisasikan sebagai aproksiman labiodental [ʋ] sebelum vokal takbulat (seperti /i/ dan /e/), dan sebagai aproksiman bilabial [β̞] sebelum vokal bulat (seperti /u/ dan /o/).[13]
  • Dalam ujaran yang cepat, deret bunyi /bu, pu, mbu, mpu/ dalam suku kata yang mendapat tekanan dapat diucapkan dengan bunyi getar sebagai [ʙu, ʙ̥u, mʙu, mʙ̥u].[14]
  • Pada kolom alveolar, /t/ dan /ⁿt/ sebetulnya merupakan konsonan apiko-dental (diucapkan dengan menempelkan ujung lidah ke gigi atas).[14]

Vokal

Terdapat lima fonem vokal dalam bahasa Muna: /a/, /i/, /u/, /e/, /o/.[15] Vokal-vokal ini dapat bergabung untuk membentuk deret bunyi dengan dua atau tiga vokal. Deret vokal dengan dua bunyi yang serupa direalisasikan sebagai vokal panjang, contohnya pada kata tuu [tu:] 'lutut'. Pada deret vokal dengan tiga bunyi, sebuah hentian glotal yang tidak fonemis dapat diselipkan setelah vokal pertama, contohnya pada kata nokoue [noko(ʔ)ue] 'ia berurat'.[16]

Struktur suku kata

Seperti banyak bahasa Sulawesi lainnya,[17] bahasa Muna hanya memiliki suku kata terbuka dengan pola KV (konsonan-vokal) dan V (vokal saja), seperti yang bisa dilihat dalam kaindea /ka.i.ⁿde.a/ 'perkebunan', padamalala /pa.da.ma.la.la/ 'serai', akumadiuandae /a.ku.ma.di.u.a.ⁿda.e/ 'akan kucuci [benda-benda tersebut] dengannya'.[18] Kata serapan dari bahasa Melayu/Indonesia dan bahasa lainnya akan diadaptasi ke dalam bentuk suku kata bahasa Muna: karadhaa /karad̪aa/ dari kata Melayu/Indonesia "kerja", kantori /kaⁿtori/ < "kantor" (dari bahasa Belanda kantoor), wakutuu /wakutuu/ < "waktu" (dari bahasa Arab waqt).[19]

Tata bahasa

Verba

Verba bahasa Muna mengalami infleksi berdasarkan modus dan persona gramatikal dari subjek dan objeknya. Persona dimarkahi secara nominatif-akusatif: awalan pemarkah persona menandai subjek dari verba transitif dan intransitif, sementara akhiran pemarkah persona menandai objek langsung dan tidak langsung dari verba.[20]

Terdapat tiga kelas verba yang masing-masingnya memiliki bentuk awalan pemarkah persona yang sedikit berbeda. Kelas-kelas verba ini dinamai berdasarkan bentuk awalan pemarkah persona pertama-nya.[21]

kelas a- kelas ae- kelas ao-
realis irealis realis irealis realis irealis
1.sg a- a- ae- ae- ao- ao-
2.sg.fam o- o- ome- ome- omo- omo-
1.sg.hon to- ta- te- tae- to- tao-
3.sg no- na- ne- nae- no- nao-
1.du.incl do- da- de- dae- do- dao-
1.pl.incl do- -Vmu da- -Vmu de- -Vmu dae- -Vmu do- -Vmu dao- -Vmu
1.pl.excl ta- ta- tae- tae- tao- tao-
2.pl.fam o- -Vmu o- -Vmu ome- -Vmu ome- -Vmu omo- -Vmu omo- -Vmu
2.pl.hon to- -Vmu ta- -Vmu te- -Vmu tae- -Vmu to- -Vmu tao- -Vmu
3.pl do- da- de- dae- do- dao-

Untuk verba kelas ae- dan ao-, pemarkahan modus cukup menggunakan awalan subjek yang sesuai:[22]

de-basa 'kita membaca' (realis) ~ dae-basa 'kita akan membaca' (irealis)
no-lodo 'dia tidur' (realis) ~ nao-lodo 'dia akan tidur' (irealis)

Untuk verba kelas a-, pemarkahan modus irealis harus mengikutsertakan sisipan <um>:

no-horo 'ia terbang' (realis) ~ na-h<um>oro 'ia akan terbang' (irealis)

Verba intransitif umumnya menggunakan prefiks kelas a- atau ao-. Secara umum, verba kelas a- merupakan verba intransitif dinamis, sementara verba kelas ao- merupakan verba intransitif statif.[23] Kecuali dalam beberapa kasus, verba transitif biasanya menggunakan prefiks kelas ae- jika memiliki objek taktakrif, tetapi menggunakan prefiks kelas a- jika memiliki objek yang takrif.[24]

ne-ala-mo kapulu 'Ia mengambil (sebuah) parang' (taktakrif, prefiks kelas ae-)
no-ala-mo kapulu-no 'Ia mengambil parangnya' (takrif, prefiks kelas a-)

Terdapat dua set akhiran untuk objek, masing-masingnya memarkahi objek langsung dan taklangsung.[25]

langsung taklangsung
1.sg -kanau -kanau
2.sg.fam -ko -angko
2.sg.hon -kaeta -kaeta
3.sg -e -ane
1.du./pl.incl --- ---
1.pl.excl -kasami -kasami
2.pl.fam -koomu -angkoomu
2.pl.hon -kaetaamu -kaetaamu
3.pl -da -anda

Penggabungan dua sufiks hanya dapat dilakukan antara sufiks-sufiks objek taklangsung dan sufiks objek taklangsung persona ketiga tunggal -e:[26]

a-ghumoli-angko-e 'akan kubelikan itu untukmu.'

Kosakata

Daftar kosakata:[27]

Nomor Bahasa Muna Bahasa Indonesia
1. inodi saya
2. ihintu engkau
3. anoa dia
4. insaidi kami
5. intaidi Tuan (anda)
6. andoa mereka
7. aini ini
8. aitu itu
9. ohao apa
10. neafa mengapa
11. noBari banyak
12. sendai sedikit
13. sega sebahagian
14. selabunta setengah
15. nobala besar
16. norubu kecil
17. newanta panjang
18. noŋkubu pendek
19. noseke sempit
20. nolie longgar
21. nokolabi lebih
22. nokae kurang
23. nopono penuh
24. moGane laki-laki
25. robine perempuan
26. leŋke banci
27. mie orang
28. ana anak
29. kamukula orang tua
30. kalambe gadis
31. Birinanda janda
32. kenta ikan
33. manumanu burung
34. karambau kerbau
35. otu kutu
36. WolaWo tikus
37. WeWi babi
38. manu ayam
39. bebe itik
40. Guntoli telur
41. sea semut
42. Beka kucing
43. bueya buaya
44. kumbohu biawak
45. dahu anjing
46. aDara kuda
47. ndoke monyet
48. kaGuleGule ulat
49. Gule ular
50. ponu penyu
51. sasa cecak
52. lalembanua lipas
53. Wili bengkarung
54. Waeya kelelawar
55. gaDa gajah
56. harimau harimau
57. la pohon
58. ro daun
59. paraka akar
60. Bake buah
61. Wuna bunga
62. kambea bunga
63. karaGa dahan
64. Wine benih
65. Gonu biji
66. kuli kulit
67. ihi daging
68. rea darah
69. buku tulang
70. taBa lemak
71. tandu tanduk
72. punda ekor
73. Wulu bulu
74. fotu kepala
75. poŋke telinga
76. bunsolo mata
77. ne hidung
78. WoBa mulut
79. nunsu mulut
80. Waŋka gigi
81. lela lidah
82. konisi kuku
83. GaGe kaki
84. tu lutut
85. lima tangan
86. Wunanolima jari
87. taGi perut
88. WuGu leher
89. titi tetek
90. bake jantung
91. Gate hati
92. fura alat kelamin laki-laki
93. Wusi alat kelamin wanita
94. foroGu minum
95. fuma makan
96. sia gigit
97. Gondo lihat
98. fetiŋke dengar
99. pandeha.ne tahu
100. lodo tidur
101. Wono cium
102. kadampa raba
103. fenami merasa
104. kadiu mandi
105. GoGora kencing
106. dea buang air besar
107. leni berenang
108. kala berjalan
109. rato datang
110. ndolehao berbaring
111. ŋkora duduk
112. ere berdiri
113. foWaGo memberi
114. uŋko jongkok
115. loŋkofao tiarap
116. tende lari
117. punda loncat
118. alo malam
119. ale lambai
120. aru anu
121. alu menggiring
122. aro hadapi
123. ali keluarkan
124. ase permainan galah
125. asi saya
126. ara sopi
127. ala ambil
128. tonde gelas
129. tondo pagar batu
130. gambe robek
131. gambo setengah matang’ (kambuse)
132. esa mengangkat bagian badan
133. usa memindahkan tanaman yang masih kecil dengan tanahnya
134. reŋku kering karena dijemur
135. ruŋku gembira
136. oWa bawa
137. eWa melawan
138. lambe tersandung
139. lambu rumah
140. kiri kikis
141. kori lepra
142. koro pantat
143. toli ingus
144. tolo telan
145. ina ibu
146. bate bentuk
147. bite bersolek
148. Gata budak
149. Gati jepit
150. aWa kakek, nenek; cucu
151. oWa bawa
152. olo nama burung
153. fonisi memanjat
154. bisara berkata
155. podea berteriak
156. kamunti berbisik
157. nelagu bernyanyi
158. neŋkawowo bersiul
159. nosumpa bersumpah
160. noparamuntu menggerutu
161. Goleo matahari
162. Wula bulan
163. kolipopo bintang
164. aro dimuka
165. kola lipatan daging pada leher
166. kula sukum
167. karumbu belukar
168. karombu gemuk
169. lani langit
170. olu awan
171. Guse hujan
172. oe air
173. kaWeya angin
174. kontu batu
175. Bone pasir
176. Wite tanah
177. Gumbo asap
178. ifi api
179. kabaWo gunung
180. katuGa hutan
181. Garabu debu
182. Kaporate lembah
183. lia liang
184. kadea merah
185. iDo hijau
186. kakuni kuning
187. kapute putih
188. kaGito hitam
189. kakanda biru
190. Wuno ungu
191. Balamba belang
192. korondoha malam
193. GoleGoleo siang
194. sanimaGoleo sore
195. saoWalano subuh
196. kamentae pagi
197. nopana panas
198. norindi dingin
199. nopono penuh
200. buGou baru
201. neta baik
202. neŋkonu bulat
203. noneu kering
204. nomeme basah
205. kabelatu utara
206. mataGoleo timur
207. salata selatan
208. kanso.pa barat
209. ama ayah
210. isa kakak laki-laki/perempuan
211. fokoamau paman
212. fokoinau bibi
213. tamba ipar
214. kamodu besar
215. noBelalalono sedih
216. noamara marah
217. nobaru gembira
218. noambano malu
219. nomoGare berani
220. notehi takut
221. Gabu dapur
222. laBe pangku
223. foninto pintu
224. kalona jendela
225. Gato atap
226. hale lantai
227. karondomi dinding
228. o.lo bilik
229. Gahu loteng
230. pulaŋku tangga
231. mi.na tidak
232. mi.naho belum
233. nea nama
234. Gai kelapa
235. kulou kopra
236. kapulu parang
237. pandana tombak
238. piso pisau
239. nuhua periuk
240. dalika tungku
241. Bela luka
242. mpalo suka
243. salo minta
244. mbali untuk
245. sampu turun
246. sese gali
247. nsoba coba
248. beta sarung
249. katu bentuk
250. saŋku rimba
251. ka sela lantai
252. ka.Wu saja
253. kopi menciap
254. GoBo ikat
255. toBa menggali

Rujukan

Sitiran

  1. ^ Muna di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
  2. ^ Ethnologue; tanggal terbit: 2015; nomor edisi: 15.
  3. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Muna". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  4. ^ "Bahasa Muna". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  5. ^ van den Berg (1989).
  6. ^ van den Berg (1996).
  7. ^ van den Berg, René (2014). "Juara Satu dan Dua: Membandingkan Situasi Kebahasaan Indonesia dan Papua Nugini". Linguistik Indonesia. 32 (2): 103–129. 
  8. ^ Mead (2003).
  9. ^ van den Berg (2003), hlm. 90.
  10. ^ Donohue (2004), hlm. 33.
  11. ^ van den Berg (1989), hlm. 6–8.
  12. ^ van den Berg (1989), hlm. 16.
  13. ^ van den Berg (1989), hlm. 17–18.
  14. ^ a b van den Berg (1989), hlm. 17.
  15. ^ van den Berg (1989), hlm. 20–21.
  16. ^ van den Berg (1989), hlm. 25–27.
  17. ^ Sneddon (1993).
  18. ^ van den Berg (1989), hlm. 23–25,180.
  19. ^ van den Berg (1989), hlm. 37–40.
  20. ^ van den Berg (1989), hlm. 50.
  21. ^ van den Berg (1989), hlm. 52–57.
  22. ^ van den Berg (1989), hlm. 57–58.
  23. ^ van den Berg (1989), hlm. 55–56.
  24. ^ van den Berg (1989), hlm. 59–63.
  25. ^ van den Berg (1989), hlm. 68.
  26. ^ van den Berg (1989), hlm. 71.
  27. ^ Nurdin Yatim. 1981. Bahasa Wuna. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. xii+57pp.

Daftar pustaka

  • Donohue, Mark (2004). "The pretenders to the Muna-Buton group". Dalam John Bowden; Nikolaus Himmelmann. Papers in Austronesian subgrouping and dialectology. Pacific Linguistics 563. Canberra: Australian National University. hlm. 21–35. doi:10.15144/PL-563.21 . 
  • Mead, David (2003). "Evidence for a Celebic supergroup". Dalam Lynch, John. Issues in Austronesian historical phonology. Pacific Linguistics 550. Canberra: Australian National University. hlm. 115–141. doi:10.15144/PL-550.115 . 
  • Sneddon, J. N. (1993). "The Drift Towards Final Open Syllables in Sulawesi Languages". Oceanic Linguistics. 32 (1): 1–44. JSTOR 3623095. 
  • van den Berg, René (1989). A Grammar of the Muna Language. Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde. 139. Dordrecht: Foris Publications. ISBN 9781556713439. 
  • van den Berg, René (1996). Muna-English dictionary. Leiden: KITLV Press. 
  • van den Berg, René (2003). "The place of Tukang Besi and the Muna-Buton languages". Dalam Lynch, John. Issues in Austronesian historical phonology. Pacific Linguistics 550. Canberra: Australian National University. hlm. 87–114. doi:10.15144/PL-550.87 . 

Bacaan lanjutan

  • van den Berg, René (1987). "Beberapa Aspek Morfologi Kata Kerja Bahasa Muna". Lontara. 34: 43–52. 
  • van den Berg-Klingeman, Lydia (1987). "Klausa Relatif Bahasa Indonesia dan Bahasa Muna". Lontara. 34: 5–25. 
  • van den Berg, René (1991a). "Muna Dialects and Munic Languages: Towards a Reconstruction". Dalam Ray Harlow. Western Austronesian and Contact Languages: Papers from the Fifth International Conference on Austronesian Linguistics. VICAL. 2. Auckland: Linguistic Society of New Zealand. hlm. 21–51. 
  • van den Berg, René. "Muna historical phonology". Nusa. 33: 1–28. 
  • van den Berg, René (2004). "Notes on the southern Muna dialect". Dalam John Bowden; Nikolaus Himmelmann. Papers in Austronesian subgrouping and dialectology. Pacific Linguistics 563. Canberra: Australian National University. hlm. 129–170. doi:10.15144/PL-563.129 . 
  • van den Berg, René (1995). "Forestry, Injections and Cards: Dutch loans in Muna". Dalam Connie Baak; Mary Bakker; Dick van der Meij. Tales from a Concave World: Liber Amicorum Bert Voorhoeve. Leiden: Projects Division Department of Languages and Cultures of South-East Asia and Oceania. hlm. 191–215. 

Further reading

Pranala luar