Resimen Tjakrabirawa
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Resimen Tjakrabirawa adalah resimen yang merupakan pasukan gabungan dari TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas khusus menjaga keamanan Presiden RI dengan semboyan "Dirgayu Satyawira" yang artinya, "Prajurit Setia Berumur Panjang". Pada zaman orde lama. Komandan Resimen Cakrabirawa adalah Brigadir Jenderal TNI Sabur. Pada zaman pemerintahan Soeharto, resimen ini dibubarkan. Tetapi pasukan ini dibentuk kembali dan diubah namanya menjadi Paspampres (Pasukan Pengaman Presiden).
Cakra adalah senjata salah satu tokoh dalam seni perwayangan yaitu krisna. Birawa sendiri berarti hebat.
Sejarah
Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, sejumlah pemuda Indonesia yang merupakan mantan anggota unit Tokomu Kosaku Tai dari Pasukan Pembela Tanah Air didasari kebutuhan untuk mengamankan Presiden R.I. & Wakil Presiden R.I mengusulkan kepada Presiden Soekarno untuk pembentukan suatu pasukan militer tetap yang berfokus kepada pengamanan Presiden R.I.
Sejarah mencatat bahwa telah terjadi beberapa kali percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno yang berhasil di cegah dan digagalkan, antara lain: peristiwa perebutan kekuasaan tanggal 3 Juli 1946, peristiwa granat Cikini tanggal 30 November 1957, peristiwa MIG-15 “Maukar” tanggal 9 Maret 1960, peristiwa pelemparan granat di Jalan Cendrawasih tanggal 7 Januari 1962 dan peristiwa penembakan pada saat Idul Adha di halaman Istana Merdeka Jakarta tanggal 14 Mei 1962.[1]
Mempertimbangkan dan mengantisipasi keadaan yang demikian mengkhawatirkan terhadap keselamatan jiwanya tersebut dan atas usul Menkohankam/KASAB (Kepala Staf Angkatan Bersenjata) pada saat itu Jenderal Abdul Haris Nasution, maka Presiden Soekarno berkeinginan untuk membentuk sebuah pasukan yang secara khusus bertugas untuk menjaga keamanan dan keselamatan jiwa Kepala Negara beserta keluarganya. Pasukan khusus tersebut dikenal dengan RESIMEN TJAKRABIRAWA (Tjakrabirawa adalah nama senjata pamungkas milik Batara Kresna yang dalam lakon wayang purwa digunakan sebagai senjata penumpas semua kejahatan).
Selanjutnya bertepatan dengan hari ulang tahun kelahiran Presiden Soekarno tanggal 6 Juni 1962 dibentuklah kesatuan khusus Resimen Tjakrabirawa dengan Surat Keputusan Nomor 211/PLT/1962. Resimen Tjakrabirawa dibentuk dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan pengamanan yang semula Presiden Soekarno hanya dikawal oleh Detasemen Kawal Pribadi (DKP) di bawah pimpinan Komisaris Besar Polisi Mangil Martowidjoyo menjadi satuan yang anggotanya dipilih dari anggota – anggota terbaik dari empat angkatan yaitu Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian yang masing – masing angkatan terdiri dari satu batalyon dengan Komandannya Brigadir Jenderal Moh. Sabur dan Wakil Komandannya Kolonel Cpm Maulwi Saelan. Tujuan dibentuknya Resimen Tjakrabirawa ini sebagaimana disebutkan dalam amanat Presiden Soekarno pada upacara penganugerahan “Dhuaja” kepada Resimen Tjakrabirawa tanggal 9 September 1963.
Setelah 3 tahun bertugas, peran Tjakrabirawa sebagai Resimen Khusus yang bertugas melakukan pengawalan dan pengamanan terhadap diri Presiden Republik Indonesia beserta keluarganya berakhir pada tanggal 28 Maret 1966. Kesatuan ini dilikuidasi berdasarkan surat perintah Menteri Panglima Angkatan Darat nomor Sprint/75/III/1966 karena proses sejarah.
Hubungan Resimen Tjakrabirawa dan Dinas Rahasia Republik Indonesia
Satuan militer ini memilki tugas fungsional sebagai satuan pemukul militer dari Dinas Rahasia Republik Indonesia (DRRI), merupakan Badan Pengamanan Presiden Republik Indonesia.
Tjakrabirawa adalah Satuan Tentara Nasional Indonesia yang didirikan khusus untuk mengamankan Presiden Republik Indonesia. Secara keorganisasian Tjakrabirawa di bawah kendali Dinas Rahasia Republik Indonesia (yang sudah dibubarkan).
Anggota-anggota Resimen Tjakrabirawa Bersejarah
- Brigadir Jenderal TNI Sabur - Komandan Resimen Tjakrabirawa
- Kolonel CPM Maulwi Saelan - Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa
- Letnan Kolonel Untung Syamsuri - Komandan Batalyon I Tjakrabirawa - Komandan Gerakan 30 September/G30S
- Letnan Kolonel Ali Ebram - Staf Asisten I Intelijen Resimen Tjakrabirawa
- Letnan Satu Doel Arif - Komandan Resimen Tjakrabirawa - Komandan Regu pada Gerakan 30 September/G30S yang membunuh Jenderal-Jenderal TNI-AD (Pasukan Pasopati Gerakan 30 September/G30S)
- Pembantu Letnan Dua Djahurub - Prajurit Resimen Tjakrabirawa - Bergabung dengan pasukan Letnan Satu Doel Arif, menyerang dan membunuh Jenderal A.H. Nasution (lolos)
- Sersan Satu Marinir Hadiwinarto P. Soeradi (NRP. 37265) - Prajurit Resimen Tjakrabirawa
Tjakrabirawa dan Partai Komunis Indonesia (PKI)
Sejarah berdasarkan mahkamah militer luar biasa mengatakan bahwa salah satu komandan Tjakrabirawa Letnan Kolonel Untung memimpin penangkapan dan pembunuhan terhadap jenderal-jenderal pada peristiwa Gerakan 30 September.[butuh rujukan]
Referensi
- majalah.tempointeraktif.com
- paspampres.mil.id Diarsipkan 2012-06-07 di Wayback Machine.