Kaisar

Revisi sejak 16 Oktober 2021 01.21 oleh 110.138.83.66 (bicara) (Gambar diubah)

Kaisar adalah salah satu gelar penguasa monarki dalam bahasa Indonesia. Wilayah kekuasaan kaisar disebut kekaisaran atau imperium. Dalam bahasa Indonesia, gelar lain yang kedudukannya setara dengan kaisar adalah maharaja. Dalam penggunaannya, kaisar lebih bersifat umum, sedangkan maharaja lebih digunakan pada penguasa Hindu. Dalam tingkatan penguasa monarki, kaisar dan maharaja memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari raja.

Naruhito, Kaisar Jepang ke-126

Padanan untuk perempuan dari gelar kaisar adalah maharani dan gelar ini dapat digunakan untuk merujuk kaisar perempuan atau istri dari kaisar laki-laki.

Asal usul

Kata ini berasal dari bahasa Yunani Καῖσαρ (kaisar)[1] yang dalam bahasa Latin disebut caesar. Caesar sendiri awalnya adalah cognomen Julius Caesar, Diktator Romawi. Cucu saudarinya sekaligus anak angkatnya, Gaius Octavius atau Augustus, mengambil nama caesar saat dirinya menjadi Kaisar Romawi pertama. Langkah itu kemudian diikuti oleh para penerusnya. Lambat laun, caesar diadopsi di banyak bahasa sebagai gelar untuk seorang kaisar. Di Jerman, gelar ini disebut kaiser.

Penggunaan

Baik raja maupun kaisar, keduanya merupakan penguasa monarki. Namun kedudukan kaisar (dan maharaja) dipandang lebih tinggi dari raja. Seorang kaisar biasanya memiliki kekuasaan yang mengungguli penguasa lain di sekitarnya, dan juga menguasai beberapa negara dan kerajaan bawahan.Salah satu contohnya adalah Turki Utsmani yang menguasai beberapa wilayah, termasuk berbagai kerajaan dan kadipaten di Eropa dan Asia.

Dalam keberjalanannya, gelar kaisar (dan maharaja) kemudian disandang oleh penguasa wilayah yang lebih kecil guna menaikkan derajat dan status mereka. Kekaisaran yang sudah terpecah-belah umumnya juga tetap mempertahankan gelar "kaisar" untuk pemimpin mereka, meskipun wilayah kekuasaannya sudah tidak lebih luas lagi dari kerajaan dan kadipaten di sekitarnya. Contohnya adalah yang terjadi pada Kekaisaran Romawi Timur menjelang kejatuhannya. Dan juga tidak semua imperium menggunakan gelar kaisar seperti Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah yang lebih sering menggunakan gelar Khalifah atau Amirul Mukminin.

Penggunaan di Indonesia

Di Indonesia, monarki yang dipandang setingkat dengan kekaisaran adalah Sriwijaya dan Majapahit. Dalam penggunaan sehari-hari, gelar kaisar identik dengan penguasa monarki di Asia Timur, khususnya penguasa Tiongkok sebelum masa republik.

Meskipun kedudukan kaisar berada di atas raja, tetapi pada umumnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang menyamakan kedudukan dari kedua gelar ini. Hal ini menjadikan penggunaan kedua gelar ini saling tertukar, baik dalam kegiatan penerjemahan maupun pengucapan sehari-hari. Hal tersebut sangat mungkin lantaran latar belakang Indonesia yang republik, sehingga tidak begitu memperhatikan tingkatan di antara penguasa monarki.

Kaisar Jepang

Pemimpin Jepang tennō (天皇) sekarang adalah satu-satunya penguasa monarki di dunia yang gelarnya dalam bahasa Indonesia disepadankan dengan kaisar (Inggris: emperor). Walaupun begitu, nyatanya sepanjang sejarah, kekuasaan tennō hanya melingkupi sekitaran Pulau Kyushu, Honshu, Hokkaido, dan Okinawa. Hal ini berbeda dengan kaisar pada umumnya yang wilayah kekuasaannya melingkupi suatu wilayah luas, menjadikannya kedudukannya dipandang di atas raja.

Pada masa Restorasi Meiji (1868), Persekutuan Satsuma-Chōshū menjadikan gelar Inggris emperor (Kaisar atau Maharaja dalam bahasa Indonesia, Kaiser dalam bahasa Jerman, dan l'Empereur dalam bahasa Prancis) sebagai padanan dari gelar tennō, dan bukannya king (raja dalam bahasa Indonesia). Hal ini untuk menyatakan tingginya kedudukan pemimpin Jepang atas raja-raja pada umumnya dan menyatakan kesetaraannya dengan para penguasa besar dunia saat itu, seperti Kaisar Rusia, Kaisar Prancis (1857-1871), Kaisar Austria, Kaisar Jerman (dari 1871), dan Ratu-Maharani India (dari 1877) – dan juga Kaisar Tiongkok, Meksiko, dan Brazil.

Kepemimpinan kaisar asing

Dalam keberjalanannya, wilayah yang sekarang menjadi Indonesia modern, sebagian atau keseluruhan pernah dikuasai oleh kekaisaran asing.

  • Kerajaan Aceh Darussalam (1569 sampai akhir abad 18) menjadi negara vasal dari Turki Utsmani.[2][3] Pemimpin Turki Utsmani sendiri selain menyandang gelar sultan dan khalifah, juga menyandang gelar padisyah (پادشاه, kaisar dalam bahasa Persia) dan Qaisar-e-Rūm (قیصر روم, Kaisar Romawi).
  • Kesultanan Melayu (1459-1477) menjadi negara vasal Turki Utsmani pada masa Sultan Mansur Syah
  • Kekaisaran Spanyol
  • Kekaisaran Portugal
  • Hindia Belanda, koloni Kekaisaran Belanda
  • Kekaisaran Britania pada masa Thomas Stamford Raffles
  • Kekaisaran Prancis. Pada masa Napoleon Bonaparte, Belanda menjadi wilayah kekuasaan Prancis dan mendirikan kerajaan bawahan bernama Kerajaan Hollandia di Belanda. Hal ini menjadikan wilayah jajahan Belanda juga jatuh ke dalam kekuasaan Prancis, termasuk Hindia Belanda.

Gelar kaisar dalam berbagai bahasa

Ini adalah gelar untuk kaisar atau maharaja di berbagai belahan dunia. Untuk raja, lihat halaman raja.

Eropa

Timur Tengah dan Afrika

Asia Selatan

Gelar ini adalah gelar kaisar untuk penguasa Hindu di Asia Selatan. Untuk penguasa Muslim, mereka menggunakan gelar badsyah yang diambil dari bahasa Persia

  • Maharaja(-diraja) (Sanskerta: महाराज), kaisar di anak benua India. Nilai dari gelar ini kemudian menurun seiring penggunaannya oleh penguasa dari negara yang lebih kecil dan kaum bangsawan. Gelar ini telah diserap dalam bahasa Indonesia.
  • Samraat (Sanskerta: सम्राज्), gelar lain untuk kaisar di anak benua India. Seorang maharaja baru dapat menjadi samraat bila telah melakukan pengorbanan rajasuya. Banyak sejarawan menyatakan bahwa Chandragupta Maurya merupakan samraat pertama.
  • Chakravartin, Chhatrapati, gelar lain untuk kaisar/maharaja di anak benua India.

Asia Timur

  • Huángdì (hanzi: 皇帝), gelar untuk Kaisar Tiongkok. Mulai digunakan pada tahun 221 SM dengan Ying Zheng sebagai penyandang pertama gelar tersebut. Gelar ini tidak memandang jenis kelamin.
    • Hwangje (hanja: 皇帝, hangeul: 황제), gelar untuk Kaisar Korea. Digunakan oleh penguasa Korea pada tahun 1897-1910. Gelar ini merupakan merupakan adopsi dari gelar Tionghoa huángdì.
    • Hoàng Đế (viet:皇帝), gelar untuk Kaisar Vietnam. Awal mulanya digunakan oleh Peguasa Vietnam pada masa Dinasti Đinh. Setelah mendapat dominasi dari Tiongkok.
  • Tennō (kanji: 天皇), gelar untuk Kaisar Jepang. Secara harfiah bermakna "penguasa surgawi." Meskipun dalam catatan resmi gelar ini disematkan oleh pemimpin Jepang sejak tahun 660 SM, para sejarawan percaya bahwa gelar ini sebenarnya baru digunakan pada masa Kaisar Tenmu (berkuasa pada 672–686 M) dan Maharani Jitō (berkuasa pada 686–697 M). Gelar ini merupakan adopsi dari gelar Tionghoa tiānhuáng.
  • Kōtei (kanji: 皇帝), kaisar dalam bahasa Jepang. Berbeda dengan tennō yang hanya digunakan untuk merujuk Kaisar Jepang dan tidak memandang jenis kelamin, kōtei dapat digunakan untuk merujuk kaisar non-Jepang dan hanya untuk pria.

Asia Tengah

Amerika

Oseania

Daftar kaisar sekarang

Pada masa sekarang, penguasa monarki berdaulat yang gelarnya diterjemahkan sebagai kaisar hanyalah Naruhito, Kaisar Jepang.

Kaisar Negara Sejak Tanggal
Naruhito
 
  Jepang 1 Mei 2019

Catatan kaki

  1. ^ Witzel M. 2001. Autochthonous Aryans? The Evidence from Old Indian and Iranian Texts. Elect. J. Vedic Studies 7-3:1–93. p.29.
  2. ^ Palabiyik, Hamit, Turkish Public Administration: From Tradition to the Modern Age, (Ankara, 2008), 84.
  3. ^ Ismail Hakki Goksoy. Ottoman-Aceh Relations According to the Turkish Sources (PDF). 
  4. ^   "Kaiser". New International Encyclopedia. 1905. 
  5. ^ Grousset, René, 1885-1952. (1970). The empire of the steppes : a history of central Asia. New Brunswick, N.J.: Rutgers University Press. ISBN 0813506271. OCLC 90972. 
  6. ^ Vovin, Alexander (2010). "Sekali lagi pada bahasa Ruan-ruan."Ötüken'den İstanbul'a Türkçenin 1290 Yılı (720–2010) Sempozyumu / Dari Ötüken ke Istanbul, 1290 Tahun Turki (720–2010). 3–5 Aralik 2010, İstanbul / 3–5 Desember 2010, İstanbul, hlm. 1–10.

Lihat pula