Divisi Regional IV Tanjungkarang

Daerah Operasi Kereta Api di Indonesia

Templat:Infobox DAOP

Divisi Regional IV Tanjungkarang (atau disebut juga Divisi Regional IV Lampung (Divre IV TNK)) adalah Divre KAI dengan wilayah kerja Provinsi Lampung dan sebagian Sumatra Selatan, dipimpin oleh seorang Kepala Divisi Regional (Kadivre) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT Kereta Api Indonesia.

Divre IV TNK merupakan divisi regional pertama kali yang sudah mendapatkan rangkaian Kereta api Stainless Steel buatan PT INKA Madiun Tahun 2019 (asal Daerah Operasi VII Madiun) yang akan digunakan Kereta api Stainless Steel yaitu KA Limex Sriwijaya akan mulai Beroperasi Rangkaian Stainless Steel tanggal 26 Mei 2019 sebelum Lebaran 2019.

Sebelumnya Divre IV TNK menggunakan nomenklatur Sub Divisi Regional III.2 Tanjungkarang yang merupakan bagian dari Divisi Regional III Sumatra Selatan dan Lampung. Sejak tanggal 1 Mei 2016 dengan rangka peningkatan kinerja (penyederhanaan hierarki organisasi). Manajemen PT. KAI melakukan perubahan struktur organisasi; yaitu Divisi Regional III Sumatra Selatan dan Lampung menjadi Divre III Palembang dan Divre IV Tanjungkarang.

Gambaran Umum

Perhitungan jarak rel kereta api dimulai dari stasiun Panjang, Lampung (KM 0) yang telah ditutup sejak beroperasinya Pelabuhan Bakauheni yang menghentikan hegemoni pelayanan kapal penumpang dari pelabuhan Panjang yang terintegrasi dengan jalur kereta api melalui stasiun Panjang. Dari pelabuhan tersebut, ruas jalur kereta api berakhir di Stasiun Prabumulih (Sumatra Selatan) km 332+705. Petak antara Stasiun Tanjungrambang dengan Prabumulih sendiri merupakan perbatasan antara Divre III Palembang dan Divre IV Tanjungkarang.

Dari stasiun besar hingga stasiun kecil di Divre IV TNK rata-rata merupakan stasiun long siding dengan panjang emplasemen antara 900–1000 m atau lebih. Bahkan, stasiun Tulungbuyut merupakan stasiun dengan emplasemen terpanjang di Indonesia. Spoor belok Tulungbuyut memiliki panjang sekitar 2200 m.[1]

Sejarah

 
Foto udara stasiun Kotabumi dan lingkungan sekitarnya di wilayah Kotabumi, Lampung Utara pada zaman Hindia Belanda.

Sekitar tahun 1911, transmigran pulau Jawa yang didatangkan Hindia Belanda ke Lampung pada 1905 berhasil membangun perkebunan kaitsyuk, tembakau, kopi, karet, kelapa dalam, dan kelapa sawit. Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia lalu menganggap sarana angkutan hasil-hasil bumi dari Sumatra Selatan ke pulau Jawa jika terlalu mengandalkan pelayaran laut terlalu banyak memakan biaya dan waktu serta sulit memasuki pelabuhan di Palembang, Krui, dan Menggala. Maka diputuskan reduksi biaya transportasi dan waktu pengiriman hasil bumi dengan membangun rel kereta api dari Palembang ke Tanjungkarang.

Adapun rel KA pertama di Pulau Sumatra dibangun di Aceh (1874), Sumatra Utara (1886), Sumatra Barat (1891), kemudian Sumatra Selatan (1911). Tahun 1911, pembangunan rel KA dimulai oleh pemerintah Hindia Belanda dengan mengerahkan ribuan orang di Palembang dan di Tanjungkarang.

Rel KA antara Tanjungkarang dan Palembang banyak melintasi hutan, perkebunan karet, perkebunan sawit, dan rawa-rawa. Jalur KA ini berbeda dengan yang ada di Pulau Jawa, di mana rel KA dibangun melintasi perkampungan-perkampungan. Penyebabnya, rel KA di Pulau Jawa disiapkan untuk angkutan manusia, sedangkan rel KA ini disiapkan Belanda untuk mengangkut hasil bumi, hasil hutan, dan perkebunan dari negeri jajahan di Sumatra.

Lintasan kereta di Sumatra bagian selatan pertama kali dibangun sepanjang 12 kilometer dari Panjang menuju Tanjungkarang, Lampung. Jalur rel ini mulai dilalui kereta pada tanggal 3 Agustus 1914. Pada waktu bersamaan dilaksanakan juga pemasangan dan pembangunan lintasan rel dari Kertapati, menuju Kota Prabumulih, Sumatra Selatan. Sampai 1914, jalur rel lintas Prabumulih hingga Prabumulih mencapai jarak 78 kilometer.

Perlahan, jalur rel kemudian dikembangkan untuk pengangkutan batu bara dari tempat penambangannya di Tanjung Enim. Kemudian dikembangkan juga jalur ke Lahat. Di Lahat ada sebuah bengkel besar kereta (sekarang dinamakan Balai Yasa Lahat) yang berfungsi untuk perbaikan dan perawatan kereta api.[2]

Akhirnya pemerintah Hindia Belanda melalui Zuid Soematera Spoorwegen (ZSS) tuntas membangun rel kereta api di Lampung dan Sumatra Selatan hingga 529 km. Seluruhnya merupakan rel selebar 1.067 mm. Sementara mayoritas negara menggunakan rel selebar 1.435 mm yang menjaga stabilitas kereta lebih baik agar bisa berjalan dengan kecepatan lebih tinggi .

Awalnya, ZSS berencana membangun rel hingga Tapanuli tetapi dihempaskan kebangkrutan perusahaan akibat resesi setelah Perang Dunia I, yaitu Great Depression yang ternyata berdampak ke rel di Sumatra.[3]

Masa PJKA

Pada masa PJKA, wilayah Divisi Regional IV TNK merupakan wilayah kerja Inspeksi 14 Tanjungkarang yang merupakan bagian dari Eksploitasi Sumatra Selatan (ESS), bersama dengan Inspeksi 13 Kertapati.

Masa PERUMKA, PT. KA, dan PT. KAI.

Sejak era PERUMKA, Eksploitasi Sumatra Selatan (ESS) berubah nama menjadi Divre III Sumatra Selatan dan Lampung yang dulu cakupannya cukup luas dibandingkan kedua divre lain di Sumatra dan meliputi dua provinsi yaitu Sumatra Selatan dan Lampung, maka dibagilah dua wilayah (subdivre) dengan fungsi operasional yang serupa dengan Daop KAI di pulau Jawa, namun dengan tingkatan administratif dalam lingkup KAI yang lebih rendah daripada Divre maupun Daop. Divre III pernah memiliki dua subdivre sebagai berikut:

  • Sub Divre III.1 Kertapati (KPT), yang merupakan pusat Divre III Sumatra Selatan dan Lampung naik tingkat dan berubah nama menjadi Divre III Palembang per 1 Mei 2016.
  • Sub Divre III.2 Tanjungkarang (TNK), dimekarkan menjadi Divre IV Tanjungkarang per 1 Mei 2016 seperti sekarang.

Layanan Kereta Api

Kereta api Penumpang

Kelas campuran eksekutif-ekonomi premium

KA Limex Sriwijaya (Kertapati - Tanjungkarang pp.)

Kelas ekonomi premium

KA Kuala Stabas Premium (Baturaja - Tanjungkarang pp.)

Kelas ekonomi

KA Rajabasa (Kertapati - Tanjungkarang pp.)

Kereta api Barang

Angkutan batu bara PT. Bukit Asam

KA Baratarahan PT Bukit Asam (Tarahan - Prabumulih Baru X5 - Tanjungenim Baru)

Angkutan bahan bakar minyak PT. Pertamina

KA Gajahpati Tanker (Kertapati - Tigagajah pp.)

Angkutan semen PT. Semen Baturaja

  1. (Lubuklinggau - Prabumulih Baru X5 - Tigagajah pp.)
  2. (Tigagajah - Sukamenanti pp.)
  3. (Kertapati - Tigagajah pp.)

Angkutan pulp PT. Tanjung Enim Lestari

KA Nitahan (Tarahan - Prabumulih Baru X5 - Niru pp.)

Stasiun kereta api

Berkas:Peta Jalur KA Divre IV Tanjungkarang.svg
Peta Jalur Kereta Api di Divre IV Tanjungkarang.
(Klik untuk memperbesar.)
  1. Stasiun Panjang (PJN)
  2. Stasiun Pidada (PID)
  3. Pos Blok Intermediate Garuntang (GR)
  4. Stasiun Tanjungkarang (TNK)
  5. Stasiun Labuanratu (LAR)
  6. Stasiun Gedungratu (GDR)
  7. Stasiun Rejosari (RJS)
  8. Stasiun Branti (BTI)
  9. Stasiun Tegineneng (TGI)
  10. Stasiun Rengas (RGS)
  11. Stasiun Bekri (BKI)
  12. Stasiun Hajipemanggilan (HJP)
  13. Stasiun Sulusuban (SLS)
  14. Stasiun Blambanganpagar (BBA)
  15. Stasiun Kalibalangan (KAG)
  16. Stasiun Candimas (CMS)
  17. Stasiun Kotabumi (KB)
  18. Stasiun Cempaka (CEP)
  19. Stasiun Ketapang (KTP)
  20. Stasiun Negararatu (NRR)
  21. Stasiun Tulungbuyut (TLY)
  22. Stasiun Negeriagung (NGN)
  23. Stasiun Blambanganumpu (BBU)
  24. Stasiun Giham (GHM)
  25. Stasiun Tanjungrajo (TJO)
  26. Stasiun Waytuba (WAY)
  27. Stasiun Waypisang (WAP)
  28. Stasiun Martapura (MP)
  29. Stasiun Sungaituha (SGT)
  30. Stasiun Gilas (GLS)
  31. Stasiun Airtuba (ART)
  32. Stasiun Sepancar (SPC)
  33. Stasiun Kemelak (KMK)
  34. Stasiun Baturaja (BTA)
  35. Stasiun Tigagajah (TJH)
  36. Stasiun Lubukbatang (LBT)
  37. Stasiun Belatung (BLT)
  38. Stasiun Kepayang (KPY)
  39. Stasiun Blimbing Air Kaka (BIK)
  40. Stasiun Durian (DUR)
  41. Stasiun Lubukrukam (LRM)
  42. Stasiun Peninjawan (PNW)
  43. Stasiun Talangbaru (TLB)
  44. Stasiun Metur (MET)
  45. Stasiun Kotabaru (KBU)
  46. Stasiun Pagargunung (PGG)
  47. Stasiun Airasam (ASM)
  48. Stasiun Sukamerindu (SKU)
  49. Stasiun Tanjungrambang (TJR)
  1. Simpang KM 3
  2. Stasiun Sukamenanti (SKN)
  3. Stasiun Tarahan (THN)
  • Jalur kereta api Garuntang-Telukbetung
  1. Pos Blok Intermediate Garuntang (GR)
  2. Stasiun Telukbetung (TK)

Keterangan:

  • Stasiun besar ialah stasiun yang tertulis tebal miring.
  • Stasiun menengah ialah stasiun yang tertulis tebal.
  • Stasiun kecil ialah stasiun yang tertulis normal.
  • Stasiun dan jalur yang tak beroperasi ialah tulisan yang tertulis miring.

Prasarana Perawatan

Depo Lokomotif Tanjung Karang (TNK)

Depo lokomotif ini terletak di ibu kota Lampung, yaitu Bandar Lampung. Depo ini merupakan depo lokomotif terbesar di pulau Sumatra. Sampai saat ini, Depo Tanjungkarang merupakan satu-satunya depo yang memiliki lokomotif CC202, CC205 CC300 untuk melayani dinasan KA batubara atau yang dikenal dengan istilah KA Babaranjang. Selain itu, Lokomotif "Tamu" dari Depo Induk Kertapati seperti CC204 dan CC206 yang sebelumnya melayani KA Babaranjang, KA Limex Sriwijaya, KA Rajabasa, KA Pulp dan KLB juga bisa dilayani di Depo ini, sebelum kembali ke Depo asal. Fasilitas di depo ini pun sangat memadai, depo ini memiliki turntable untuk memutar lokomotif. Depo ini juga memiliki kereta derek (crane) yang bernama "Gajah Lampung".

Sub-Depo Lokomotif

Nama Sub-Depo Kode Sub-Depo
Sub-Depo Lokomotif Tarahan THN
Sub-Depo Lokomotif Tigagajah TJH

Depo Kereta

Depo gerbong merupakan tempat perawatan harian kereta penumpang (K1, K2, dan K3).

  • Depo Kereta Tanjungkarang (TNK)

Depo Gerbong

Depo gerbong merupakan tempat perawatan harian gerbong barang.

  • Depo Gerbong Rejosari (RJS)[4]

Depo Mekanik

Depo mekanik merupakan tempat penyimpanan dan perawatan MPJR (mesin perawat jalan rel) yang berupa MTT, CSM, dan PBR yang melayani perawatan jalan rel di seluruh wilayah kerja Divre III Kertapati dan Divre IV Tanjungkarang (untuk sementara).

  • Depo Mekanik Prabumulih

Balai Yasa

Balai yasa untuk perawatan lokomotif, kereta, dan gerbong masih berpusat di Balai Yasa Lahat yang berada di Divisi Regional III Kertapati. Akan tetapi, mengingat kapasitas Balai Yasa Lahat sulit untuk ditingkatkan dan bertambahnya rollingstock di wilayah Divre III dan Divre IV, sudah ada wacana dari PT.KAI untuk mengembangkan Depo Gerbong Rejosari (RJS) menjadi Balai Yasa yang (akan) khusus melayani gerbong barang, seperti KKBW, ZZOW, PPCW, serta melayani bubut roda pada lokomotif dan kereta.

Jenis Lokomotif Siap Operasi

Alokasi Depo Lokomotif Tanjungkarang

Referensi

Pranala luar

Templat:Pembagian wilayah operasional Kereta Api Indonesia