Komando Pasukan Gerak Cepat

Pasukan Khusus TNI Angkatan Udara

Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (disingkat Korpaskhasau atau Paskhas atau sebutan lainnya adalah Baret Jingga), merupakan pasukan (khusus) yang dimiliki TNI-AU. Sama seperti satuan lainnya di TNI-AD dan TNI-AL, Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra: laut, darat, udara. Hanya saja dalam operasi, tugas dan tanggungjawab, Paskhas lebih ditujukan untuk merebut dan mempertahankan pangkalan udara dari serangan musuh, untuk selanjutnya menyiapkan bagi pendaratan pesawat kawan. Kemampuan satu ini disebut Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD).[1]

Berkas:Paskhas.jpg
Logo Korpaskhasau

Untuk dapat melaksanakan tugas secara professional maka setiap prajurit Paskhas minimal harus memiliki kualifikasi Para Komando (Parako) kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya.


Motto Paskhas:

Karmaye Vadikaraste Mafalesu Kadacana,

artinya :

bekerja tanpa menghitung untung dan rugi[2]

Sejarah

Penerjunan pasukan pertama kali

Berkas:Baret jingga.jpg
Baret Jingga

Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Muhammad Noor mengajukan permintaan kepada AURI agar mengirimkan pasukan payung ke Kalimantan untuk tugas : membentuk dan menyusun gerilyawan, membantu perjuangan rakyat di kalimantan, membuka stasiun radio induk untuk memungkinkan hubungan antara yogyakarta dan kalimantan, dan mengusahakan serta menyempurnakan daerah penerjunan (Dropping Zone) untuk penerjunan selanjutnya.

Tanggal 17 Oktober 1947, tiga belas orang anggota diterjunkan di Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Mereka adalah : Harry Aryadi Sumantri, Iskandar, Sersan Mayor Kosasih, F.M.Suyoto, Bahrie, J.Bitak, C.Williem, Imanuel, Mika Amirudidn, Ali Akbar, M. Dahlan, J.H.Darius dan Marawi. Kesemuanya belum pernah mendapat pendidikan secara sempurna kecuali mendapatkan pelajaran teori dan latihan di darat (Ground Training). Pasukan ini dipimpin oleh Tjilik Riwut, seorang Mayor Angkatan Darat, yang berasal dari suku Dayak kelahiran Kasongan Katingan ( Kalteng saat ini). Dia diminta oleh AURI sebagai penunjuk jalan sekaligus memimpin pasukan tersebut. Atas jasa-jasanya Tjilik Riwut diangkat menjadi anggota AURI dan pensiun dengan pangkat Komodor Udara.

Peristiwa Penerjunan yang dilakukan oleh ke tiga belas prajurit AURI tersebut merupakan peristiwa yang menandai lahirnya satuan tempur pasukan khas TNI Angkatan Udara. Dan sesuai keputusan MEN/PANGAU No.54 Tahun 1967, tanggal 12 Oktober 1967. Bahwa tanggal 17 Oktober 1947 ditetapkan sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (KOPASGAT) yang sekarang dikenal dengan Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (KORPASKHAS).[3]

Perubahan organisasi pasukan

Berkas:06-paskhas-marching.jpg
Paskhas Marching

Dalam perjalanan sejarahnya organisasi Korpaskhas mengalami perubahan, berawal dari kebutuhan Badan Keamanan Rakyat Udara (BKRO) untuk melindungi pangkalan udara yang direbut dari tentara Jepang terhadap serangan tentara Belanda. Setelah Indonesia merdeka sekaligus konsolidasi BKRO dibentuklah organisasi darat yaitu Pasukan Pertahanan Pangkalan (PPP) yang masih bersifat lokal. Baru pada tahun 1950, PPP dipusatkan di Jakarta dengan sebutan Air Base Defence Troop (ABDT) membawahi 8 kompi PPP.

Pada tahun 1950 diadakan sekolah terjun payung di Lanud Andir dalam rangka mempersiapkan pembentukan pasukan PARA, hasil didik dari sekolah para inilah yang kemudian disusun kompi-kompi pasukan para. Setelah terbentuk kompi-kompi pasukan para, pada bulan Februari 1952 dibentuk Pasukan Gerak Tjepat (PGT) sehingga pada tahun 1952, Pasukan TNI AU terdiri dari PPP, PGT dan PSU (Penangkis Serangan Udara).

Dalam rangka pembebasan Irian Barat, sesuai perintah MEN/PANGAU dibentuk Resimen Tim Pertempuran Pasukan Gerak Tjepat (RTP PGT) yang melingkupi seluruh pasukan di atas.[3]

Komodor (U) RA Wiriadinata adalah komandan PGT pertama (1952) yang banyak membawa angin segar terhadap perkembangan pasukan payung di Indonesia terutama dalam tubuh AURI. Konsep PGT dari awal mulanya memang terkonsep pada kemampuan para dan komando. Beliau juga pernah menjadi Panglima Gabungan Pendidikan Paratroops (KOGABDIK PARA).

Pada masa pemerintahan Orde Lama, PGT AURI bersama KKO (Marinir) dikenal amat loyal dan setia terhadap Presiden Soekarno. Kedua pasukan elit ini bahkan dianggap menjadi “anak emas”nya Presiden Soekarno. Hingga saat detik-detik kejatuhan Presiden Soekarno, kedua pasukan ini tetap menunjukkan kesetiaannya pada Sang Proklamator tersebut.

KOPPAU

 
Paskhas formasi pertahanan

Dan tanggal 15 Oktober 1962 berdasarkan Keputusan MEN / PANGAU No. 159 dibentuk Komando Pertahanan Pangkalan Angkatan Udara (KOPPAU) yang terdiri dari markas Komando berkedudukan di Bandung, Resimen PPP di Jakarta dan Resimen PGT di Bandung. Resimen PPP membawahi 5 Batalyon masing-masing di Palembang, Banjarmasin, Makassar, Biak dan Jakarta sedangkan Resimen PGT membawahi 3 Batalyon masing-masing di Bogor, Bandung dan Jakarta.[3]

KOPASGAT

Bedasarkan hasil seminar pasukan di Bandung pada tanggal 11 s.d. 16 April 1966, sesuai dengan Keputusan MEN/PANGAU No. 45 Tahun 1966, tanggal 17 Mei 1966, KOPPAU disahkan menjadi Komando Pasukan Gerak Tjepat (KOPASGAT) yang terdiri dari 3 Resimen :

  1. Resimen I Pasgat di Bandung, membawahi :
    1. Batalyon A Pasgat di Bogor
    2. Batalyon B Pasgat di Bandung
  2. Resimen II Pasgat di Jakarta, membawahi :
    1. Batalyon A Pasgat di Jakarta
    2. Batalyon B Pasgat di Jakarta
    3. Batalyon C Pasgat di Medan
    4. Batalyon D Pasgat di Banjarmasin
  3. Resimen III Pasgat di Surabaya, membawahi :
    1. Batalyon A Pasgat di Makassar
    2. Batalyon B Pasgat di Madiun
    3. Batalyon C Pasgat di Surabaya
    4. Batalyon D Pasgat di Biak
    5. Batalyon E Pasgat di Yogyakarta

Selanjutnya bedasarkan Keputusan KASAU No. 57 Tanggal 1 Juli 1970, Resimen diganti menjadi WING.[3]

Di era nama Kopasgat – lah, korps baret jingga ini sangat terkenal. Bahkan PDL Sus Kopasgat bermotif macan tutul menjadi acuan pemakaian PDL TNI saat operasi Seroja

PUSPASKHASAU

Sejalan dengan dinamika penyempurnaan organisasi dan pemantapan satuan-satuan TNI, maka berdasarkan Keputusan KASAU No. Kep/22/III/ 1985 tanggal 11 Maret 1985, Kopasgat berubah menjadi Pusat Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (PUSPASKHASAU).[3]

KORPASKHASAU

Seiring dengan penyempurnaan organisasi TNI dan TNI Angkatan Udara, maka tanggal 17 Juli 1997 sesuai Skep PANGAB No. SKEP/09/VII/1997, status Puspaskhas ditingkatkan dari Badan Pelaksana Pusat menjadi Komando Utama Pembinaan (Kotamabin) sehingga sebutan PUSPASKHAS berubah menjadi Korps Pasukan Khas TNI AU (KORPASKHASAU).[3]


Kualifikasi

Paskhas TNI-AU sebagai pasukan khusus Angkatan Udara satu-satunya dan berkualifikasi terlengkap didunia ini memiliki berbagai kemampuan tempur khas matra udara seperti Pengendali Tempur (Dalpur), Pengendali Pangkalan (Dallan), SAR Tempur, Jumping Master, Pertahanan Pangkalan yang meliputi pertahanan horizontal (Hanhor) dan pertahanan vertikal (Hanver), Penangkis Serangan Udara, jungle warfare, Air Assault (Mobud), Raid operation hingga kemampuan anti teror aspek udara atau yang dikenal sebagai ATBARA (Anti Pembajakan Udara). Selain itu Paskhas TNI-AU juga mahir untuk bertempur di hutan, perkotaan,laut maupun pantai.

Paskhas TNI-AU juga memiliki kemampuan spesialisasi kematraudaraan untuk melaksanakan doktrin OP3UD seperti Pengaturan Lalu-Lintas Udara (PLLU), Meteo, Komunikasi-Elektronika (Komlek), Perminyakan (Permi), Zeni lapangan (termasuk pionir, tali-temali, dll), Intelijen Tempur, Kesehatan, ground handling, Pemadam Kebakaran (PK), Angkutan, Perhubungan (PHB) hingga kemampuan khusus untuk menginformasikan tentang fasilitas penerbangan sebelum pesawat datang, jarak pandang (visibility), kecepatan dan arah angin, suhu dan kelembaban udara, serta ketinggian dan jenis awan. Hal ini sangat berkaitan dalam menentukan penembakan sasaran maupun penerjunan pasukan, dan membantu mengendalikan pesawat tempur untuk penembakan/pengeboman sasaran (Ground Forward Air Control/GFAC)


Organisasi pasukan

Setelah berubah status menjadi Kotamabin berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara No. SKEP/73/III/1999 tanggal 24 Maret 1999, Korpaskhas membawahi WING Paskhas (WING I, WING II, WING III), Detasemen Bravo Paskhas (Den Bravo Paskhas) dan Detasemen Kawal Protokol Paskhas (Den Walkol Paskhas). Saat ini Denwalkol berdasarkan Instruksi Kepala Staf ANgkatan Udara nomor : Ins/2/III/2008 tanggal 31 Maret 2008 telah beralih pembinaannya dari Korpaskhas kepada Denma MabesAU, sehingga efektif mulai tanggal dikeluarkan Instruksi tersebut pembinaan Kawal Protokol dibawah Denma Mabesau.

Hirarki

Korps Pasukan Khas TNI–AU adalah satu satunya wadah berbentuk korps bagi pasukan berkualifikasi khusus di TNI–AU bahkan dalam TNI. Korpaskhasau bersanding dengan Kopassus TNI AD adalah Pasukan khusus berstatus KOMANDO resmi yang dimiliki oleh TNI. Hal ini karena 2 organisasi pasukan khusus ini bersifat (KOTAMA) BERDIRI SENDIRI dengan pelatihan dan kemampuan serang yang sangat lethal secara individual. Paskhas lahir sebagai pasukan komando sejak masa kelahirannya. Mereka diterjunkan dengan unit kecil di belakang garis pertahanan lawan dan langsung menusuk jantung pertahanan musuh. Maka itulah para personel pasukan payung AURI ini dididik dengan metode komando yang diadopsi dari SAS Inggris (melalui pendidikan di Pusdik RPKAD). Metode pendidikan komando “ala baret merah” mulai dilakukan di Wing III Diklat sejak Paskhas masih bernama KOPPAU. Korpaskhasau memakai sebutan “Pasukan” untuk jargon korps nya. Disingkat (Psk).

Struktur pasukan

  1. Wing 1/Hardha Maruta di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, membawahi :
    1. Batalyon 461/Cakra Bhaskara (Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta)
    2. Batalyon 462/Pulanggeni (Lanud pekan Baru, Riau)
    3. Batalyon 465/Brajamusti (Lanud Pontianak, Pontianak)
    4. Batalyon 467/Harda Dedali (Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta)
    5. Kompi A Paskhas Berdiri Sendiri di Bandara Polonia, Medan.
    6. Kompi B Paskhas BS di Lanud Kalijati, Subang, Jawa Barat.
    7. Kompi D Paskhas BS di Bandara El Tari, Kupang.
  2. Wing 2 Paskhas di Bandara Abdul Rachman Saleh, Malang, membawahi :
    1. Batalyon 463 Trisula di Bandara Iswahyudi, Madiun
    2. Batalyon 464/Nanggala Paskhas di Bandara Abdul Rachman Saleh, Malang[4]
    3. Batalyon 466 Pasopati di Bandara Hasanuddin, Makasar
    4. Kompi E Paskhas BS Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta
    5. Kompi F Paskhas BS (Bandara Manuhua, Biak) .
  3. Wing 3 Paskhas / Pendidikan dan Latihan di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung.
  4. Den Bravo-90 Paskhas di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung.
  5. Den Walkol Paskhas di Bandara Halim Perdanakusuma, JakartaBerdasarkan Instruksi Kasau Nomor : ins/ 2 / III / 2008 status Detasemen Kawal dan Protokol pembinaannya dialihkan dari Korpaskhas ke Denma Mabes AU.[3]

Sesuai Peraturan Kasau /53/VIII/2008 tertanggal 13 Agustus 2008 tentang Penyempurnaan Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Korps Paskhas TNI AU, maka penyebutan "skadron" diubah menjadi "batalyon".

Untuk pengembangan organisasi kedepan saat ini tengah diusulkan ke Mabes TNI-AU untuk pembentukan Wing III Paskhas di Makassar, Sulawesi Selatan untuk meng-cover wilayah timur Indonesia. Selain itu direncanakan pula penambahan 3 skadron (batalyon) baru Paskhas yaitu Skadron 468 di Medan, Skadron 469 di Biak, Papua dan satu Skadron lagi di Yogyakarta atau Kupang sehingga nantinya Paskhas akan memiliki 10 Skadron pasukan

Kekuatan pasukan

Paskhas saat ini berkekuatan 5.732 personel. Dalam beberapa waktu kedepan direncanakan Paskhas TNI-AU akan mendapatkan 40 buah panser buatan Pindad sebagai cikal bakal Batalyon Kavaleri Paskhas. Namun rencana ini tengah mengalami negoisasi ulang dikarenakan ranpur sejenis Panser dinilai tidak cocok dengan karakteristik tugas dari Paskhas. Jika rencana re-negoisasi ini disetujui maka Paskhas berniat mendatangkan kendaraan taktis sejenis Dirgantara Military Vehicle (DMV) buatan PT DI yang kini telah dipakai oleh pasukan elit Paskhas Detasemen Bravo-90

Korps Baret Jingga ini telah diperkuat dengan kedatangan 200 rudal panggul permukaan ke udara QW (QianWei)-3. Rudal QW-3 dilengkapi penjejak semi-active laser guidance, cocok untuk menggasak pesawat tempur maupun rudal lain dalam ketinggian rendah sampai dengan jarak 8 km. Memiliki bobot 13 kg dan kecepatan maksimum 750 km/jam. Senjata ini dipergunakan untuk menggantikan Triple gun bikinan Hispano Suiza (Switzerland) tahun 1950-an dan DSHK 12,7 mm

Paskhas juga tengah berupaya mendatangkan 4 baterai PSU jarak pendek berupa Oerlikon kaliber 35 mm untuk hanud titik model komposit yang sudah terintegrasi antara rudal, meriam, radar dan pos komando taktis. Senjata ini sudah menggunakan teknologi tercanggih dan telah digunakan oleh banyak negara Eropa. Menurut rencana, senjata PSU ini akan ditempatkan di 3 Lanud Utama TNI-AU. Salah satu kelebihan utama lainnya untuk PSU Oerlikon kaliber 35 mm ini adalah kemampuannya untuk dapat dimobilisasi dengan pesawat Hercules.

Paskhas kini mengupayakan untuk mengganti senjata perorangan SS – 1 yang kabarnya akan digantikan SiG-552 ataupun SS-2. Jujur saja, senjata SS-1 buatan Pindad memang sudah tidak layak pakai. Sering macet dengan bekas las di sana – sini.

Komandan

Saat ini, Komandan Korpaskhas (Dankorpaskhas) adalah Marsekal Pertama TNI Harry Budiono. Beliau lahir di ngawi jawa timur, 12 oktober 1953, mengawali karier militer setelah dilantik Presiden RI sebagai letnan dua pada tahun 1978. Selanjutnya penempatan pertama sebagai komandan pleton, Komandan Lanud Morotai, Komandan Skadron Paskhas 462 Lanud Sulaiman, Asintel Korpaskhas, Inspektur Korpaskhas (Ir), Wadan Korpaskhas. Selanjutnya pada tanggal 26 Juni 2008 diangkat menjadi Komandan Korps Pasukan Khas (Dankorpaskhas) sampai sekarang.[5]


Operasi militer dan sipil

Operasi militer dalam negeri

Prajurit-prajurit korpaskhas telah banyak terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, seperti Agresi Militer I dan II, operasi militer PRRI di Riau, operasi menumpas PERMESTA di Sulawesi Utara, operasi TRIKORA untuk membebaskan Irian Barat, operasi DWIKORA, operasi penumpasan 30 S/PKI, operasi penumpasan PGRS / PARAKU di Kalimantan dan operasi Timor-Timur serta operasi militer lainnya.


Penumpasan RMS, DI/TII dan PRRI/PERMESTA

Ketika terjadi beberapa pemberontakan di bumi Pertiwi ini PGT antara lain ditugaskan pula untuk menumpas pemberontakan DI/TII di wilayah Jawa Barat. PGT melakukan pengejaran di wilayah-wilayah diantaranya Tangkuban Perahu, Pegunungan Galunggung, Pegunungan Guntur dan Pegunungan Tampomas. Selain itu PGT juga ikut melaksanakan penumpasan DI/TII di Sulawesi Selatan dengan melakukan penerjunan yang dipimpin langsung oleh Letkol (U) RA Wiriadinata Saat penumpasan RMS, PGT mengerahkan 1 kompi pasukannya antara lain di Kendari dan Pulau Buru, Maluku.

Pada peristiwa PRRI di Sumatera, satu batalion PGT bersama 1 kompi RPKAD melakukan penerjunan untuk pertama kali pada 12 Maret 1958 di Pangkalan Udara Simpang Tiga, Pekanbaru. Empat hari berselang pada 16 Maret 1958, PGT bersama RPKAD dan Batalion 332 Siliwangi kembali melakukan penerjunan di Medan.

Ketika operasi 17 Agustus di Sumatera Barat, PGT mendapat tugas untuk merebut Lanud Tabing di Padang. Untuk mengawali operasi ini, delapan personil PGT dipimpin Letkol (U) RA Wiriadinata ditugaskan melakukan operasi khusus. Tim kecil PGT ini mendapat tugas menentukan titik penerjunan yang paling aman bagi pasukan TNI. Pendaratan open sea ini, terbilang berbahaya. Ombak besar menyulitkan pendaratan. Akibatnya, saat regu PGT mendarat dengan motor-tempel kecil di pantai, perahunya pecah. Sampai di pantai, mereka bergerak cepat, menyusup, menentukan koordinat, dan membuat kode-kode rahasia pada DZ. Tentu tidak gampang menentukan lokasi DZ, mengingat pasukan PRRI tersebar di mana-mana.

Pada 17 April 1958 tepat pukul 06.40 satu batalyon PGT dan satu kompi RPKAD diterjunkan dan langsung mendapat perlawanan dari pasukan PRRI, akibatnya satu personil PGT gugur. Selain itu Lanud Tabing juga sudah dipenuhi oleh ranjau paku dan bambu-bambu runcing yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Pada bulan Mei 1958, satu batalyon PGT kembali diterjunkan di Mapanget, Manado saat operasi Merdeka untuk menumpas Permesta di Sulawesi Utara. Begitu gencarnya pertempuran di darat maupun dari udara, hingga sempat memancing pesawat Lockheed U-2 Dragon Lady milik AU Amerika (USAF). Pesawat ini pernah dimanfaatkan mengintai pulau Natuna yang disiapkan untuk menggempur Jakarta


Operasi Trikora

PGT AURI dalam operasi Trikora mengambil porsi terbesar jumlah pasukan yang diinfiltrasi ke Irian (Papua) Barat dengan total 532 orang.

Jumlah personil dari TNI, Polri dan relawan yang diinfiltrasikan selama Trikora adalah 1.419 personil dengan jumlah korban jiwa 216 gugur/hilang dan 296 tertangkap.

Pada tanggal 11 April 1962, saat operasi Banteng, 40 pasukan PGT dibawah pimpinan Letnan (U) Agus Hartono dan Sersan Mayor (U) Picaulima diterjunkan untuk pertama kali di Irian Barat yaitu di daerah Fak-Fak begitu juga penerjunan yang dilakukan 39 personil PGT dibawah pimpinan Letnan (U) Herusindo di Kaimana berhasil dengan baik. Sedangkan penerjunan di Merauke dipimpin oleh Letnan (U) Benyamin Matatutih.

Pada 16 Mei 1962, pasukan PGT dibawah pimpinan Letnan Muda (U) Suhadi melaksanakan penerjunan di Sausapur saat Operasi Serigala.

Salah satu kisah heroik dan bersejarah adalah peristiwa pengibaran Sang Saka Merah Putih untuk pertama kali dipancangkan di bumi Cendrawasih, Irian Barat, yang dilakukan oleh anggota PGT. Pada tanggal 19 Mei 1962, sebanyak 81 anggota PGT bertolak dari Pangkalan Udara Pattimura, Ambon, dengan pesawat Hercules yang dipiloti Mayor (U)T.Z Abidin menuju sasaran daerah penerjunan sekitar Kampung Wersar, Distrik Teminabuan. Mereka diterjunkan tepat diatas markas tentara Belanda. Kisah heroik ini mengakibatkan tewasnya 53 anggota PGT AURI termasuk komandan tim Letnan Dua (U) Manuhua.

Untuk memperkuat posisi tentara Indonesia di Irian Barat dilaksanakan operasi Jatayu pada 14 Agustus 1962 dengan rincian Kelompok Elang dibawah pimpinan Kapten (U) Radik Darsono diterjunkan di Sorong dan Kelompok Alap-alap dibawah pimpinan Letnan (U) Mahutappy.

Operasi penerjunan yang dianggap mustahil oleh pelbagai ahli perang selama Trikora, mengingat kondisi alam Papua yang amat berat ternyata berhasil dilaksanakan dengan baik oleh personil PGT

Beberapa kali penerjunan yang dilakukan PGT selama operasi Trikora di Kaimana, Fak Fak, Sorong, Klamono, Teminabuan, dan Merauke telah mengakibatkan gugurnya 94 orang prajurit.


Operasi Dwikora

Seperti halnya saat Trikora, pada saat operasi Dwikora PGT AURI juga menjadi pasukan yang pertama sekaligus menjadi pasukan dengan jumlah terbanyak yang diterjunkan ke wilayah Kalimantan Utara dan Malaysia.

Untuk pertama kalinya pada tanggal 17 Agustus 1964 sebanyak 17 personil PGT berhasil melakukan penerjunan di selatan Johor.

Dalam penerjunan di Labis dan Bontian, dekat Johor Baru pada tanggal 2 September 1964, pesawat C-130 Hercules yang diterbangkan Mayor (U) Djalaloedin Tantu bersama 7 awak pesawat jatuh ke selat Malaka. Sebuah sumber menyatakan bahwa kecelakaan pesawat Hercules yang melakukan terbang malam tersebut akibat terbang terlalu rendah untuk menghindari deteksi radar lawan. Letkol (U) Sugiri Sukani, Komandan Resimen PGT dan Letnan Satu (U) Suroso ada didalam pesawat malang tersebut. Unsur yang ikut tewas dalam peristiwa tersebut adalah 47 orang personil PGT dan 10 orang Cina Melayu, diantaranya adalah dua gadis. Sedangkan 2 Hercules lainnya berhasil menerjunkan pasukan PGT didaerah sasaran. Pasukan ini berjumlah 3 Peleton terdiri dari 1 Peleton dari Jakarta dan 2 Peleton dari Bandung.

Jumlah personil PGT yang gugur/hilang selama operasi Dwikora berjumlah 83 orang sedangkan yang tertangkap berjumlah 117 orang.


Operasi Seroja

Dalam Operasi Seroja, Kopasgat tidak berfungsi sebagai pasukan pemukul seperti yang dilakukan Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dalam penumpasan pemberontakan PRRI/Permesta, perjuangan Trikora dan Dwikora. Kopasgat yang terdiri dari Pengendali Tempur (Dalpur), Pengendali Pangkalan (Dallan) dan Satuan Tempur (Satpur) bertugas membentuk pangkalan udara operasi dan pengamanannya

Gelaran pertama Kopasgat terjadi tanggal 7 Desember 1974 saat 126 personil Detasemen-B Kopasgat yang dipimpin Kapten (Psk) Silaen diterjunkan dengan cara air landed di lapangan terbang Dili, selang dua hari pada 9 Desember 1974 delapan Hercules C-130 menerjunkan pasukan dari Yonif Linud-328 Kostrad, Grup-1 Kopassus, Yonif 401/Banteng Raiders dan 156 personil Kopasgat pada pukul 07.25 WIT. Tugas Kopasgat adalah membebaskan lapangan terbang Baucau, atau lebih populer dengan Villa Salazar dalam bahasa Portugis. Detasemen-A Kopasgat dipimpin Kapten (Psk) Afendi. Operasi ini sekaligus membuktikan kemampuan Kopasgat melaksanakan Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD)

Dalam operasi Seroja, Kopasgat bersama satuan tempur lainnya dari TNI-AD dan TNI-AL (Marinir) turut bertempur diberbagai medan mulai dari kota, hutan, pegunungan, perbukitan hingga ke wilayah pedalaman Timor-Timur untuk memburu gerombolan pengacau keamanan bersenjata.

Operasi sipil

Selain mengabdikan dirinya dalam tugas-tugas operasi militer, prajurit paskhas juga ikut berpartisipasi dalam misi kemanusiaan seperti operasi Tinumbala dan Tampomas penanggulangan bencana alam, Tentara Masuk Desa dan karya bakti TNI lainnya.

Misi perdamaian

Keterlibatan Paskhas dalam misi perdamaian di luar negeri di bawah bendera PBB seperti tergabung dalam:

  • Kontingen Garuda di Vietnam,
  • Kontingen Garuda XIV dibawah Unprofor di Yugoslavia,
  • Kontingen Garuda XIV A-B di Bosnia,
  • Kontingen Garuda XVII dibawah OKI di Filipina dan penugasan militer di luar negri lainnya.

Referensi

Lihat pula

Pranala luar