Cornelis

politisi Indonesia

Drs. Cornelis, M.H. (lahir 27 Juli 1953) adalah Gubernur Kalimantan Barat periode 2008-2018. Cornelis memenangi Pilkada Gubernur Kalimantan Barat yang diadakan pada 15 November 2007. Ia dilantik oleh Mendagri Mardiyanto pada 14 Januari 2008, berpasangan dengan Christiandy Sanjaya.[2] Pada Pemilukada 2012, masih berpasangan dengan wakilnya Christiandy Sanjaya, ia terpilih kembali untuk periode 2013–2018. Cornelis juga menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Kalimantan Barat dan Ketua Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP) Kalimantan Barat.

Cornelis
Foto resmi Gubernur Cornelis untuk periode 2013–2018. Pop
Gubernur Kalimantan Barat ke-8
Masa jabatan
14 Januari 2008 – 14 Januari 2018
PresidenSusilo Bambang Yudhoyono
Joko Widodo
WakilChristiandy Sanjaya
Bupati Landak ke-2
Masa jabatan
6 September 2001 – 14 Januari 2008[1]
PresidenMegawati Soekarnoputri
Susilo Bambang Yudhoyono
GubernurAspar Aswin
Usman Ja'far
Informasi pribadi
Lahir27 Juli 1953 (umur 71)
Indonesia Sanggau, Kalimantan Barat, Indonesia
KebangsaanIndonesia Indonesia
Partai politikPDI-P
Suami/istriFrederika
AnakKarolin Margret Natasa
Angelina Fremalco
AlmamaterUniversitas Brawijaya
ProfesiPolitikus
Situs webCornelis Center
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Karier pemerintahannya dimulai sebagai staf di Kantor Camat Mandor, Camat Menyuke (Darit), dan kemudian menjadi Bupati Landak selama dua periode, yakni 2001–2006 dan 2006–2008.[3] Setelah menjadi Gubernur Kalimantan Barat, posisinya sebagai Bupati Landak digantikan oleh Adrianus Asia Sidot.

Ia adalah Gubernur Kalimantan Barat bersuku Dayak serta beragama Katolik kedua setelah J.C. Oevaang Oeray.

Kehidupan awal

Cornelis lahir di Sanggau, pada 27 Juli 1953. Ia merupakan anak kedua dari delapan bersaudara. Ayahnya bernama Josep Rofinus Djamin dan ibunya bernama Maria Christina Uko'.[4]

Ia masih berkerabat dengan Panglima Sidong, seorang tokoh masyarakat di Sanggau. Sepupunya, Frans Anes menceritakan bahwa ayahnya tidak ikut disungkup oleh Jepang karena seorang pendiam dan cengeng. Sebaliknya, Panglima Sidong merupakan orang yang melawan Jepang. Karena dianggap berbahaya, ia disungkup dan di bokongnya dikenai besi panas dikarenakan Panglima seorang yang punya kanuragan yang tinggi. Frans Anes selanjutnya merekomendasikan supaya Alif Sidong menjadi narasumber tentang Peristiwa Mandor karena dia tahu banyak tentang kejadian itu.[butuh rujukan]

Karena ayahnya seorang polisi, masa kecil Cornelis hidup berpindah-pindah tempat. Ia mulai mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (SR) di Sukadana pada tahun 1960. Pada tahun 1966, tahun terakhirnya di SR, ia pindah ke Ngabang mengikuti ayahnya dan menamatkan SR di Ngabang. Kemudian Cornelis melanjutkan pendidikan di SMP Gotong Royong di Senakin hingga tahun 1969. Setelah SMP, Cornelis melanjutkan pendidikan di Kota Pontianak. Awalnya, ia bersekolah di SMA Santu Petrus, namun karena keterbatasan biaya, Cornelis pindah ke SMA Kapuas yang iuran sekolahnya lebih murah.[4]

Tamat SMA pada tahun 1972, Cornelis melanjutkan pendidikan tinggi di Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN). Usai menyelesaikan pendidikan di APDN pada tahun 1978, Cornelis meniti karier sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dimulai dari staf di pemerintahan di tingkat desa.[4]

Seiring berjalannya waktu, karier Cornelis sebagai PNS kian menanjak dan membawanya menduduki jabatan Camat Menjalin pada tahun 19891995 dan Camat Menyuke pada 19951999. Pada tahun 1999, Cornelis dipercaya menduduki jabatan di tingkat provinsi, yakni sebagai Kepala Sub Dinas Pengawasan di Dinas Pertambangan dan Energi. Pada tahun 2001 ia mendapatkan gelar Magiter Hukum dari Universitas Brawijaya.[4]

Keluarga

Semasa bersekolah di APDN, Cornelis bertemu dengan banyak pejabat pemerintahan daerah yang membawanya berkenalan dengan Frederika, putri dari seorang camat. Ia kemudian menikahi Frederika pada 20 April 1980. Pernikahannya dengan Frederika dikaruniai dua orang putri yang masing-masing diberi nama Karolin Margret Natasa dan Angelina Fremanco.[4]

Putri sulungnya, dr. Karolin Margret Natasa merupakan anggota DPR-RI dari PDI Perjuangan untuk Daerah Pemilihan Kalimantan Barat. Ia terpilih pertama kali melalui Pemilu 2009 dengan perolehan suara terbanyak ketiga secara nasional, setelah Edhie Baskoro Yudhoyono dan Puan Maharani.[5] Pada Pemilu 2014, ia terpilih kembali dan tercatat sebagai caleg dengan perolehan suara terbanyak secara nasional.[6]

Bupati Landak

Pada 19 Juli 2001, melalui pemilihan oleh DPRD, Cornelis terpilih sebagai Bupati Landak dengan Nicodemus Nehen, S.Pd. sebagai wakilnya, yang kemudian resmi dilantik oleh Gubernur Usman Ja'far pada 6 September 2001. Cornelis menjadi bupati kedua sekaligus bupati definitif pertama di Kabupaten Landak, menggantikan Pj. Bupati Drs. H. Agus Salim, M.M.. Kabupaten Landak sendiri merupakan kabupaten baru yang dibentuk pada tahun 1999, hasil pemekaran dari Kabupaten Pontianak.[7]

Semasa menjadi Bupati Landak, Cornelis fokus di pembangunan infrastruktur, terutama jalan. Jalan-jalan yang menghubungkan antar kecamatan diaspal dan diberi penerangan. Cornelis juga mengundang perusahaan telekomunikasi untuk membangun menara telekomunikasi di Kabupaten Landak, sehingga sinyal telepon seluler bisa menjangkau wilayah kabupaten. Pembangunan paling fenomenal di era Bupati Cornelis adalah Gedung Kantor Bupati Landak yang disebut sebagai kantor bupati termegah di Kalimantan Barat, bahkan kemegahannya dianggap setara dengan Kantor Gubernur Kalimantan Barat.[4]

Di saat masih bupati, Cornelis mendekatkan diri ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Dalam kapasitasnya sebagai bupati, ia menjadi pembina DPC PDI-P Kabupaten Landak karena undang-undang pada saat itu mengamanahkan bupati sebagai pembina ormas dan parpol. Kedekatan Cornelis dengan PDI-P menjadikannya bergabung sebagai kader PDI-P dan kemudian terpilih sebagai Ketua DPD PDI-P Kalimantan Barat pada Desember 2003.[4]

Pada tahun 2006, Cornelis memenangkan Pilkada Landak, kali ini berpasangan dengan Drs. Adrianus Asia Sidot, M.Si.. Namun di periode keduanya, Cornelis hanya menjabat selama satu tahun karena pada tahun 2007, ia memenangkan Pemilihan Gubernur, dan kemudian dilantik sebagai Gubernur Kalimantan Barat pada Januari 2008.[4]

Gubernur Kalimantan Barat

Pada November 2007, melalui usungan dari PDI Perjuangan Cornelis yang berpasangan dengan Christiandy Sanjaya memenangkan pilkada dengan perolehan 43,7% suara, mengungguli tiga pasang kandidat lainnya, termasuk calon petahana Usman Ja'far dan L.H. Kadir. Keduanya kemudian dilantik pada 14 Januari 2008 oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto.[8][2]

Menuju periode kedua, Cornelis dan Christiandy Sanjaya tetap berpasangan dan terpilih kembali melalui Pemilukada 2012. Kali ini, keduanya diusung koalisi PDI Perjuangan, Partai Demokrat, PDS, Partai PIB, dan PKB; dan memenangkan pemilukada dengan perolehan 52,1% suara, mengalahkan tiga pasang kandidat lainnya. Keduanya kemudian dilantik untuk masa jabatannya yang kedua pada 14 Januari 2013 oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi.[9]

Pencaplokan Camar Bulan oleh Malaysia

Nama Camar Bulan mencuat pada pemberitaan di media Indonesia pada bulan Oktober 2011 mengenai saling klaim wilayah, dimana pihak Indonesia mengklaim jika seluruh wilayah Dusun Camar Bulan adalah milik Indonesia, dan sebaliknya, pihak Malaysia mengklaim ada sebagian kecil wilayah di Dusun Camar Bulan yang menjadi hak mereka.[10] Gubernur Kalimantan Barat Cornelis M.H mengatakan bahwa ada 1.440 hektare wilayah Indonesia masuk ke Malaysia karena patok yang bergeser di titik tapal batas A88 - A156 Camar Bulan ke dalam wilayah Sarawak, Malaysia.[11]

Peluncuran buku biografi

Pada 7 Juli 2012, Cornelis meluncurkan buku berjudul Jejak Langkah Sang Orator di Rumah Betang Raya Dori' Mpulor, Kabupaten Sanggau.[12] Buku ini ditulis oleh Aju dan Nur Iskandar dengan pengantar Megawati Soekarnoputri.[12]

Galeri

Referensi

  1. ^ Adrianus Resmi Bupati Landak Cornelis Center
  2. ^ a b "Cornelis Dilantik sebagai Gubernur Kalbar". kompas.com. PT Kompas Cyber Media. 14 Januari 2008. Diakses tanggal 10 Mei 2016. 
  3. ^ Profil Cornelis Sang Pemersatu
  4. ^ a b c d e f g h Aju; Iskandar, Nur (2012). Jejak Langkah Sang Orator (dalam bahasa Indonesia). Pontianak: PT Borneo Tribune Press. ISBN 978-602-9299-07-6. 
  5. ^ Benny Sabdo (25 Mei 2011). "dr Karolin Margret Natasa: Srikandi Politik dari Mempawah". hidupkatolik.com. Yayasan Hidup Katolik. Diakses tanggal 6 Mei 2016. [pranala nonaktif permanen]
  6. ^ Iqbal Fadil (15 Mei 2014). "Profil 5 Anggota DPR dengan Suara Terbanyak". Merdeka.com. KLN Kapanlagi Network. Diakses tanggal 6 Mei 2016. 
  7. ^ "Sejarah". Pemkab Landak. Organisasi & Tata Laksana Setda Kab. Landak. 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-03. Diakses tanggal 6 Mei 2016. 
  8. ^ "KPUD Kalbar Tetapkan Cornelis Jadi Gubernur Terpilih". KPU Kalimantan Barat. KPU Kalimantan Barat. 28 November 2007. Diakses tanggal 10 Mei 2016. 
  9. ^ "Cornelis-Christiandy Dilantik Siang Ini". kompas.com. PT Kompas Cyber Media. 14 Januari 2013. Diakses tanggal 10 Mei 2016. 
  10. ^ "Indonesia - Malaysia Saling Klaim". http://www.komisikepolisianindonesia.com/secondPg.php?cat=hukum&id=3183. Diakses tanggal 12 Oktober 2011.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  11. ^ "Dikabarkan Dicaplok Malaysia,AKtivitas TNI di Camar Bulan Meningkat". Suara Pembaruan. Diakses tanggal 12 Oktober 2011. 
  12. ^ a b Cornelis Luncurkan Buku Profil Pribadinya Antara. 7 Juli 2012. Diakses pada 22 Juli 2012.

Pranala luar

Jabatan politik
Didahului oleh:
Usman Ja'far
Gubernur Kalimantan Barat
2008–2018
Diteruskan oleh:
Doddy Riyadmadji
sebagai Pelaksana Tugas