Psikosis

kondisi pikiran yang tidak normal yang melibatkan hilangnya kontak dengan kenyataan

Psikosis merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis adalah suatu kumpulan gejala atau sindrom yang berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan merupakan gejala spesifik penyakit tersebut, seperti yang tercantum dalam kriteria diagnostik DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) maupun ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases) atau menggunakan kriteria diagnostik PPDGJ- III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa). Arti psikosis sebenarnya masih bersifat sempit dan bias yang berarti waham dan halusinasi, selain itu juga ditemukan gejala lain termasuk di antaranya pembicaraan dan tingkah laku yang kacau, dan gangguan daya nilai realitas yang berat. Oleh karena itu psikosis dapat pula diartikan sebagai suatu kumpulan gejala/terdapatnya gangguan fungsi mental, respon perasaan, daya nilai realitas, komunikasi dan hubungan antara individu dengan lingkungannya. Skizofrenia adalah salah satu penyakit yang termasuk dalam golongan psikosis dan merupakan penyakit psikotik yang paling sering dan paling banyak diketahui, hal ini tidak berarti skizofrenia sinonim dengan psikosis. Insidensi skizofrenia di Indonesia sendiri belum jelas. Penyebab pasti penyakit ini sampai saat ini masih belum jelas diketahui; dari autopsi ditemukan kelainan di area otak tertentu, termasuk sistem limbik, korteks frontal, dan ganglia basalis, misalnya pelebaran sulkus, fisura, serta ventrikel, perubahan asimetri hemisfer serebri, dan gangguan densitas otak, namun tidak ada satupun yang khas atau selalu ditemukan pada penderita skizofrenia. Petunjuk adanya peran genetik pertama kali didapat dari penelitian keluarga. Jumlah penderita dalam keluarga lebih banyak dibandingkan dengan penderita pada populasi umum. Satu dari 100 orang dalam populasi umum pernah menderita skizofrenia dalam periode hidupnya, sementara dari 100 saudara kandung penderita dijumpai 13 orang juga skizofrenia. Dari penelitian "epidemiologi keluarga" terlihat bahwa risiko untuk keponakan adalah 3 persen, masih lebih tinggi dari populasi normal yang hanya 1 persen. Dengan demikian, kemungkinan anak tumbuh sehat adalah 97 persen. Makin dekat hubungan keluarga biologis, makin tinggi risiko terkena skizofrenia. Etiologi lain yang mendukung adalah bahwa aktivitas neurotransmiter dopamin berlebihan pada jalur dopamin di susunan saraf pusat yaitu jalur mesolimbik dapat mencetuskan gejala positif skizofrenia, selain itu penurunan aktivitas neurotransmiter dopamin pada jalur dopamin juga mengakibatkan munculnya gejala negatif serta fungsi kognitif, selain itu juga dihubungkan adanya gejala ekstrapiramidal yang sering muncul pada pasien skizofrenia.