Kerajaan Allah

frasa di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru
Revisi sejak 28 Oktober 2021 13.11 oleh Rempah1000 (bicara | kontrib) (Perbaikan)

Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga

Adalah kerajaan dunia yang bertujuan untuk mengembalikan hati manusia agar mengingat Allah tuhan yang ESA, kerajaan Allah bertujuan untuk menghapus gambar yang ada pada uang menjadi tulisan ALLAH pada seluruh uang yang ada di muka Bumi. Hal ini dilakukan agar manusia selalu mengingat bahwa Allah lah penciptanya, agar hati manusia selalu menyembah Allah bukan menyembah gambar yang mereka buat seperti gambar yang ada dalam uang.

Jika hati manusia menduakan Allah tuhannya dengan gambar apapun yang ada dilangit atau di bumi, maka Allah akan memberikan hukuman berupa azab kepada manusia. Azab penyakit, kelaparan, kemiskinan, peperangan, dan bencana alam.

Oleh sebab itu kerajaan allah bertujuan menulisi uang dengan tulisan "Allah" agar manusia selalu mengingat bahwa Allah Tuhan yang ESA lah yang harus manusia sembah.

Latar Belakang di dalam Perjanjian Lama

Kerajaan Allah merupakan konsep yang berakar di dalam Perjanjian Lama, yang kemudian ditekankan oleh Yohanes Pembaptis dan penggenapan melalui Yesus Kristus dalam zaman Perjanjian Baru.[1] Di dalam Perjanjian Lama, ada beberapa nas yang berbicara mengenai perkataan yang searti dengan Kerajaan atau pemerintahan Allah (dalam bahasa Yunani: Basileia) yaitu: Mazmur 22:29, 103:19, 145:13; Daniel 4:3,25; Obaja 21; 1 Tawarikh 29:11.[1] Di beberapa bagian Alkitab lainnya, Allah juga disapa sebagai Raja, terutama di dalam kitab Mazmur dan Nabi-nabi.[1] Di dalam konsep tersebut ada aspek ke-akan-an atau aspek sorgawi, dan juga ada aspek duniawi atau aspek ke-kini-an. Di dalam perkembangan selanjutnya, aspek sorgawi dikembangkan oleh komunitas Qumran, sedangkan aspek duniawi dianut oleh Kaum Zelot yang berjuang menghadirkan Kerajaan Allah secara politik.[2]

Selain itu, dikenal juga beberapa Mazmur yang disebut juga Mazmur-Mazmur Raja, seperti Mazmur 47, 93, 96, 97, dan 99. Pada dasarnya Mazmur-Mazmur ini menggambarkan pengharapan Israel akan penyataan yang terakhir dan definitif dari Yahweh sebagai Raja, yang manifestasi kuasa-Nya telah mulai tampak di dalam sejarah keselamatan.[1]

Di dalam kesusastraan pseudopigrafa, juga mulai dikenal istilah "Kerajaan Allah", meskipun belum memiliki makna yang sentral seperti dalam Perjanjian Baru.[1] Istilah tersebut dipakai dalam dua arti:

  • (1) ketaatan pada hukum Taurat, dan
  • (2) penyataan pemerintahan Allah yang akan datang atas seluruh dunia apabila segala bangsa telah ditaklukkan kepadaNya.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f H. Ridderbos, H. Baarlink. 1975. Pemberitaan Yesus Menurut Injil-Injil Sinoptis.
  2. ^ Donald Guthrie. 2001. Teologi Perjanjian Baru 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia.