Nuh dalam Islam
Dalam Al-Qur'an, Nuh adalah salah satu nabi dan rasul dengan kedudukan sebagai Ululazmi.[1] Nuh diutus oleh Allah untuk mengajarkan tauhid. Ia berdakwah selama tiga generasi dan hanya memperoleh 70 orang pengikut yang delapan di antaranya merupakan anggota keluarganya.[2] Ajaran Nuh ditolak oleh kaumnya sehingga Allah memberikan peringatan kepada mereka dengan banjir bandang akibat hujan berkepanjangan. Kisah Nuh sebagai nabi dan kisah banjir bandang disebutkan dalam beberapa ayat di Surah Nuh dan Surah Hud.[3]
Banjir bandang
Para ahli sejarah sepakat bahwa banjir bandang yang menimpa kaum Nuh benar-benar pernah terjadi. Ini didasarkan pada banyaknya kisah banjir bandang dari berbagai agama, kepercayaan dan kebudayaan di beberapa negara. Perbedaan pendapat timbul mengenai wilayah yang terdampak banjir dan jenis hewan yang memasuki bahtera Nuh.[4] Ada yang berpendapat bahwa banjir bandang menimpa seluruh dunia. Dalilnya pada Surah Hud ayat 42 dan 43. Ayat 42 menjelaskan bahwa gelombang yang timbul akibat banjir bandang setinggi gunung.[5] Bukti lain yang menguatkan pendapat mereka adalah penemuan fosil gajah purba di wiayah Siberia dan Kutub Utara.[6]
Sementara itu, terdapat pendapat yang menyatakan bahwa banjir bandang yang menimpa kaum Nuh hanya bersifat lokal. Dalilnya adalah bahwa setiap nabi diutus hanya kepada suatu kaum tertentu. Pendapat ini didasarkan kepada ayat-ayat Al-Qur'an yaitu Surah Ar-Ra’d ayat 7, Surah An-Nahl ayat 36, 84 dan 89, Surah Al-Mu'minun ayat 44, Surah An-Nisa' ayat 41 dan Surah Yusuf ayat 47. Pendapat ini dikuatkan oleh adanya kisah para nabi yang hidup di zaman yang sama dengan nabi lainnya dengan kaum yang hidup di lokasi yang berjauhan. Para nabi yang hidup di zaman yang sama antara lain Ibrahim dan Lut, Yakub dan Yusuf, Musa, Harun dan Syuaib serta Zakariyya dan Yahya. Keterangan lain yang dijadikan sebagai landasan pendapat ini adalah jumlah nabi dan rasul yang sangat banyak yaitu 124 ribu nabi dan 313 rasul. Keterangan ini diperoleh dari hadis yang diriwayat oleh Imam Bukhari.[7]
Referensi
Catatan kaki
- ^ Ash-Shallabi, Ali Muhammad (2020). Nuh: Peradaban Manusia Kedua. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. hlm. 119. ISBN 978-979-592-901-7.
- ^ El-Fikri 2010, hlm. 25-26.
- ^ El-Fikri 2010, hlm. 26.
- ^ El-Fikri 2010, hlm. 30.
- ^ El-Fikri 2010, hlm. 31-32.
- ^ El-Fikri 2010, hlm. 32.
- ^ El-Fikri 2010, hlm. 33.
Daftar pustaka
- El-Fikri, Syahruddin (2010). Situs-Situs dalam Alquran: Dari Banjir Nuh hingga Bukit Thursina. Jakarta Selatan: Penerbit Republika. ISBN 978-623-279-035-3.