Muslihan Sulchan
Brigadir Jenderal TNI (Purn.) H. Muslihan Sulchan, S.I.P. (nama lahir: Sulchan; 28 Agustus 1950 – 20 Juli 2021) adalah seorang purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat dari satuan artileri medan.[1] Jabatan terakhir yang diembannya adalah sebagai Komandan Pusat Kesenjataan Artileri (Danpussenart)[2] sebelum satuan artileri selanjutnya dipisahkan menjadi artileri medan (armed) dan artileri pertahanan udara (arhanud). Sebelumnya, ia menjabat sebagai Kepala Staf Komando Daerah Militer VII/Wirabuana (Kasdam-VII/Wirabuana)[3][4][5] dan Wakil Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat (Wadanpusterad).[4]
Muslihan Sulchan | |
---|---|
Komandan Pusat Kesenjataan Artileri | |
Masa jabatan 24 Januari 2005 – 07 Agustus 2006 | |
Kepala Staf TNI AD |
|
Pengganti
| |
Kepala Staf Komando Daerah Militer VII/Wirabuana | |
Masa jabatan 01 Februari 2003 – 23 Januari 2005 | |
Kepala Staf TNI AD | Ryamizard Ryacudu |
Wakil Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat | |
Masa jabatan 15 Februari 2002 – 31 Januari 2003 | |
Kepala Staf TNI AD |
|
Informasi pribadi | |
Lahir | Sulchan 28 Agustus 1950 Malang, Jawa Timur |
Meninggal | 20 Juli 2021 RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta | (umur 70)
Makam | Taman Makam Bahagia TNI Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten |
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Hj. Sutji Rahayu
(m. 1976; meninggal 2021) |
Anak |
|
Orang tua | H. Masroekin (ayah) Hj. Soentari (Ibu) |
Almamater | Akabri (1974) |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1974–2006 |
Pangkat | Brigadir Jenderal TNI |
Satuan | Artileri Medan |
Pertempuran/perang |
|
Penghargaan | |
Sunting kotak info • L • B |
Jenderal bintang satu ini dikenal sebagai salah satu pelopor pemisahan satuan artileri menjadi artileri medan dan artileri pertahanan udara. Semasa ia menjabat sebagai Komandan Pusat Kesenjataan Artileri (Danpussenart), dibentuk suatu kelompok kerja yang bertugas untuk menyusun kajian akademik pemisahan Pusat Kesenjataan Artileri (Pussenart). Kelompok kerja tersebut dipimpin langsung oleh Brigadir Jenderal TNI Muslihan Sulchan dengan beranggotakan Kolonel Art. Sudharmanto, Kolonel Art. Bambang Sungesti, Kolonel Art. Fakhrudin, Mayor Art. Jama'ah, Mayor Art. Miftahudin, Mayor Art. Yudhi Murfi, Kapten Art. Guntur Eko Saputro, Kapten Art. Harvin Kidingallo, Kapten Art. Dedik Ermanto, dan Kapten Art. M. Haidi. Setelah melalui serangkaian proses, pada akhirnya likuidasi Pusat Kesenjataan Artileri (Pussenart) yang diikuti dengan pembentukan Pusat Kesenjataan Artileri Medan (Pussenarmed) dan Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Pussenarhanud) telah berhasil diimplementasikan berdasarkan Surat Keputusan Kasad No. Kep/43/XI/2006 yang disahkan oleh Jenderal TNI Djoko Santoso, M.Si. pada tanggal 27 November 2006.[6][7] Hal ini menjadikan Muslihan Sulchan sebagai Komandan Pusat Kesenjataan Artileri (Danpussenart) yang terakhir di Indonesia.[2]
Kehidupan pribadi
Masa kecil
Muslihan Sulchan lahir di Kota Malang, Jawa Timur pada tanggal 28 Agustus 1950 sebagai anak pertama dari pasangan H. Masroekin (24 September 1926 – 13 Juli 2004) dan Hj. Soentari (wafat 4 Juli 1982). Awalnya, dia dilahirkan dengan nama Sulchan, yang kelak diubahnya menjadi Muslihan Sulchan. Ayahnya yaitu Masroekin, merupakan seorang veteran pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang pernah berjuang melawan kolonialisme di masa silam. Selepas lulus dari sekolah rakyat (SR)—saat ini setara dengan sekolah dasar (SD)—dalam waktu lima tahun, Masroekin mendaftarkan diri menjadi sukarelawan tentara untuk berjuang melawan kolonialisme. Setelah masa penjajahan selesai, Masroekin melanjutkan karir sebagai tentara yang diperkirakan sampai dengan pangkat terakhir sersan satu. Perjalanan hidup Masroekin sebagai seorang pejuang yang pernah berjuang melawan penjajah, kelak menginspirasi Muslihan Sulchan untuk meneruskan jejak ayahnya dengan bergabung ke militer untuk membela nusa dan bangsa Indonesia.
Sebagai anak tertua, Muslihan Sulchan memiliki lima orang adik yang terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan. Adiknya secara berturut-turut bernama Soedjono, Sya'roni, Sunaryati, S Harijani, dan Suhartono. Diketahui sepenggal kisah dari mereka sebagai berikut:
- Soedjono—saat ini dikenal sebagai Kolonel Inf. (Purn.) Soedjono—lahir pada tanggal 15 Agustus 1952 merupakan adik laki-laki pertama yang juga turut bergabung mengikuti pendidikan perwira dua tahun setelah kakaknya dan merupakan abiturien satuan infanteri tahun 1975.[8] Ia meninggal dunia pada tanggal 15 Desember 2006 setelah dirawat di rumah sakit beberapa hari karena kecelakaan lalu lintas di jalan tol Cipularang.
- Sya'roni, merupakan adik laki-laki kedua dari Musihan Sulchan. Saat berusia 21 tahun, setelah menjalani operasi usus buntu yang kemungkinan belum pulih sepenuhnya, ia pergi ke Kota Jakarta untuk bekerja sebagai sopir truk. Setelah beberapa waktu, ia jatuh sakit sehingga diantarkan rekan kerjanya untuk pulang ke rumah orang tuanya di Kota Malang. Ia meninggal dunia pada tanggal 13 Mei 1975 setelah sehari semalam di rumah orang tuanya.
- Sunaryati, merupakan adik perempuan pertama yang merupakan ibu rumah tangga yang berprofesi pula sebagai pedagang di Kota Malang.
- S Harijani, merupakan adik perempuan kedua dari Muslihan Sulchan yang lahir pada tanggal 24 April 1958. Huruf "S" pada kata pertama namanya diperkirakan bukan merupakan singkatan dan tidak merujuk pada kepanjangan apa pun. Dikisahkan kala ia berusia 6 tahun, ia bersama ibunya, Soentari, menaiki sebuah oplet. Sesampainya di tujuan, ketika Soentari sedang membayar sopir oplet, S Harijani yang tengah menunggu di luar oplet ditabrak lari oleh pengendara mobil dengan kecepatan tinggi. Dalam keadaan murka, Soentari mengejar pelaku tabrak lari tersebut tanpa mampu dihentikan oleh siapa pun, sampai akhirnya langkahnya baru bisa dihentikan setelah enam orang di sekitar lokasi kejadian menahan tubuhnya. Saat itu, Masroekin tengah berdinas di Kalimantan. Pada akhirnya, pelaku tabrak lari tersebut berhasil diamankan dan diproses secara hukum. S Harijani meninggal dunia akibat kejadian tersebut pada tanggal 24 Maret 1964.
- Suhartono, merupakan adik laki-laki terakhir yang merupakan seorang pelaut. Ia mendaftar menjadi taruna pelaut dengan ikatan dinas. Pada pertengahan karirnya, ia memutuskan untuk berpindah haluan menjadi pelaut swasta. Ia pernah menjadi seorang Kepala Kamar Mesin di kapal kargo. Pada tahun 2016, ia meninggal dunia karena sakit.
Muslihan Sulchan menghabiskan masa mudanya di Kota Malang, yaitu sejak lahir sampai dengan setidaknya usia 20 tahun. Semasa muda, ia dikenal sebagai pemuda yang taat beragama Islam. Saat itu, Muslihan Sulchan sering menjadi guru mengaji di lingkungannya. Ia lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) Negeri 4 Malang pada tahun 1969. Pada usia 20 tahun, ia diterima sebagai calon taruna di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Barulah sejak saat itu, ia mulai beranjak ke Kota Magelang untuk mengikuti pendidikan perwira dari tahun 1970 sampai dengan lulus di satuan artileri medan pada tahun 1974.[1][9][10]
Pernikahan dan anak
Muslihan Sulchan menikah dengan Sutji Rahayu (6 September 1953 – 28 Juli 2021) pada tanggal 16 Oktober 1976. Sutji Rahayu merupakan anak kedua dari pasangan H. Soeratman (28 November 1928 – 19 Agustus 2020) dan Hj. Soeratmi (wafat 11 Mei 1979). Soeratman juga merupakan seorang veteran pejuang kemerdekaan Republik Indonesia—diperkirakan sampai dengan pangkat terakhir pembantu letnan dua. Sutji Rahayu bertemu Muslihan Sulchan pertama kali dalam suatu acara reuni taruna di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Pada saat itu, Sutji Rahayu diajak oleh kakaknya—saat ini dikenal sebagai Kolonel Arh. (Purn.) Yahya Suratmono—untuk ikut dalam acara reuni taruna tersebut. Yahya Suratmono merupakan seorang taruna dua tingkat di bawah Muslihan Sulchan yang kelak merupakan abiturien satuan artileri pertahanan udara tahun 1975.[8] Dari pertemuan itu, mereka berdua mulai mengenal lebih dekat satu sama lain, dan tak lama melanjutkan ke jenjang pernikahan.
Masa awal membina keluarga baru dimulai saat Muslihan Sulchan tengah berdinas di Yonarmed-10/76 mm Tarik/Bradjamusti—saat ini bernama Yonarmed-10/Roket/Brajamusti—yang berlokasi di Cliuar, Bogor Utara, Kota Bogor. Dari pernikahannya, Muslihan Sulchan dan Sutji Rahayu dikaruniai tiga anak perempuan dan dua anak laki-laki, yang masing-masing bernama:
- Anita Yuni Pratami, menikah dengan Kolonel Inf. Heru Agung Aryandhono, S.I.P.
- Vera Mita Nia, S.E., M.M., menikah dengan Kolonel Inf. Mukhamad Albar, S.E., M.M.
- Erna Aprilia Puspita Sari
- Ziggy Nugroho
- apt. Anggi Triantoro, S.Farm., M.M., menikah dengan apt. Egi Gustiani, S.Farm.
Anak ketiga dan keempat meninggal muda saat masih berdinas di Yonarmed-10/76 mm Tarik/Bradjamusti. Mereka berdua dimakamkan di dalam lingkungan batalyon tersebut.
Pensiun
Selama hidupnya, Muslihan Sulchan dikenal oleh keluarga dan teman-temannya sebagai sosok yang keras, tegas, disiplin, cerdas, dan jujur dalam kesehariannya. Sebagai pribadi yang termasuk gemar bekerja dan beraktivitas, pensiun sejak tahun 2006 membuat dirinya tidak betah dan penuh tekanan. Pada akhirnya mulai tahun 2007, ia mulai mencari kegiatan dengan melanjutkan bekerja di beberapa instansi pemerintah dan swasta. Kegiatan tersebut dilakukannya agar tetap produktif walaupun telah memasuki usia pensiun.
Pendidikan
Pendidikan umum
- SD (1963)
- SLTP (1966)
- SLTA Negeri 4 Malang (1969)
- S1 Ilmu Politik, Universitas Terbuka (1995)
Pendidikan pengembangan umum militer
- Akabri (1974)
- Sussarcab Armed (1975)
- Suslapa Armed (1984)
- Seskoad (1990)
- Sesko ABRI (1996)
- Lemhannas (2000)
Pendidikan pengembangan spesialisasi militer
- Susjurpatih Inti PHH (1975)
- Sussar Para (1978)
- Susjurpa Rai Armed (1986)
Perjalanan karier
Karier militer
Perwira pertama
Ketika menginjak usia 20 tahun, Muslihan Sulchan mendaftar di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri). Selama menempuh pendidikan, ia banyak dibimbing oleh Muslihan Diding Sutrisno selaku seniornya yang kelak merupakan abiturien satuan artileri medan tahun 1971.[11] Oleh karena pertemanannya sangat dekat hingga sudah dianggap sebagai ayah sendiri, ia menyematkan nama "Muslihan" sebagai tambahan nama depan untuk dirinya sehingga namanya berubah dari Sulchan menjadi Muslihan Sulchan yang dikenal hingga kini.
Ia menyelesaikan pendidikan taruna dan lulus sebagai letnan dua di satuan artileri medan pada tanggal 1 Desember 1974.[1][9][10] Letda Art. Muslihan Sulchan menerima penugasan pertamanya di Yonarmed-10/76 mm Tarik/Bradjamusti—saat ini bernama Yonarmed-10/Roket/Brajamusti—yang terletak di Cliuar, Bogor Utara, Bogor. Di batalyon ini, ia berdinas cukup lama hingga memperoleh pangkat letnan satu kemudian kapten di sana. Yonarmed-10/76 mm Tarik/Bradjamusti telah menjadi bagian dari dirinya yang penuh kenangan karena banyak suka dan duka yang ia dan keluarganya alami di sini. Hingga pensiun pun, masih ada beberapa prajurit senior yang mengenalinya ketika ia dan keluarganya berziarah ke makam anak ketiga dan keempatnya yang dimakamkan di dalam lingkungan batalyon ini. Di batalyon ini pula, ia pernah diberangkatkan ke Timor Timur untuk melangsungkan Operasi Seroja I pada tahun 1975 dan selanjutnya Operasi Seroja II pada tahun 1978. Melalui kesuksesan Operasi Seroja di mana Timor Timur berhasil diambil alih dari pemerintahan Fretilin dan diintegrasikan dengan Republik Indonesia, Muslihan Sulchan dianugerahi gelar kehormatan veteran pembela kemerdekaan Republik Indonesia. Pada tahun 1977, ia pun sempat ditugaskan ke Irian Jaya untuk mengamankan pelaksanaan pemilihan umum di sana.
Perwira menengah
Pada tahun 1984, Kapten Art. Muslihan Sulchan dipindahtugaskan ke Pusat Kesenjataan Artileri Medan (Pussenarmed) untuk menjadi Gumil Gol-VII Pusdikarmed dan selanjutnya memperoleh kenaikan pangkat menjadi mayor dengan jabatan sebagai Kasi Org Bagbinsat Pussenarmed. Saat itu, artileri medan dan artileri pertahanan udara masih terpisah, yang kelak akan digabung menjadi artileri sampai dengan akhirnya terpisah kembali. Usai bertugas di sana, Mayor Art. Muslihan Sulchan mendapat tugas menjadi Wakil Komandan Batalyon (Wadanyon) di Yonarmed-7/76 mm Tarik/Biring Galih—saat ini bernama Yonarmed-7/105 mm GS/Biring Galih. Baginya merupakan suatu kebanggaan bisa bertugas di Yonarmed-7/76 mm Tarik/Biring Galih, terlebih sebagai Wadanyon, yang biasa mendapat tugas kenegaraan dari Presiden Soeharto untuk melepaskan tembakan meriam sebanyak 17 kali pada saat upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus. Saat itu, batalyon tersebut masih bermarkas di kawasan Bintaro.
Pada tahun 1990, tugas sebagai Komandan Batalyon (Danyon) di Yonarmed-8/105 mm Tarik/Uddata Yudha sekaligus kenaikan pangkat menjadi letnan kolonel telah menantinya di Kabupaten Jember. Letkol Art. Muslihan Sulchan mengemban tugas ini selama sekitar dua tahun sampai akhirnya dimutasikan ke Kodim-0826/Pamekasan sebagai Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) selama satu tahun. Setelah itu pada tahun 1993, ia mengalami rotasi ke Seskoad untuk menjadi Dosen Gol-V dan selanjutnya Dosen Gol-IV karena keahliannya mengajar. Selama bertugas di Seskoad, ia pun sempat diberi tanggung jawab sebagai bagian dari tim seleksi pendidikan (seldik).
Pada tahun 1996, Letkol Art. Muslihan Sulchan memperoleh kenaikan pangkat menjadi kolonel bersamaan dengan jabatan barunya sebagai Asisten Personel Kepala Staf Komando Daerah Militer-V/Brawijaya (Aspers Kasdam-V/Brawijaya) di Kota Surabaya. Satu tahun kemudian, keahliannya di bidang personel membuat Kolonel Art. Muslihan Sulchan menerima penugasan sebagai Paban-V/Binperssip Spersad di Markas Besar TNI Angkatan Darat (Mabesad) yang terletak di ibu kota.
Karirnya cukup menanjak ketika Kolonel Art. Muslihan Sulchan pada tahun 1998 dipindahtugaskan sebagai Komandan Komando Resor Militer (Danrem) di Korem-022/Pantai Timur yang terletak di Kota Pematangsiantar.[12] Hampir dua tahun ia bertugas di sana lalu berkesempatan mengikuti pendidikan di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Usai menempuh pendidikan di Lemhannas, berbekal pengalamannya bidang personel, ia dipindahtugaskan menjadi Paban-II/Bindik Spersad di Markas Besar TNI Angkatan Darat (Mabesad) pada tahun 2001.
Perwira tinggi
Karirnya cukup cemerlang di mana ia sering dipercaya untuk menempati beberapa posisi strategis. Jabatan perwira tinggi (pati) pertama kali diraihnya pada tahun 2002 di mana ia ditunjuk untuk menduduki posisi Wakil Komandan Pusat Teritorial Angkatan Darat (Wadanpusterad)[4] sekaligus promosi menjadi brigadir jenderal. Pada tahun 2003, Brigadir Jenderal TNI Muslihan Sulchan dipercaya untuk menjadi Kepala Staf Komando Daerah Militer-VII/Wirabuana (Kasdam-VII/Wirabuana)[3][4][5]—yang saat ini berada pada wilayah Komando Daerah Militer-XIV/Hasanuddin (Kodam-XIV/Hasanuddin) dan Komando Daerah Militer-XIII/Merdeka (Kodam-XIII/Merdeka). Pada tahun 2005, sekaligus menutup masa dinasnya yang sudah mendekati usia pensiun, ia ditugaskan menjadi Komandan Pusat Kesenjataan Artileri (Danpussenart).[1][2][13] Selama bertugas di sini, ia dikenal sebagai pelopor pemisahan satuan artileri menjadi artileri medan dan artileri pertahanan udara. Akhir kepemimpinannya sebagai komandan artileri tertinggi di Indonesia menandai era dilikuidasinya satuan artileri dan dimulainya satuan artileri medan dan artileri pertahanan udara yang berjalan beriringan dengan masing-masing fokusnya.[6][7] Masa dinas Brigadir Jenderal TNI Muslihan Sulchan berakhir pada akhir bulan Agustus 2006 karena sudah memasuki usia 56 tahun.[13]
Riwayat kepangkatan dan jabatan
No. | Pangkat | Jabatan | Terhitung Mulai Tanggal |
1 |
Letnan Dua |
Lulus Akabri | 01 Desember 1974 |
2 |
Letnan Dua |
Pajau-I Rai-B Yonarmed-10/76 mm Tarik/Bradjamusti | 01 Agustus 1975 |
3 |
Letnan Satu |
Pamurai-A Yonarmed-10/76 mm Tarik/Bradjamusti | 01 April 1977 |
4 |
Letnan Satu |
Parai-B Yonarmed-10/76 mm Tarik/Bradjamusti | 01 Juli 1978 |
5 |
Letnan Satu |
Danrai-C Yonarmed-10/76 mm Tarik/Bradjamusti | 01 Juli 1979 |
6 |
Kapten |
Kasi-3/Pers Yonarmed-10/76 mm Tarik/Bradjamusti | 01 September 1980 |
7 |
Kapten |
Gumil Gol-VII Pusdikarmed | 01 Agustus 1984 |
8 |
Mayor |
Kasi Org Bagbinsat Pussenarmed | 01 Agustus 1985 |
9 |
Mayor |
Wadanyonarmed-7/76 mm Tarik/Biring Galih | 01 November 1986 |
10 |
Letnan Kolonel |
Danyonarmed-8/105 mm Tarik/Uddata Yudha | 01 Juni 1990 |
11 |
Letnan Kolonel |
Dandim-0826/Pamekasan Rem-084/Bhaskara Jaya | 01 Juni 1992 |
12 |
Letnan Kolonel |
Dosen Gol-V Seskoad | 01 Juni 1993 |
13 |
Letnan Kolonel |
Dosen Gol-IV Seskoad | 01 Februari 1995 |
14 |
Kolonel |
Aspers Kasdam-V/Brawijaya | 15 Mei 1996 |
15 |
Kolonel |
Paban-V/Binperssip Spersad | 15 Agustus 1997 |
16 |
Kolonel |
Danrem-022/Pantai Timur Dam-I/Bukit Barisan[12] | 15 November 1998 |
17 |
Kolonel |
Pamen Mabesad (Lemhannas) | 01 April 2000 |
18 |
Kolonel |
Paban-II/Bindik Spersad | 15 Agustus 2001 |
19 |
Brigadir Jenderal |
Wadanpusterad[4] | 15 Februari 2002 |
20 |
Brigadir Jenderal |
Kasdam-VII/Wirabuana[3][4][5] | 01 Februari 2003 |
21 |
Brigadir Jenderal |
Danpussenart Kodiklatad[1][2][13] | 24 Januari 2005 |
22 |
Brigadir Jenderal |
Pati Mabesad (Dalam Rangka Pensiun[13]) | 08 Agustus 2006 |
23 |
Brigadir Jenderal |
Purnawirawan | 31 Agustus 2006 |
Riwayat pertempuran
- Operasi Seroja I (1975)
- Operasi Pengamanan Pemilu Irian Jaya (1977)
- Operasi Seroja II (1978)
Riwayat penugasan luar negeri
- Thailand (1996)
- Korea Selatan (2000)
- Austria (2005)
Karier sipil
Penghargaan
Tanda jasa
- Satyalancana Seroja
- Satyalancana Kesetiaan VIII
- Satyalancana Kesetiaan XVI
- Satyalancana Dwidya Sistha
- Satyalancana Kesetiaan XXIV
- Bintang Kartika Eka Pakçi Nararya
Brevet
- Payung Udara Dasar
- Mobil Udara
- Raider
Gelar kehormatan
- Veteran Pembela Kemerdekaan RI (Pembela Timor Timur)
Meninggal dunia
Sejak tanggal 19 Juli 2021, Muslihan Sulchan menunjukkan gejala retensi cairan pada tubuh yang mengindikasikan terjadinya cedera ginjal akut. Hal tersebut diikuti dengan sesak napas yang kian memburuk pada tengah malam. Dini hari tanggal 20 Juli 2021, diputuskan untuk segera dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto dari kediaman pukul 02:59 WIB dan tiba pukul 03:12 WIB. Kondisinya ditetapkan oleh dokter sebagai sindrom gangguan pernapasan akut, sehingga perlu dipasang ventilator. Pada pukul 03:58 WIB, ia mengalami henti napas dan henti jantung sehingga tindakan resusitasi jantung paru dilakukan. Pada akhirnya, bertepatan dengan hari raya Iduladha 1442 H, Muslihan Sulchan dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 20 Juli 2021 pukul 04:22 WIB di RSPAD Gatot Soebroto.
Di hari yang sama, pemulasaran jenazah dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto. Sebelum diberangkatkan, jenazah disalatkan di depan ruang Melati, rumah duka RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 20 Juli 2021 pukul 12:39 WIB. Selanjutnya jenazah dibawa ke lokasi pemakaman bersama rombongan keluarga dengan pengawalan dari Komando Garnisun Tetap I/Jakarta dan tiba di Taman Makam Bahagia TNI Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten pada pukul 13:15 WIB. Upacara pemakaman secara militer sebagai penghormatan terakhir berlangsung dari pukul 13:32 WIB sampai dengan 13:44 WIB yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal TNI Edison, S.E., M.M. sebagai inspektur upacara. Dalam upacara tersebut, jenazah dikebumikan ke dalam liang lahat sebagai tempat peristirahatan terakhir pada pukul 13:37 WIB.
Hanya berselang sekitar seminggu, istri tercintanya, Sutji Rahayu, turut menyusul kepergian Muslihan Sulchan. Berbeda dengan Muslihan Sulchan, istrinya didiagnosis menderita Covid-19 sejak 02 Juli 2021 yang kian mengalami perburukan sehingga sejak 10 Juli 2021 dirawat di RSPAD Gatot Soebroto. Dalam keadaan terpasang ventilator sejak 21 Juli 2021, Sutji Rahayu meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 28 Juli 2021 pukul 21:10 WIB dan dikebumikan di TPU Samaan Malang, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur pada pukul 14:53 WIB.
Referensi
- ^ a b c d e Sjaerozi, M. Arif (2008-11-09). "dwitaka: Alumni Akmil Kecabangan Armed". dwitaka. Diakses tanggal 2020-01-02.
- ^ a b c d "Pussenarmed". pussenarmed-tniad.mil.id. Diakses tanggal 2021-04-05.
- ^ a b c "Jenazah Korban Heli Jatuh Mayor Yuchi Dimakamkan di Makassar". detiknews. Diakses tanggal 2020-06-24.
- ^ a b c d e f "Current Data on the Indonesian Military Elite". Indonesia (80): 123–159. 2005. ISSN 0019-7289.
- ^ a b c "Die Kinder Suhartos übernehmen die Macht, Indonesien-Information Nr. 1/2004". www.watchindonesia.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-01-02. Diakses tanggal 2020-01-02.
- ^ a b Pusat Penerangan TNI (15 Januari 2007). "Kasad Resmikan Pusat Kesenjataan Artileri Medan (Pussenarmed)". Diakses tanggal 02 Januari 2020.
- ^ a b "Sejarah Arhanud". Pussenarhanud. 2018-07-03. Diakses tanggal 2020-01-02.
- ^ a b Sjaerozi, M. Arif (Senin, 26 Januari 2009). "dwitaka: Abituren Akmil 1975". dwitaka. Diakses tanggal 2021-09-17.
- ^ a b "Lulusan Tahun 1974". web.archive.org. 2001-02-22. Diakses tanggal 2021-09-18.
- ^ a b Sjaerozi, M. Arif (Senin, 26 Januari 2009). "dwitaka: Abituren Akmil 1974". dwitaka. Diakses tanggal 2021-09-18.
- ^ Sjaerozi, M. Arif (Senin, 26 Januari 2009). "dwitaka: Abituren Akmil 1971". dwitaka. Diakses tanggal 2021-11-08.
- ^ a b "Sejarah". 2021-08-18. Diakses tanggal 2021-10-06.
- ^ a b c d TNI, PUSPEN TNI, Puspen Mabes. "MUTASI JABATAN DI JAJARAN TNI | WEBSITE TENTARA NASIONAL INDONESIA". tni.mil.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-09-28.
Jabatan militer | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Sabar Yudo Suroso |
Komandan Pusat Kesenjataan Artileri 2005—2006 |
Diteruskan oleh: Sularso (sebagai Danpussenarmed) Leonardus J.P. Siegers (sebagai Danpussenarhanud) |
Didahului oleh: Suprapto |
Kepala Staf Komando Daerah Militer VII/Wirabuana 2003—2005 |
Diteruskan oleh: Sabar Yudo Suroso |