Nahdlatul Ulama
Artikel atau bagian dari artikel ini menggunakan gaya bahasa naratif yang tidak sesuai dengan Wikipedia sehingga menurunkan kualitas artikel ini. Bantulah Wikipedia memperbaikinya. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini. |
Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini dicurigai telah melanggar hak cipta dari tulisan yang terletak di:
- https://www.kompasiana.com/yogi91314/6199e42a9dc02951c35523e2/sang-pelopor-dan-penyatu?page=2&page_images=1
atau pihak di luar Wikipedia, dan selanjutnya akan dimasukkan dalam daftar Wikipedia:Artikel bermasalah hak cipta:
Disarankan untuk tidak melakukan perubahan apapun sampai masalah pelanggaran hak cipta di artikel ini diteliti pengguna lain dan diputuskan melalui konsensus
- Jika Anda ingin menulis ulang artikel ini sebagai tulisan yang sama sekali baru, untuk sementara tuliskan di sini.
- Berikan komentar mengenai hal tersebut di halaman diskusi artikel ini.
- Perhatikan bahwa hanya mengubah sedikit atau beberapa bagian dari tulisan asli tidak cukup untuk menghilangkan pelanggaran hak cipta dari tulisan ini. Lebih baik membangun kembali artikel ini dari awal sedikit demi sedikit daripada membajak tulisan orang lain demi sebuah artikel besar.
- Jika Anda sebenarnya memang adalah pemilik sumber tulisan asli yang dimaksudkan (dan termasuk pula pemilik bukti tulisan yang menjadi dasar kecurigaan pelanggaran hak cipta), dan ingin membebaskan hak cipta tulisan tersebut sesuai GNU Free Documentation License:
- berikan keterangan di halaman diskusi artikel ini, kemudian bisa menampilkan pesan izin tersebut di halaman aslinya, atau berikan izin tertulis ke Wikipedia melalui email yang alamatnya tersangkut langsung dengan sumber tersebut ke alamat permissions@wikimedia.org atau surat tertulis ke Wikimedia Foundation. Berikan izin secara eksplisit bahwa tulisan tersebut telah dibebaskan ke dalam lisensi CC BY-SA 3.0 dan lisensi GFDL.
- Jika tulisan bukti memang berada di wilayah lisensi yang bisa untuk dipublikasikan di Wikipedia,:
- Jelaskan hal tersebut di halaman diskusi artikel ini, dengan bukti referensi yang tepat dan benar.
Kecuali kecurigaan hak cipta ini bisa dibuktikan salah dalam waktu paling lambat dua minggu, artikel ini akan dihapus
- Memuat artikel yang melanggar hak cipta adalah pelanggaran hukum dan tidak sesuai dengan Kebijakan Wikipedia.
- Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai hak cipta, silakan lihat Hak cipta.
- Pengguna yang secara berulang memuat artikel yang melanggar hak cipta akan diblokir dari hak penyuntingan.
- Untuk sementara, pemuatan asli masih bisa dilihat melalui di halaman versi terdahulu.
- Anda dipersilakan memuat kontibusi orisinil.
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus. Cari sumber: "Nahdlatul Ulama" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR |
Berkas:NU LOGO HD.jpg | |
Singkatan | NU |
---|---|
Tanggal pendirian | 31 Januari 1926 M / 16 Rajab 1344 H |
Pendiri | Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari |
Didirikan di | Kota Surabaya |
Tipe | Organisasi |
Tujuan | Berlakunya ajaran Islam yang menganut paham Ahlusunah wal Jama'ah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang moderat dan berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan ummat Islam, negara, serta demi terciptanya rahmat bagi semesta. |
Kantor pusat | Jl. Kramat Raya, No. 164, Jakarta Pusat |
Jumlah anggota | 91,2 juta (2019) |
Rais 'Aam (Pimpinan Tertinggi) | K. H. Miftachul Akhyar |
Ketua Umum | K. H. KY MAK'RUF AMIN |
Situs web | Situs web resmi |
Daftar isi
- 1 Latar Belakang
- 2 Sejarah
- 3 Paham Keagamaan
- 4 Tingkatan dan Struktur Organisasi
- 5 Daftar Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Dari Masa ke Masa
- 6 Daftar Rais 'Aam
- 7 Daftar Ketua Umum
- 8 Referensi
- 9 Riwayat Muktamar NU Dari Masa ke Masa
- 10 Lembaga Organisasi
- 11 Badan Otonom
- 12 Pendidikan
- 13 Basis Pendukung
- 14 NU dan Politik
- 15 Partai Penerus
- 16 Lihat pula
- 17 Rujukan
- 18 Pranala luar
Latar Belakang
Akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan terus menyebar - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.
Merespon kebangkitan nasional tersebut, Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) dibentuk pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (Kebangkitan Kaum Saudagar).
Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Berangkat dari munculnya berbagai macam komite dan organisasi, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, karena tidak terakomodir kyai dari kalangan tradisional untuk mengikuti konferensi Islam Dunia yang ada di Indonesia dan Timur Tengah, akhirnya muncul kesepakatan dari para ulama pesantren untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 di Kota Surabaya. Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasjim Asy'ari sebagai Rais Akbar.
Ada banyak faktor yang melatar belakangi berdirinya NU, di antaranya adalah perkembangan dan pembaharuan pemikiran Islam yang menghendaki pelarangan segala bentuk amaliah kaum Sunni. Sebuah pemikiran agar ummat Islam kembali pada ajaran Islam yang murni, yaitu dengan cara umat Islam melepaskan diri dari sistem bermadzhab. Bagi para kiai pesantren, pembaruan pemikiran keagamaan sejatinya tetap merupakan suatu keniscayaan, namun tetap tidak dengan meninggalkan tradisi keilmuan para ulama terdahulu yang masih relevan. Untuk itulah, Jam'iyah Nahdlatul Ulama cukup mendesak untuk segera didirikan.
Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasjim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (Anggaran Dasar), kemudian juga merumuskan kitab "Itikad Ahlussunnah wal Jama'ah". Kedua kitab tersebut kemudian dijadikan rujukan dalam Khittah NU dan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir serta bertindak dalam bidang sosial, keagamaan, dan politik kebangsaan.
Sejarah
Terbentuknya Nahdlatul Ulama sebagai wadah Ahlussunnah wal Jama’ah bukan semata-mata karena KH. Hasyim Asy’ari dan ulama-ulama lainnya ingin melakukan inovasi, namun memang kondisi pada waktu itu sudah sampai pada kondisi genting dan wajib mendirikan sebuah wadah.
Saat itu, di Timur Tengah terjadi sebuah peristiwa besar yang mengancam eksistensi Ahlussunnah wal Jama’ah terkait penghapusan sistem khalifah oleh Republik Turki Modern dan berkuasanya rezim Mazhab Wahabi di Arab Saudi yang sama sekali tidak membuka ruang bagi berkembangnya madzhab lain di tanah Arab saat itu. Menjelang berdirinya NU, beberapa ulama besar berkumpul di Masjidil Haram dan sangat mendesak berdirinya wadah bagi tumbuh kembang dan terjaganya ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah.
Setelah melakukan istikharah, maka para ulama-ulama di Arab Saudi mengirim pesan kepada KH. Hasyim Asy’ari untuk segera menemui dua ulama di Indonesia, dan jika dua orang tersebut menyetujui maka segera dilakukan tindak lanjut, yakni Habib Hasyim bin Umar bin Toha bin Yahya Pekalongan dan Syaikhona Kholil Bangkalan. KH Hasyim Asy’ari dengan didampingi Kiai Yasin, Kiai Sanusi, dan KH. R. Asnawi Kudus dengan diantar Kiai Irfan segera datang ke kediamannya Habib Hasyim.
Begitu KH. Hasyim Asy’ari duduk, Habib Hasyim langsung berkata, “Kiai Hasyim Asy’ari, silahkan laksanakan niatmu jika akan membentuk wadah Ahlussunnah wal Jama’ah, saya rela, tapi tolong saya jangan ditulis”. Selanjutnya ketika berkunjung ke tempat Syaikhona Kholil Bangkalan, beliau memperoleh wasiat untuk segera melaksanakan niatnya dan beliau merestuinya. Akan tetapi Kiai Kholil juga berpesan “Tolong, nama saya jangan ditulis”. KH. Hasyim Asy’ari tertegun karena kedua ulama tersebut tidak mau ditulis namanya. Namun, akhirnya Kiai Kholil membolehkan ditulis tetapi meminta sedikit saja.
Meskipun demikian, KH Hasyim Asy’ari dalam perjalanannya sangat berhati-hati dan kadang muncul keraguan. Kemudian pada tahun 1924, Syaikhona Kholil segera memanggil muridnya, KH. As’ad Syamsul Arifin, yang saat itu berumur 27 tahun untuk menghadap Syaikhona Kholil.
“As’ad, tolong antarkan tongkat ini ke Tebuireng dan sampaikan langsung kepada Kiai Hasyim Asy’ari, tetapi ada syaratnya, kamu harus hafal Surat Thaha ayat 17-23 dan bacakanlah di hadapan Kiai Hasyim”. Demikian pesan Kiai Kholil sambil menyerahkan tongkat kepad Kiai As'ad.
Lalu Kiai As'ad segera berangkat dengan mengayuh sepeda angin, beliau telah dibekali uang oleh Syaikhona Kholil untuk di perjalanan, namun Kiai As'ad justru berpuasa selama di dalam perjalanan. Kemudian setibanya di Tebuireng, As’ad segera menghadap Kiai Hasyim Asy'ari dan berkata “Kiai, saya diutus oleh Syaikhona Kholil untuk mengantarkan dan menyerahkan tongkat ini kepada Kiai”. Tongkat itu diterima dengan penuh perasaan haru dan Kiai Hasyim bertanya kepada Kiai As’ad, “Apa tidak ada pesan dari Syaikhona Kholil ?” Lalu Kiai As’ad membaca hafalanya (Surat Thaha ayat 17-23) yang artinya “Apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa ? Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain.” Allah berfirman, “Lemparkanlah ia, wahai Musa!” Lalu (Musa) melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Dia (Allah) berfirman, “Peganglah ia dan jangan takut, Kami (Allah) akan mengembalikannya kepada keadaannya semula, Dan kepitkanlah tanganmu keketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih (bercahaya) tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain, untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar”.
Berselang beberapa hari, Syaikhona Kholil kembali mengutus Kiai As'ad untuk mengantarkan sebuah tasbih kepada KH. Hasyim Asy'ari, dengan penuh rasa tawadhu' dan sikap hormat, Kiai As'ad segera menghadap Syaikhona Kholil untuk menerima tasbih dari beliau. Pada saat Syaikhona Kholil menyerahkan tasbih itu, Kiai As'ad enggan untuk menerima dengan kedua tangannya, beliau memohon kepada Syaikhona untuk mengalungkan tasbih itu ke lehernya dengan maksud agar tidak terjatuh saat di perjalanan dan karena tasbih itu adalah tasbih yang dipakai Syaikhona Kholil setiap harinya, maka Kiai As'ad sama sekali tidak berani memegang dengan tangannya.
Seraya mengalungkan tasbih itu ke leher Kiai As'ad, Syaikhona Kholil berpesan kepada Kiai As'ad untuk mewiridkan Asmaul Husna "Yaa Jabbar Yaa Qahhar" hingga sampai Tebuireng, dan beliau juga mengutus untuk membaca bacaan itu di hadapan Kiai Hasyim sebanyak tiga kali.
Selama di perjalanan, Kiai As'ad juga sama sekali tidak memiliki keberanian untuk menyentuh tasbih itu, hingga sesampainya di Tebuireng, Kiai As'ad segera menghadap Kiai Hasyim dan memohon kepada Kiai Hasyim untuk mengambil tasbih itu dari lehernya dan Kiai As'ad membaca "Yaa Jabbar Ya Qahhar". Setelah tasbih itu diterima oleh Kiai Hasyim, beliau sangat terharu dan menangis sebab niatnya untuk mendirikan wadah Ahlussunnah wal Jama'ah semakin bulat.
KH. Hasyim Asy'ari menangkap isyarat-isyarat tersebut bahwa gurunya memantapkan hati beliau untuk merestui didirikannya Jam'iyah Nahdlatul Ulama yang telah dipersiapkan juga oleh KH. A. Wahab Hasbullah dan ulama-ulama lainnya. Langkah demi langkah dilakukan dengan sangat hati-hati karena tidak ingin terjebak dalam nafsu kekuasaan belaka, namun belum juga terwujud.
Setahun kemudian, pada tanggal 31 Desember 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Surabaya berkumpul para ulama se-Jawa-Madura. Mereka bermusyawarah dan sepakat mendirikan organisasi Islam Nahdlatul Ulama.
Paham Keagamaan
Nahdlatul Ulama menganut paham Ahlussunah wal Jama'ah, yaitu sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara Nash (Al Qur'an dan Hadits) dengan Akal (Ijma' dan Qiyas). Oleh sebab itu sumber hukum Islam bagi warga NU tidak hanya Al Qur'an, dan As Sunnah saja, melainkan juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empiris.
Maka, di dalam persoalan aqidah, NU merujuk kepada Imam Abul Hasan Al Asy'ari, sedangkan dalam persoalan fiqih, NU merujuk kepada Imam Syafi'i, dan dalam bidang tashawwuf, NU merujuk kepada Imam Al Ghazali. Namun NU tetap mengakui dan bersikap tasamuh kepada para mujtahid lainnya, seperti dalam bidang aqidah dikenal seorang mujtahid bernama Abu Mansur Al Maturidi, kemudian dalam bidang fiqih terdapat tiga mujtahid besar selain Imam Syafi'i, yakni Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Hanbali, serta dalam bidang tashawwuf dikenal pula Imam Junaid al-Baghdadi
Adapun gagasan "Kembali ke Khittah NU" pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fiqih maupun sosial, serta merumuskan kembali hubungan NU dengan Negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.
Tingkatan dan Struktur Organisasi
No. | Nama | Kepanjangan | Tingkatan |
---|---|---|---|
1 | PB | Pengurus Besar | Nasional (Jakarta) |
2 | PW | Pengurus Wilayah | Provinsi |
3 | PC | Pengurus Cabang | Kabupaten/Kota |
4 | MWC | Majelis Wakil Cabang | Kecamatan |
5 | PR | Pegurus Ranting | Desa/Kelurahan |
6 | PCI | Pengurus Cabang Istimewa | Luar Negeri |
Pada tingkatan PB (Pengurus Besar), terdiri atas :
- Mustasyar (Penasehat)
- Syuriah (Dewan Legislatif)
- Rais 'Aam (Pimpinan Tertinggi NU)
- Wakil Rais 'Aam
- Katib 'Aam (Manajemen)
- Wakil Katib 'Aam
- A'wan (Pembantu Tugas Rais 'Aam)
- Tanfidziyah (Dewan Eksekutif)
- Ketua Umum
- Wakil Ketua Umum
- Ketua
- Sekretaris Jenderal
- Wakil Sekretaris Jenderal
- Bendahara Umum
- Bendahara
Pada tingkatan PW (Pengurus Wilayah), PC (Pengurus Cabang), dan MWC (Majelis Wakil Cabang), terdiri atas :
- Mustasyar (Penasehat)
- Syuriah (Dewan Legislatif)
- Rais Syuriah (Pimpinan PW)
- Wakil Rais Syuriah
- Katib Syuriah
- Wakil Katib Syuriah
- A'wan (Pembantu Tugas Rais Syuriah)
- Tanfidziyah (Dewan Eksekutif)
- Ketua
- Wakil Ketua
- Sekretaris
- Wakil Sekretaris
- Bendahara
- Wakil Bendahara
Daftar Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Dari Masa ke Masa
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama | |
---|---|
K.H. Miftachul Akhyar Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Dr. (H.C.) K.H. Yahya Cholil Staquf Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama | |
Singkatan | NU |
Dibentuk | 31 Januari 1926[1] |
Pejabat pertama | K.H. M. Hasyim Asy’ari (Rais Akbar) H. Hasan Gipo (Ketua Umum) |
Situs web | www |
Kepengurusan Nahdlatul Ulama terdiri dari dua jajaran, yakni Syuriah (senat) dan Tanfidziyah (eksekutif). Jabatan tertinggi Syuriah disebut Rais' Aam, sedangkan jabatan tertinggi Tanfidziyah disebut Ketua Umum. Kedudukan pimpinan tertinggi berada di posisi Rais ‘Aam dan membawahi Ketua Umum. Aktivitas organisasi dan segala program yang dilakukan oleh Ketua Umum harus atas izin dan restu dari Rais ‘Aam selaku pimpinan tertinggi dan sesepuh di dalam organisasi Nahdlatul Ulama.
Daftar Rais 'Aam
Rais 'Aam adalah jabatan paling tertinggi di dalam kepengurusan Nahdlatul Ulama’ yang berposisi sebagai senat dan berada di dalam jajaran syuriah. Rais ‘Aam dibantu oleh Wakil, Katib (sekretaris), dan A'wan (pembantu). Jabatan Rais 'Aam pertama kali adalah K.H. M. Hasyim Asy'ari dengan gelar Rais Akbar sebab beliau sebagai pendiri sekaligus pimpinan tertinggi pertama kali di dalam Nahdlatul Ulama. Sepeninggal K.H. M. Hasyim Asy’ari, jabatan tertinggi ini tidak lagi disebut Rais Akbar, melainkan Rais ‘Aam. Saat ini pejabat Rais 'Aam masa khidmat 2022-2027 adalah K.H. Miftachul Akhyar.
No | Potret | Nama | Masa Khidmat | Dipilih melalui |
---|---|---|---|---|
1 | K.H. Muhammad Hasyim Asy'ari | 1926-1947 |
| |
2 | K.H. Abdul Wahab Hasbullah | 1947-1971 |
| |
3 | K.H. Bisri Syansuri | 1971-1980 [a] |
| |
4 | K.H. Ali Maksum | 1981-1984 |
| |
5 | K.H. Ahmad Shiddiq | 1984-1991[b] |
| |
6 | Ag. H. Ali Yafie[c] | 1991-1992 |
| |
7 | K.H. Ilyas Ruhiat | 1992-1999 |
| |
8 | Dr. (H.C.) K.H. M. A. Sahal Mahfudh | 1999-2014[d] |
| |
9 | Dr. (H.C.) K.H. Ahmad Mustofa Bisri | 2014-2015 |
| |
10 | Prof. Dr. (H.C.) K.H. Ma'ruf Amin | 2015-2018[e] |
| |
11 | K.H. Miftachul Akhyar | 2018-2027 |
|
Daftar Ketua Umum
Ketua Umum adalah jabatan tertinggi pada jajaran tanfidziyah dan berposisi sebagai pihak eksekutif, segala tindakan ataupun program yang dilaksanakan oleh Ketua Umum harus melalui izin dan restu dari Rais ‘Aam selaku pimpinan tertinggi dan senator. Ketua umum didampingi oleh Wakil, Sekretaris Jenderal, dan Bendahara. Jabatan Ketua Umum ini pertama kali adalah K.H. Hasan Gipo. Saat ini Ketua Umum NU masa khidmat 2022-2027 adalah Dr. (H.C.) K.H. Yahya Cholil Staquf.
No | Potret | Nama | Masa Khidmat | Dipilih melalui |
---|---|---|---|---|
1 | K.H. Hasan Gipo | 1926-1929 |
| |
2 | K.H. Muhammad Noer | 1929-1937 |
| |
3 | K.H. Mahfudh Siddiq | 1937-1944[A] |
| |
4 | K.H. Nahrawi Tahir | 1944-1951 |
| |
5 | K.H. Abdul Wahid Hasyim | 1951-1954 |
| |
6 | K.H. Muhammad Dahlan | 1954-1956 |
| |
7 | Dr. (H.C.) K.H. Idham Chalid | 1956-1984 |
| |
8 | Dr. (H.C.) K.H. Abdurrahman Wahid | 1984-1999 |
| |
9 | K.H. Ahmad Hasyim Muzadi | 1999-2010 |
| |
10 | Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A. | 2010-2021 |
| |
11 | Dr. (H.C.) K.H. Yahya Cholil Staquf | 2022-2027 |
|
Referensi
- ^ "Sejarah Nahdlatul Ulama". NU Online. Diakses tanggal 20 Februari 2022.
- ^ Sahal, Hamzah (26 Januari 2021). Ahsan, Ivan Aulia, ed. "KH Ali Yafie, Mantan Rais Aam NU yang Berani Minta Soeharto Mundur". Tirto. Diakses tanggal 20 Februari 2022.
- ^ Auliani, Palupi Annisa (3 Maret 2014). "Gus Mus Gantikan Almarhum Kiai Sahal sebagai Rais Am PBNU". Kompas.com.
- ^ Nurita, Dewi (22 September 2018). Chairunnisa, Ninis, ed. "Ma'ruf Amin Resmi Mundur dari Jabatan Rais Aam PBNU". Tempo. Diakses tanggal 20 Februari 2022.
- ^ Ismail, Faisal (Desember 2011). "The Nahdlatul Ulama: Its Early History and Contribution to the Establishment of Indonesian State". Journal of Indonesian Islam. The Institute for the Study of Religion and Society (LSAS) and the Postgraduate Program (PPs), the State Institute for Islamic Studies (IAIN) Sunan Ampel Surabaya - Indonesia. Vol. 5: 269. Parameter
|access-date=
membutuhkan|url=
(bantuan)
- ^ Wafat pada 25 April 1980 di tengah masa jabatan
- ^ Wafat pada 23 Januari 1991 di tengah masa jabatan
- ^ Mengundurkan diri sebagai Pejabat Sementara Rais 'Aam NU pada 21 Januari 1992[2]
- ^ Wafat pada 29 Januari 2014 di tengah masa jabatan
- ^ Mengundurkan diri pada 22 September 2018 setelah ditetapkan sebagai Calon Wakil Presiden Republik Indonesia 2019–2024[4]
Riwayat Muktamar NU Dari Masa ke Masa
Muktamar Nahdlatul Ulama ke-34 | |
---|---|
Berkas:Muktamar NU ke 34.jpg | |
Tuan rumah | Lampung |
Tanggal | belum terlaksana |
Tempat | Ponpes Darussa'adah, Lampung Tengah
UIN Raden Intan Universitas Malahayati Universitas Lampung |
Kota | Lampung |
Peserta | 2.300 Muktamirin |
Lembaga Organisasi
Lembaga adalah perangkat departementasi organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama sesuai dan berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan yang memerlukan penanganan khusus. Lembaga Nahdlatul Ulama meliputi:
No. | Badan Otonom | Kepanjangan |
---|---|---|
1 | LDNU | Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama |
2 | LBMNU | Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama |
3 | LPMNU | Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama |
4 | RMINU | Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama |
5 | LPNU | Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama |
6 | LPPNU | Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama |
7 | LPKNU | Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama |
8 | LKKNU | Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama |
9 | LAKPESDAMNU | Lembaga Kajian & Pengembangan SDM Nahdlatul Ulama |
10 | LPBHNU | Lembaga Penyuluhan & Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama |
11 | LESBUMI-NU | Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama |
12 | LAZISNU | Lembaga Zakat, Infaq, & Shadaqah Nahdlatul Ulama |
13 | LWPNU | Lembaga Waqaf & Pertanahan Nahdlatul Ulama |
14 | LTMNU | Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama |
15 | LKNU | Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama |
16 | LFNU | Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama |
17 | LPBINU | Lembaga Penanggulangan Bencana &
Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama |
18 | LTNNU | Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama |
19 | LPTNU | Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama |
Badan Otonom
Badan Otonom NU adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan. Badan Otonom dikelompokkan dalam katagori Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu, dan Badan Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya. Jenis badan otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu adalah :
No. | Lembaga | Kepanjangan | Tanggal Berdiri |
---|---|---|---|
1 | GP Ansor | Gerakan Pemuda Ansor | 24 April 1934 |
2 | Muslimat | (tidak ada kepanjangan) | 29 Maret 1946 |
3 | Fatayat | (tidak ada kepanjangan) | 24 April 1950 |
4 | IPNU | Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama | 24 Februari 1954 |
5 | IPPNU | Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama | 3 Maret 1955 |
6 | JATMAN | Jam'iyah Ahlit Thariqah Al Mu'tabarah | 10 Oktober 1957 |
7 | JQH | Jam'iyatul Qurra' wal Huffazh | 1950 |
8 | ISNU | Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama | 2010 |
9 | SARBUMUSI | Sarikat Buruh Muslimin Indonesia | 27 September 1955 |
10 | PSNU PAGAR NUSA | Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa | 3 Januari 1986 |
11 | PERGUNU | Persatuan Guru Nahdlatul Ulama | 14 Januari 1959 |
12 | SNNU | Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama | 15 Agustus 2015 |
13 | ISHARI | Ikatan Seni Hadrah Indonesia | 1959 |
14 | PMII | Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia | 17 April 1960 |
Pendidikan
Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) merupakan salah satu satuan pendidikan dibawah naungan LPTNU (Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama). Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama meliputi universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, dan akademi yang total berjumlah 179 unit sebagai berikut :
Universitas :
- Universitas Al Asy'ariah Mandar
- Universitas Al Khairaat Palu
- Universitas Alma Ata, Bantul
- Universitas An Nuur Purwodadi
- Universitas Billfath Lamongan
- Universitas Darul Ulum Jombang
- Universitas Darul Ulum Islamic Centre Sudirman Ungaran
- Universitas Hasyim Asy'ari Jombang
- Universitas Ibrahimy Situbondo
- Universitas Islam Balitar, Blitar
- Universitas Islam Darul Ulum Lamongan
- Universitas Islam Jember
- Universitas Islam Kadiri, Kediri
- Universitas Islam Lamongan
- Universitas Islam Madura Pamekasan
- Universitas Islam Makassar
- Universitas Islam Malang
- Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara
- Universitas Islam Nusantara Bandung
- Universitas Islam Raden Rahmat Malang
- Universitas Islam Zainul Hasan Probolinggo
- Universitas Ma'arif Hasyim Latif Sidoarjo
- Universitas Ma'arif Nahdlatul Ulama Kebumen
- Universitas Muria Kudus
- Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap
- Universitas Nahdlatul Ulama Blitar
- Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon
- Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia
- Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat
- Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan
- Universitas Nahdlatul Ulama Kalimantan Timur
- Universitas Nahdlatul Ulama Lampung
- Universitas Nahdlatul Ulama Maluku Utara
- Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara Barat
- Universitas Nahdlatul Ulama Purwokerto
- Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo
- Universitas Nahdlatul Ulama Sulawesi Tenggara
- Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Barat
- Universitas Nahdlatul Ulama Sumatera Utara
- Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro
- Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
- Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta
- Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta
- Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo
- Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang
- Universitas Qomaruddin Gresik
- Universitas Sains Al Qur'an, Wonosobo
- Universitas Sultan Fatah, Demak
- Universitas Sunan Bonang Tuban
- Universitas Sunan Giri Sidoarjo
- Universitas Tomakaka Mamuju
- Universitas Wahab Hasbullah Jombang
- Universitas Wahid Hasyim, Semarang
- Universitas Wahidiyah Kediri
- Universitas Yudharta Pasuruan
Institut :
- Institut Agama Islam Al Falah As Sunniyah Jember
- Institut Agama Islam Al Khairat Pamekasan
- Institut Agama Islam Al Qodiri Jember
- Institut Agama Islam Al Qolam Malang
- Institut Agama Islam Bakti Negara Tegal
- Institut Agama Islam Bani Fattah Jombang
- Institut Agama Islam Cipasung Tasikmalaya
- Institut Agama Islam Cirebon
- Institut Agama Islam Darullughah Wadda'wah Pasuruan
- Institut Agama Islam Darussalam Banyuwangi
- Institut Agama Islam Darussalam Ciamis
- Institut Agama Islam Darussalam Martapura
- Institut Agama Islam Faqih Asy'ari Kediri
- Institut Agama Islam Ibrahimy Banyuwangi
- Institut Agama Islam Imam Ghozali Cilacap
- Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah Tasikmalaya
- Institut Agama Islam Ma'arif Nahdlatul Ulama Metro
- Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Kebumen
- Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban
- Institut Agama Islam Ngawi
- Institut Agama Islam Pangeran Diponegoro Nganjuk
- Institut Agama Islam Qomaruddin Gresik
- Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin Ponorogo
- Institut Agama Islam Sunan Giri Bojonegoro
- Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo
- Institut Agama Islam Sunan Kalijogo Malang
- Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang
- Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Lamongan
- Institut Agama Islam Tribakti Lirboyo Kediri
- Institut Agama Islam Uluwiyah Mojokerto
- Institut Ilmu Al Qur'an An Nuur Bantul
- Institut Ilmu Keislaman An Nuqayah Sumenep
- Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban
- Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung
- Institut Keislaman Abdullah Faqih Gresik
- Institut Pesantren KH Abdul Chalim Mojokerto
- Institut Pesantren Mathali'ul Falah Pati
- Institut Sains dan Teknologi An Nuqayah Sumenep
- Institut Sains dan Teknologi Nahdlatul Ulama Bali
- Institut Studi Islam Fahmina Cirebon
- Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama Jambi
- Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama Pasuruan
- Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama Pekalongan
- Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama Sriwijaya Palembang
Sekolah Tinggi :
- Sekolah Tinggi Agama Islam Al Husain Magelang
- Sekolah Tinggi Agama Islam Al Ma'arif Way Kanan
- Sekolah Tinggi Agama Islam Al Muhammad Cepu Blora
- Sekolah Tinggi Agama Islam Al Yasini Pasuruan
- Sekolah Tinggi Agama Islam An Nawawi Purworejo
- Sekolah Tinggi Agama Islam At Taqwa Bondowoso
- Sekolah Tinggi Agama Islam Badrus Sholeh Kediri
- Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Falah Bandung Barat
- Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Hikmah Bangkalan
- Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam Nganjuk
- Sekolah Tinggi Agama Islam Denpasar
- Sekolah Tinggi Agama Islam Hasan Jufri Bawean
- Sekolah Tinggi Agama Islam Hasanuddin Kediri
- Sekolah Tinggi Agama Islam Ihyaul Ulum Greaik
- Sekolah Tinggi Agama Islam Ki Ageng Pekalongan
- Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Jambi
- Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Kalirejo Lampung Tengah
- Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Magetan
- Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Ngawi
- Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Sintang
- Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'arif Sorolangun
- Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'had Ali Cirebon
- Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ula Nganjuk
- Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Kepulauan Riau, Tanjungpinang
- Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Kotabumi
- Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Madiun
- Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Malang
- Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Pacitan
- Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Purwakarta
- Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Purworejo
- Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Tasikmalaya
- Sekolah Tinggi Agama Islam Pancawahana Pasuruan
- Sekolah Tinggi Agama Islam Pangeran Dharma Kusuma Indramayu
- Sekolah Tinggi Agama Islam Pati
- Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
- Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Al Ayyubi Jakarta
- Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran Sleman
- Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Islam Al Muhsin Yogyakarta
- Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Kanjeng Sepuh Gresik
- Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Nahdlatul Ulama Ar Ridho Depok
- Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Nahdlatul Ulama Subang
- Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Walisongo Sampang
- Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur'an Walisongo Situbondo
- Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Sirnarasa Ciamis
- Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam Nahdlatul Ulama Indramayu
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bhakti Bangsa Pamekasan
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Bisnis Syari'ah Nahdlatul Ulama Garut
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul Ulama Trate Gresik
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syari'ah Nahdlatul Ulama Bengkulu
- Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Miftahul Ulum Lumajang
- Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Nahdlatul Ulama Aceh
- Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Nahdlatul Ulama Cianjur
- Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah Nahdlatul Ulama Nusantara Tangerang
- Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Amin Indramayu
- Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Fattah Lamongan
- Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Urwatul Wutsqo Jombang
- Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Buntet Pesantren Cirebon
- Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Darul Ulum Kotabaru
- Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Farabi Pangandaran
- Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Hikmah Mojokerto
- Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Al Mahsuni Lombok Timur
- Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Sakinah Dharmasraya
- Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama Sumber Agung, OKU Timur
- Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Santri Gresik
- Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Sunan Giri Trenggalek
- Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Al Amin Indramayu
- Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Modern Ngawi
- Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Nahdlatul Ulama Indramayu
- Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Nahdlatul Ulama Tegal
- Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pangeran Dharma Kusuma Indramayu
Politeknik :
- Politeknik Balekambang Jepara
- Politeknik Ma'arif Banyumas
- Politeknik Posmanu Pekalongan
- Politeknik UNISMA Malang
Akademisi :
- Akademi Analis Kesehatan An Nasher Cirebon
- Akademi Kebidanan Al Hikmah 1 Brebes
- Akademi Kebidanan Muslimat Nahdlatul Ulama Kudus
- Akademi Keperawatan Al Hikmah 2 Brebes
- Akademi Keperawatan Al Kautsar Temanggung
- Akademi Keperawatan Buntet Pesantren Cirebon
Basis Pendukung
Dalam menentukan basis pendukung atau warga NU ada beberapa istilah yang perlu diperjelas, yaitu: anggota, pendukung atau simpatisan, serta Muslim tradisionalis yang sepaham dengan NU. Jika istilah warga disamakan dengan istilah anggota, maka sampai hari ini tidak ada satu dokumen resmipun yang bisa dirujuk untuk itu. Hal ini karena sampai saat ini tidak ada upaya serius di tubuh NU di tingkat apapun untuk mengelola keanggotaannya.
Apabila dilihat dari segi pendukung atau simpatisan, ada dua cara melihatnya. Dari segi politik, bisa dilihat dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis atau diasosiasikan dengan NU, seperti PKB, PNU, PKU, Partai SUNI, dan sebagian dari PPP. Sedangkan dari segi paham keagamaan maka bisa dilihat dari jumlah orang yang mendukung dan mengikuti paham kegamaan NU. Maka dalam hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani (2002) yaitu berkisar 48% dari Muslim santri Indonesia. Suaidi Asyari[1] memperkirakan ada sekitar 51 juta dari Muslim santri Indonesia dapat dikatakan pendukung atau pengikut paham keagamaan NU. Jumlah keseluruhan Muslim santri yang disebut sampai 80 juta atau lebih, merupakan mereka yang sama paham keagamaannya dengan paham kegamaan NU. Namun belum tentu mereka ini semuanya warga atau mau disebut berafiliasi dengan NU.
Berdasarkan lokasi dan karaktaristiknya, mayoritas pengikut NU terdapat di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Pada perkembangan terakhir terlihat bahwa pengikut NU mempunyai profesi beragam, meskipun sebagian besar di antara mereka adalah rakyat jelata baik di perkotaan maupun di pedesaan. Mereka memiliki kohesivitas yang tinggi, karena secara sosial ekonomi memiliki problem yang sama, serta selain itu juga sama-sama sangat menjiwai ajaran ahlussunnah wal jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.
Basis pendukung NU ini cenderung mengalami pergeseran. Sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi, maka penduduk NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Maka kalau selama ini basis NU lebih kuat di sektor petani di pedesaan, maka saat ini di sektor buruh di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini. Belakangan ini NU sudah memiliki sejumlah doktor atau magister dalam berbagai bidang ilmu selain dari ilmu ke-Islam-an baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk negara-negara Barat. Namun para doktor dan magister ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para pengurus NU hampir di setiap kepengurusan NU.
NU dan Politik
Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil dengan meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Soekarno, dan bergabung dalam NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis). Nasionalis diwakili Partai Nasional Indonesia (PNI), Murba (Musyawarah Rakyat Banyak), dll. Agama diwakili Partai Nahdhatul Ulama, Masyumi, Partai Katolik, Parkindo (Partai Kristen Indonesia), dll. Dan Komunis diwakili oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP. Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk 'Kembali ke Khittah 1926' yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi.
Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid. Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR.
Partai Penerus
- Partai Kebangkitan Bangsa
- Partai Persatuan Pembangunan
- Partai Kebangkitan Nasional Ulama
- Partai Solidaritas Uni Nasional Indonesia
- Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia
Lihat pula
- Persatuan Islam Tionghoa Indonesia
- Majelis Ulama Indonesia
- Islam di Indonesia
- Indonesia
- Pesantren
- KMNU Institut Pertanian Bogor
- KMNU Institut Teknologi Bandung
- KMNU Universitas Brawijaya
- [VIDEO] Nahdlatul Ulama - Islam Yang Otentik
Rujukan
- ^ Nalar Politik NU & Muhammadiyah, 2009
Pranala luar
- (Indonesia) Situs Resmi Nahdlatul Ulama
- (Indonesia) Abdurrahman Wahid
- (Indonesia) Lembaga Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama- Asosiasi Pesantren Nahdlatul Ulama
- (Indonesia) Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama
- (Indonesia) Taswirul Afkar, Nahdlatul Wahtan, Nahdlatul Tujjar : Lembaga Lembaga Pendahulu lahirnya Nahdlatul Ulama 1914 - 1926
- (Indonesia) Program Kemaslahatan BPKH RI - NU Care Lazisnu
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "upper-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="upper-alpha"/>
yang berkaitan