Astra International

perusahaan asal Indonesia
Revisi sejak 15 Desember 2021 17.45 oleh Binks Naboo (bicara | kontrib) (Membatalkan 1 suntingan oleh 114.4.215.110 (bicara) ke revisi terakhir oleh Ardfeb (TW))

PT. Astra International Tbk. (IDX: ASII) adalah sebuah konglomerat multinasional[4] yang berkantor pusat di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1957 dengan nama PT Astra International Inc. Pada tahun 1990, perseroan ini mengubah namanya menjadi PT Astra International Tbk,[5] setelah resmi melantai di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 4 April 1990. Per 30 Juni 2018, mayoritas saham Astra dimiliki oleh Jardine Cycle & Carriage Ltd., yakni sebesar 50,11%.[5]

PT Astra International Tbk.
Publik
Kode emitenIDX: ASII
IndustriKonglomerat
Didirikan20 Februari 1957; 67 tahun lalu (1957-02-20)
PendiriTjia Kian Tie
William Soerjadjaja
Liem Peng Hong
Kantor pusatMenara Astra, Jakarta, Indonesia
Wilayah operasi
Indonesia
Tokoh kunci
Djony Bunarto Tjondro[1]
(Direktur Utama)
Prijono Sugiarto[2]
(Komisaris Utama)
Jasa
PendapatanRp 175,046 triliun (2020)[3]
Rp 17,491 triliun (2020)[3]
Total asetRp 338,203 triliun (2020)[3]
Total ekuitasRp 195,454 triliun (2020)[3]
PemilikJardine Cycle & Carriage
Karyawan
126.717 (tidak termasuk di perusahaan asosiasi, 2020)[3]
Anak usahaLihat anak usaha
Situs webwww.astra.co.id
Logo Astra International (1957-1999)

Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat berada di Menara Astra, Jalan Jenderal Sudirman setelah sebelumnya menempati Gedung AMDI yang berada di Jalan Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta.[5] Ruang lingkup kegiatan Perseroan seperti yang tertuang dalam anggaran dasarnya adalah perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor dengan suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi.[5]

Sampai dengan Desember 2017, Grup Astra memperkerjakan lebih dari 218.000 karyawan di 212 perusahaan, anak perusahaan, dan entitas asosiasi.[6] Jumlah ini bertumbuh hingga 221.719 per 30 Juni 2018.[5]

Sejarah

Astra International pada awalnya didirikan oleh Tjia Kian Liong (William Soerjadjaja), Tjia Kin Joe (Benyamin), dan Liem Peng Hong pada tahun 1950-an.[7] Perusahaan ini pada awalnya menempati sebuah toko di Jalan Sabang no. 36A, Jakarta. Nama Astra sendiri diusulkan oleh Kian Tie, adik Kian Liong, dalam bahasa Latin yang berarti bintang.[8] Ketiga pendirinya kemudian mendaftarkan nama Astra International Inc. ke notaris Sie Khwan Djioe pada tanggal 20 Februari 1957 dengan modal sejumlah 2,5 juta rupiah.[8]

Pada awal berdirinya, perusahaan ini menjadi distributor dan importir limun merek Prim Club Kornet CIP. Selain produk impor, ada juga produk lokal dari Bandung seperti pasta gigi Fresh O Dent dan pasta gigi Odol Dent. Bisnis usahanya yang lain meliputi pengiriman fosfat alumunium, bohlam lampu, dan mengekspor kopra serta minyak goreng.[8] Namun belakangan, hanya Kian Liong yang mengelola Astra, karena Kian Tie bekerja di Palembang sementara Pang Hong dengan bisnisnya yang lain. Saham-saham perusahaan pun seluruhnya beralih ke tangan Kian Liong pada 1961.[8] Setelah itu, Astra memasuki babak baru. Pada masa-masa sulit Demokrasi Terpimpin orde lama Presiden Soekarno, antara 1962 hingga 1964, Astra sempat menjadi pemasok lokal proyek pembangunan Waduk Jatiluhur.[8]

Memasuki tahun 1965, di tengah situasi ekonomi yang buruk, Kian Liong mencoba mempertahankan perusahaannya agar bisa tetap hidup. Ia kemudian memindahkan kantornya dari Jalan Sabang ke Jalan Juanda III no 8.[8] Pada tahun 1966, Astra menjadi importir 80 ribu ton aspal dari Marubeni, Jepang untuk membangun jalan. Perusahaan ini juga mendapat pinjaman dana dari USAID sebesar $2,9 juta untuk mengimpor apapun, termasuk truk-truk dari Amerika Serikat. Ia mengimpor 800 unit truk merek Chevrolet buatan General Motors Co. dan menjualnya kepada Pemerintah.[7] Sayangnya, Astra tak bisa mengimpor lebih banyak lagi truk-truk dari General Motors karena ia dianggap melanggar dan tidak memahami ketentuan USAID yang melarang perusahaan untuk memasok ke pemerintahan.

Pada tahun 1969, Astra mengalihkan usahanya ke Jepang. Hideo Kamio, salah seorang mantan manager di Gaya Motor sewaktu zaman Jepang, juga bersikeras truk-truk Toyota yang akan masuk Indonesia harus dirakit di Gaya Motor. Saat itu, Gaya Motor sudah dipegang oleh William. Maka, Astra melalui PT Gaya Motor pun menjadi agen tunggal Toyota.[9]

Mulai tahun 1970, Astra secara perlahan-lahan ditunjuk menjadi distributor dari berbagai hasil produksi Jepang, di antaranya menjadi distributor tunggal sepeda motor Honda serta distributor alat-alat perkantoran produksi Fuji Xerox di Indonesia. Untuk mendukung produksi di Indonesia, Astra juga mendirikan PT Federal Motor (kini PT Astra Honda Motor) untuk menjadi pabrik perakitan sepeda motor Honda di Indonesia pada tahun 1971.[10]

Astra memasuki bisnis perdagangan dan penyewaan alat berat melalui pendirian PT United Tractors pada tahun 1972. Sementara itu, Astra juga ditunjuk menjadi agen tunggal pemasaran produk-produk Daihatsu pada tahun 1973, hingga mendirikan PT Daihatsu Indonesia (kini PT Astra Daihatsu Motor) pada tahun 1978.[10]

Lebih lanjut dari penunjukkan Astra sebagai distributor kendaraan bermotor Toyota, Astra kemduian mendirikan ventura bersama dengan Toyota Motor Corporation di Jepang, yaitu perusahaan PT Toyota-Astra Motor (TAM) pada tahun 1971, yang menjadi perusahaan distribusi kendaraan bermerek Toyota di Indonesia. TAM kemudian meluncurkan mobil Toyota Kijang pertama pada tahun 1977, salah satu tipe mobil keluarga pionir di Indonesia.[10]

Pada tahun 1990, Astra melalukan penawaran umum perdana atas 30 juta lembar sahamnya di Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek Indonesia).

Pada tahun 2004, Astra bekerja sama dengan Standard Chartered Bank melakukan pengambilalihan atas Bank Permata, sebuah bank hasil merger dari lima bank yang berada di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yaitu PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot. Kepemilikan gabungan Astra bersama dengan Standard Chartered Bank mencapai 89,12% sejak 2006 hingga 2020.[11]

Saat ini, sebanyak 50,11 persen saham Astra International dikuasai oleh Jardine Cycle & Carriage Limited, sebuah perusahaan yang berbasis di Singapura.[5]

Pada tahun 2016, Astra meluncurkan lini bisnisnya yang ketujuh, yaitu lini bisnis properti.[12]

Anak usaha

Hingga tahun 2020, berikut ini anak-anak usaha dari Astra Internasional[3][13]:

Otomotif
  • PT Astra Otoparts Tbk.
  • PT Astra Digital Internasional
  • PT Arya Kharisma
  • PT Astra Autoprima
  • PT Astra Auto Trust
  • PT Astra Multi Trucks Indonesia
  • PT Fuji Technica Indonesia
  • PT Gaya Motor
  • PT Inti Pantja Press Industri
  • PT Pulogadung Pawitra Laksana
  • PT Tjahja Sakti Motor
Jasa keuangan
Alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi
Agribisnis
Infrastruktur dan logistik
Teknologi informasi
Properti

Perusahaan patungan

Hingga akhir tahun 2020, berikut ini perusahaan patungan yang didirikan oleh Astra International bersama sejumlah mitranya[13]:

  1. PT Toyota-Astra Motor (50%)
  2. PT Astra Daihatsu Motor (31,87%)
  3. PT Isuzu Astra Motor Indonesia
  4. PT UD Astra Motor Indonesia
  5. PT Traktor Nusantara (50%)
  6. PT Astra Honda Motor (50%)
  7. PT Toyota Astra Financial Services (50%)
  8. PT Komatsu Astra Finance (50%)

Referensi

  1. ^ "Dewan Direksi". PT Astra International Tbk. Diakses tanggal 18 November 2021. 
  2. ^ "Dewan Komisaris". PT Astra International Tbk. Diakses tanggal 18 November 2021. 
  3. ^ a b c d e f "Laporan Tahunan 2020" (PDF). PT Astra International Tbk. Diakses tanggal 18 November 2021. 
  4. ^ "Astra International | Jardine Cycle & Carriage". Jardine Cycle & Carriage (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-23. Diakses tanggal 2018-08-23. 
  5. ^ a b c d e f PT Astra International Tbk, "Laporan Keuangan Konsolidasian 30 Juni 2018 Tidak Diaudit", https://www.astra.co.id/Public/Files/Astra%20Account%20June%202018.pdf
  6. ^ "Our Companies > Astra International | Jardines". www.jardines.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-08-23. 
  7. ^ a b 1972-, Pambudi, Teguh Sri,. Man of honor : kehidupan, semangat, dan kearifan William Soeryadjaya. Jakarta. ISBN 9789792290974. OCLC 829199021. 
  8. ^ a b c d e f Matanasi, Petrik. "Astra, dari Perusahaan Mati Suri Jadi Raksasa Otomotif - Tirto.ID". tirto.id. Diakses tanggal 2018-07-29. 
  9. ^ Bisuk., Siahaan, (2000). Industrialisasi di Indonesia : sejak rehabilitasi sampai awal reformasi. Bandung: Penerbit ITB. ISBN 9799299195. OCLC 45891398. 
  10. ^ a b c PT Astra International Tbk, "Inspirasi 60 Tahun Astra: Memberdayakan Keunggulan Internal (Laporan Tahunan 2017)", https://www.astra.co.id/Public/Files/AstraInternational_AR_2017_Final_17May2018.pdf
  11. ^ Pasific, Bullseye Asia. "Sekilas PermataBank". www.permatabank.com. Diakses tanggal 2018-08-23. 
  12. ^ Yakub,, Liman,. Astra : on becoming pride of the nation. Jakarta. ISBN 9786020337906. OCLC 981509019. 
  13. ^ a b "Struktur Grup". PT Astra Internasional Tbk. Diakses tanggal 18 November 2021. 

Pranala luar