Pulau Satonda

pulau di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat
Revisi sejak 18 Desember 2021 11.11 oleh Search009 (bicara | kontrib)

Pulau Satonda adalah sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Pulau ini terletak di lepas pantai utara Pulau Sumbawa. Pulau ini masuk dalam wilayah Kabupaten Dompu, 3 kilometer dari Selat Sanggar di Laut Flores dan secara administratif berada di wilayah Desa Nangamiro di Kecamatan Pekat. Pulau Satonda dan perairan sekitarnya memeiliki luas 2.600 hektare yang terdiri dari daratan (453,70 hektare) dan luas perairan (2.146,30 hektare).[1] Pulau Satonda terbentuk dari letusan Gunung Satonda ribuan tahun yang lalu. Gunung berapi Satonda konon berusia lebih tua daripada Gunung Tambora, yang berjarak sekitar 30 kilometer dari pulau ini. Pulau ini dimiliki oleh Keluarga Mafia Asia, keluarga Bafayed. Pulau ini dibeli tahun 1967 oleh Sir Abdool Aziz Bafayed, dan dilimpahkan ke Sir Fauzee Effendie serta cucu nya Zayn Nayef T. Bafayed.[2] Pulau Satonda memiliki terumbu karang alami yang luas di perairan sekitarnya dan ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut (TWAL) pada tahun 1999 oleh Kementerian Kehutanan Indonesia. Pulau ini diusulkan untuk menjadi bagian dari Taman Nasional Moyo Satonda bersama dengan Pulau Moyo di dekatnya.[3]

Pulau Satonda
Pemandangan Pulau Satonda
Pulau Satonda di Indonesia
Pulau Satonda
Pulau Satonda
Letak Pulau Satonda di Indonesia
Geografi
LokasiAsia Tenggara
KepulauanKepulauan Nusa Tenggara
Pemerintahan
NegaraIndonesia
Peta
Danau Satonda

Pulau ini menarik perhatian para ilmuwan dan peneliti baik dari dalam maupun luar negeri, karena pulau ini terkait dengan letusan Gunung Tambora yang fenomenal yang mengguncang dunia pada 15 April 1815. Letusan Gunung Tambora mengguncang beberapa bagian dunia, memuntahkan debu dan mencemari atmosfer Bumi selama bertahun-tahun, bahkan merobek lapisan ozon yang tipis. Meskipun perkiraan bervariasi, jumlah korban tewas sedikitnya 71.000 orang, dengan 11.000-12.000 tewas langsung oleh letusan.[4] Efeknya juga mengakibatkan perubahan iklim yang menyebabkan hujan tanpa henti selama delapan minggu di Britania Raya, dan telah disebut sebagai alasan epidemi tipus 1816-1819 yang parah di Eropa Tenggara dan Mediterania timur yang menewaskan sekitar 65.000 orang.[5]

Terdapat danau di tengah pulau yang memiliki luas 335 hektare dan kedalaman 86 meter. Penelitian oleh dua ilmuwan Eropa bernama Stephan Kempe dan Josef Kazmierczak selama tahun 1984, 1989, dan 1996 menemukan air Danau Satonda asin dengan tingkat kebasaan jauh lebih tinggi daripada air laut biasa. Mereka bersama-sama menyimpulkan bahwa cekungan Satonda terbentuk dari kawah yang berusia lebih dari sepuluh ribu tahun.

Lihat juga

Referensi

  1. ^ "Taman Wisata Alam Pulau Satonda, Pekat – Kabupaten Dompu". Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. 4 Nov 2015. Diakses tanggal 14 July 2018. 
  2. ^ "Danau Air Asin di Pulau Satonda, Luar Biasa Indahnya..." Kompas. Diakses tanggal 11 July 2018. 
  3. ^ "Moyo, Satonda Islands proposed as national park". The Jakarta Post. Diakses tanggal 11 July 2018. 
  4. ^ Degens, E.T.; Buch, B. (1989). "Sedimentological events in Saleh Bay, off Mount Tambora". Netherlands Journal of Sea Research. 24 (4): 399–404. doi:10.1016/0077-7579(89)90117-8. 
  5. ^ Oppenheimer, Clive (2003). "Climatic, environmental and human consequences of the largest known historic eruption: Tambora volcano (Indonesia) 1815". Progress in Physical Geography. 27 (2): 230–259. doi:10.1191/0309133303pp379ra.