Kereta api batu bara rangkaian pendek

layanan kereta api di Indonesia
Revisi sejak 26 Desember 2021 13.44 oleh YudaRvi (bicara | kontrib) (Pengoperasian: KA Babarandek melintas di perlintasan petak Palmerah tanah abang)

Kereta api Batubara Rangkaian Pendek (atau yang biasa disebut Babarandek) merukapan Kereta api barang pengangkut batubara yang beroperasi di Indonesia pada tahun 1986. Batubara ini diangkut dari Tambang Batu bara yang berlokasi di Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan

Kereta api Babarandek
Kereta api Babarandek saat melintas Stasiun Depok.
Ikhtisar
JenisTidak ada
SistemKereta api barang
StatusBeroperasi
LokasiDaerah Operasi I Jakarta
TerminusCigading
Nambo
Stasiun-
Layanan8
Operasi
Dibuka1986
PemilikPT Kereta Api Indonesia (Persero)
PT.Makara Mulia
OperatorKAI Logistik
DepoJakarta Gudang (JAKG) dan Rangkasbitung (RK) Untuk Rangkaian Kereta
Seluruh Depo untuk lokomotif.
Rangkaian
Data teknis
Panjang lintas200 km (rute Cigading-Nambo)
Lebar sepur1067 mm
Kecepatan operasi40 s.d. 75 km/jam

Pengoperasian

 
KA Babarandek melintas di perlintasan petak Palmerah tanah abang

Jalur kereta api (KA) lintas CitayamNambo dipergunakan untuk peruntukan awalnya, yakni sebagai jalur KA barang angkutan batubara. Mulai Senin (11/7), KA barang angkutan batubara rangkaian pendek alias Babarandek beroperasi dari Cigading ke Tanah Abang lalu melanjutkan perjalanan ke Nambo, Kabupaten Bogor dengan jadwal beroperasi 2 kali perjalanan pulang-pergi (PP) dalam sehari semalam.

Lintasan

Rangkaian KA ini bermuatan batubara dari pulau Sumatera yang sebelumnya diangkut kapal ke pulau Jawa melalui Selat Sunda, untuk keperluan industri semen milik PT Indocement Tunggal Prakarsa (Indocement) di wilayah Citeureup, Kabupaten Bogor. Sebelumnya, KA ini beroperasi dengan relasi CigadingKampung BandanBekasi, kemudian dari stasiun Bekasi, peti kemas berisi batubara diangkut menggunakan truk ke pabrik Indocement. Berbeda dengan ketika masih bertujuan akhir Bekasi yang jalurnya mengikuti alur jalur KA lingkar Jakarta walaupun berubah arah, kali ini rangkaian KA Babarandek harus berhenti sedikit lebih lama di sepur simpan bersebelahan dengan Stasiun Kampung Bandan untuk mengganti posisi lokomotif karena kereta akan berpindah arah perjalanan.

Pemindahan tujuan akhir KA Babarandek ke Stasiun Nambo yang sangat dekat dengan pabrik Indocement ini diharapkan dapat mempercepat dan mengefisienkan pengangkutan batubara dari Cigading, dibanding dengan ketika tujuan akhir Bekasi. Penggunaan truk sebagai media angkut terusan pun tidak terlalu jauh, mengingat sangat dekatnya stasiun Nambo dengan lokasi pabrik Indocement, sehingga waktu tempuh dan biaya angkut dapat tereduksi. Beban jalan raya yang selama ini dilalui truk tersebut juga turut berkurang dengan pemindahan relasi KA ini.

Namun, pemindahan tujuan akhir KA barang andalan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 1 Jakarta ini masih menjadi perhatian, mengingat salah satu jadwal KA Babarandek akan melalui lintas ManggaraiBogor pada sore hari, mendekati jam puncak kepadatan perjalanan dan penumpang KRL dan bisa saja berakibat makin banyaknya perjalanan KRL yang terhambat dan tertahan. Sementara jadwal lain yang berjalan di malam dan dini hari cenderung tidak terlalu memperpadat lintas yang sehari-harinya dilintasi hampir 400 perjalanan KRL tersebut.

Sejatinya, lintas cabang CitayamNambo memang dibangun untuk mengakomodasi KA Babarandek ini. Untuk menghemat biaya angkut serta efisiensi perjalanan dan waktu tempuh ketimbang terus menerus melakukan aktivitas bongkar muat di stasiun Bekasi, dibangunlah jalur KA cabang dari stasiun Citayam di lintas ManggaraiBogor ke arah timur, menuju wilayah pabrik Indocement pada pertengahan dekade 1990-an. Dibangun pula 4 stasiun baru di lintas tersebut dengan ujung jalur sebuah stasiun besar di samping wilayah pabrik Indocement, stasiun Nambo.

Sayangnya, jalur ini tak sempat langsung digunakan untuk lintasan KA Babarandek karena beberapa alasan, salah satunya dianggap memperpadat lintasan KA komuter lintas Manggarai – Bogor yang sudah dilayani kereta rel listrik (KRL) dan KRD. Menghindari sia-sia, dioperasikanlah rangkaian KRD komuter “perintis” untuk penumpang di lintas tersebut yang berangkat dari stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat. KRD ini seolah menjadi cikal bakal layanan kereta api untuk penumpang di lintas tersebut yang kini dilayani kereta rel listrik (KRL) Commuter Line.

Sejak layanan KRD untuk penumpang dinonaktifkan pada tahun 2006, lintas ini sempat mati beberapa tahun sebelum akhirnya digunakan lagi pada tahun 2013, setelah proses instalasi kabel listrik aliran atas (LAA) atau elektrifikasi, dan direncanakan untuk digunakan sebagai lintas pelayanan KRL. Namun, pembukaan kembali jalur ini malah dimulai dari pengoperasian layanan KA barang angkutan semen hasil produksi Indocement ke beberapa wilayah di pulau Jawa. Kehadiran KA angkutan semen ini seolah membuka jalan untuk digunakannya jalur ini untuk tujuan semula, angkutan batubara. Dan kini, setelah diselingi dengan masuknya layanan KRL untuk penumpang pada tahun 2015 lalu, barulah wacana pengoperasian KA Babarandek di “jalur seharusnya” tersebut direalisasikan.[1]

Referensi

  1. ^ "Akhirnya KA Babarandek beroperasi langsung ke Nambo". KAORI Nusantara. Diakses tanggal 30-08-2020.