Henri Bergson

Revisi sejak 28 Desember 2021 14.28 oleh Saiful Arvandy (bicara | kontrib) (Merapikan tulisan)

Henri Bergson (1859–1941) merupakan salah seorang tokoh aliran intuisionisme. Ia menjadikan intuisi sebagai salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi bagi manusia. Bergson berpendapat bahwa indra dan akal sama-sama memiliki keterbatasan dan kekurangan, sehingga pengetahuan yang lengkap hanya dapat diperoleh dengan adanya intuisi.[1] Pekerjaan Bergson semasa hidupnya ialah sebagai profesor di Universitas Paris.[2]

Henri-Louis Bergson
Lahir(1859-10-18)18 Oktober 1859
Paris, Prancis
Meninggal4 Januari 1941(1941-01-04) (umur 81)
Paris, Prancis
Era20th century philosophy
KawasanWestern Philosophy
AliranContinental philosophy
Penghargaan Nobel dalam Sastra
1927
Minat utama
Metaphysics, Epistemology, philosophy of language,
philosophy of mathematics
Gagasan penting
Duration, Intuition,
Élan Vital,
Open Society

Metode filsafat

Bergson menggunakan metode intuitif dalam memperoleh pemahaman mengenai kenyataan secara langsung. Ia melakukan kegiatan instropeksi dengan intuisi untuk menggabungkan antara kesadaran dan proses perubahan.[3] Pemahaman kenyataan diperoleh dengan pembersihan pengetahuan dan moral melalui pemakaian simbol-simbol.[4]

filsuf Prancis yang berpengaruh besar terutama pada awal abad ke 20. Ia lahir dari seorang ibu berdarah Inggris dan seorang ayah berdarah Yahudi Polandia. Sebagian besar masa produktifnya dihabiskannya sebagai seorang dosen filsafat dan seorang penulis. Bergson pernah memperoleh nobel untuk sastra pada 1927.

Pemikiran

Pengetahuan

Bergson menjadi pengetahuan menjadi dua, yaitu "pengetahuan tentang" dan "pengetahuan mengenai". "Pengetahuan tentang" merupakan pengetahuan yang diperoleh secara langsung melalui intuisi. Sementara itu, "pengetahuan mengenai" merupakan pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung dengan sifat diskursif. Pemerolehannya dapat diperantarai oleh akal atau indra. Pengetahuan yang diperoleh secara langsung bersifat sederhana dan tunggal, misalnya warna, rasa, bau dan suara. Pada pengetahuan yang bersifat kompleks dan majemuk, pemerolehannya juga dapat secara langsung. Perbedaan keduanya hanya terletak pada hal yang perlu diketahui dari pengetahuan tersebut. Pengetahuan yang sederhana dapat diketahui melalui esensinya, sedangkan pengetahuan yang majemuk dapat diketahui melalui sifat-sifat dari esensinya.[5]

Intuisionisme

Bergson memberikan kritik kepada empirisme dan rasionalisme melalui keterbatasan akal dan dan indra. Ia mengungkapkan bahwa akal dan indra hanya dapat memahami objek ketika perhatian akal hanya ditujukan pada objek.[6] Karenanya, Bergson mempelopori aliran pemikiran yang disebut sebagai intuisionisme. Dalam pemikirannya ini, intuisi dijadikan sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan secara langsung dan seketika. Ia meyakini bahwa penghayatan langsung merupakan dasar dari pengetahuan yang melengkapi indra dan akal. Intuisionisme tidak menolak adanya pengalaman indrawi, tetapi melengkapinya dengan menambahkan intuisi untuk memperoleh pengetahuan yang sempurna.[7]

Karya-karya

Berikut ini adalah hasil karya Bergson yang terkenal:

  • Waktu dan Kehendak Bebas (1889)
  • Materi dan Memori (1896)
  • Evolusi Kreatif (1907)

Akhir Riwayat

Pada tahun-tahun terakhir masa hidupnya, pemikiran Bergson mulai bergeser ke arah religius. Ia bergabung dalam Gereja Katolik Roma tidak lama sebelum kematiannya. Walaupun demikian, hal ini sengaja ditunda dan dirahasiakan, karena ia tidak ingin memberi kesan mengkhianati bangsa Yahudi, sewaktu Prancis masih ada dalam pendudukan Jerman.

Referensi

  1. ^ Muliadi (2020). Busro, ed. Filsafat Umum (PDF). Bandung: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung. hlm. 82. ISBN 978-623-7166-42-9. 
  2. ^ Lubis, Nur A. Fadhil (2015). Pengantar Filsafat Ilmu (PDF). Medan: Perdana Publishing. hlm. 25. ISBN 978-602-6970-02-2. 
  3. ^ Nawawi, Nurnaningsih (2017). Tokoh Filsuf dan Era Keemasan Filsafat Edisi Revisi (PDF). Makassar: Pusaka Almaida. hlm. 15. ISBN 978-602-6253-53-8. 
  4. ^ Sumanto, Edi. Sartono, Oki Alek, ed. Filsafat Jilid I (PDF). Bengkulu: Penerbit Vanda. hlm. 27. ISBN 978-602-6784-91-9. 
  5. ^ Soleh, A. Khudori (2016). Safa, Aziz, ed. Filsafat Islam: Dari Klasik Hingga Kontemporer (PDF). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. hlm. 149. ISBN 978-602-313-056-6. 
  6. ^ Suaedi (2016). Januarini, Nia, ed. Pengantar Filsafat Ilmu (PDF). Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 12. ISBN 978-979-493-888-1. 
  7. ^ Muslih, Mohammad (2016). Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan (PDF). Yogyakarta: LESFI. hlm. 34. ISBN 978-979-567-044-5. 

Pranala luar