PSM Makassar

klub sepak bola di Indonesia
Revisi sejak 29 Desember 2021 06.25 oleh Captcitos (bicara | kontrib)

Persatuan Sepak bola Makassar (disingkat PSM Makassar) adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang berbasis di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, yang dikenal dengan julukan Pasukan Ramang atau Juku Eja. PSM Makassar saat ini bermain di BRI Liga 1, setelah sebelumnya pernah bermain di Liga Primer Indonesia. PSM Makassar merupakan salah satu tim terkuat di Indonesia dan telah mewakili Indonesia di kompetisi Liga Champions Asia sebanyak tiga kali. PSM Makassar merupakan tim dengan catatan prestasi paling stabil di pentas Liga Indonesia, dengan sekali menjadi juara, sembilan kali runner up, dan hanya sekali gagal masuk putaran final. PSM Makassar adalah tim tertua di Indonesia. Pada tahun 2014, PSM Makassar kembali ke Liga Super Indonesia setelah lolos play-off unifikasi liga PSSI.

PSM Makassar
Berkas:Logo PSM Makassar.svg
Nama lengkapPersatuan Sepak bola Makassar
JulukanJuku Eja (Ikan Merah)
Ayam Jantan dari Timur
Berdiri2 November 1915 dengan nama Makassar Voetbal Bond (MVB)
StadionStadion Andi Mattalatta
Madya Stadium (Pertandingan Piala AFC)
(Kapasitas: 15,000)
PemilikPT Persaudaraan Sepak Bola Makassar[1] (pemilik)
Bosowa Corporation Grup
CEOMunafri Arifuddin
Pelatih UtamaJoop Gall
LigaBRI Liga 1
202112
Situs webSitus web resmi klub
Kostum kandang
Kostum tandang
Musim ini

Sejarah

Persatuan Sepak bola Makassar atau lebih populer dengan sebutan PSM Makassar, adalah sebuah tim sepak bola Indonesia yang berbasis di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Tim berjuluk Juku Eja yang juga biasa dijuluki Ayam Jantan dari Timur, merupakan salah satu tim terkuat di pentas sepak bola nasional. Kisah terbentuknya PSM Makassar dimulai pada 2 November 1915 yang dinyatakan sebagai berdirinya sebuah perkumpulan sepak bola bernama Makassar Voetbal Bond (MVB) yang di kemudian tercatat sebagai embrio PSM. Dalam perjalanannya, MVB menampilkan putra-putra pribumi di jajaran elite persepak bolaan Hindia Belanda, seperti Sagi dan Sangkala sebagai pemain andal dan cukup disegani. Pada masa itu, sekitar 1926-1940, MVB sudah melakukan pertandingan dengan beberapa kesebelasan dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya dari Jawa, seperti Quick, Excelcior, HBS, sejumlah klub dari Sumatra, Kalimantan, dan Bali. Sedang dari luar negeri kesebelasan dari Hongkong dan Australia. Pendek kata, MVB langsung melejit sebagai klub ternama. Sayang pada usianya yang ke-25, kegiatan MVB mulai surut seiring dengan kedatangan pasukan Jepang di Makassar. Itu karena orang-orang Belanda yang tergabung dalam MVB ditangkap, sedangkan pemain-pemain pribumi dijadikan Romusa. Sebagiannya lagi dikirim ke Myanmar. MVB praktis lumpuh total, sebagaimana klub-klub sepak bola di Indonesia kala itu. Apalagi Jepang menerapkan aturan segala yang berbau Belanda harus dimusnahkan. Tak terkecuali itu adalah klub sepak bola. Sebaliknya, untuk mencari dukungan penduduk setempat, Jepang membiarkan masyarakat menggunakan nama-nama Indonesia. MVB pun berubah menjadi Persatuan Sepak bola Makassar (PSM Makassar). Pada dekade 1950, PSM mulai melakukan ekspansi ke Pulau Jawa untuk menjalin hubungan dengan PSSI. Bintang-bintang PSM pun bermunculan. Salah satunya yang paling fenomenal tentunya adalah Ramang. Bahkan kehebatan Ramang yang menjadi ikon PSM dan tercatat dalam sejarah sepak bola nasional sebagai legenda itu tetap dikenang hingga saat ini. Mungkin itu pula yang membuat tim ini terkadang dijuluki Pasukan Ramang. PSM pertama kali menjadi juara perserikatan pada 1957 dengan mengalahkan PSMS Medan di partai final yang digelar di Medan. Sejak saat itu PSM menjadi kekuatan baru di jagad sepak bola Indonesia. Lima kali gelar juara perserikatan mereka raih serta beberapa kali runner-up pada era sepak bola profesional, tim ini pernah mencatat prestasi mengesankan dengan menjadi The Dream Team ketika mengumpulkan sejumlah pilar tim nasional seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santoso, Miro Baldo Bento, Kurniawan Dwi Julianto, yang dikombinasikan dengan pemain asli Makassar seperti Ronny Ririn, Syamsudin Batola, Yusrifar Djafar, dan Rachman Usman, ditambah Carlos de Mello, dan Yosep Lewono. Hebatnya, PSM kala itu hanya dua kali menelan kekalahan dari 31 pertandingan yang mereka mainkan.

Pra kemerdekaan

Kisah sejarah PSM Makassar dimulai pada tanggal 2 November 1915 yang dinyatakan sebagai berdirinya sebuah perkumpulan sepak bola bernama Makassar Voetbal Bond (MVB) yang di kemudian hari tercatat sebagai embrio Persatuan Sepak bola Makassar (PSM Makassar). Dalam perjalanan prestasinya, MVB menampilkan orang-orang bumi putera di jajaran elite persepak bolaan Hindia Belanda seperti Sagi dan Sangkala sebagai pemain andal sekaligus promotor yang disegani kalangan Belanda. Pada masa itu, sekitar tahun 1926-1940, MVB sudah melakukan pertandingan dengan beberapa kesebelasan dari dalam negeri dan luar negeri, di antaranya dari Jawa, seperti Quick, Excelcior, HBS, sejumlah klub dari Sumatra, Kalimantan, dan Bali. Sedang dari luar negeri kesebelasan dari Hongkong dan Australia.

Pada usianya ke-25, kegiatan MVB mulai surut seiring dengan kedatangan pasukan Jepang di Makassar. Orang-orang Belanda yang tergabung dalam MVB ditangkap. Pemain-pemain pribumi dijadikan Romusa, dan sebagian dikirim ke Burma (kini Myanmar). MVB praktis lumpuh total, sebagaimana klub-klub sepak bola di Indonesia. Di Makassar, ketika itu segala yang berbau Belanda mutlak dilenyapkan, sebaliknya untuk mencari dukungan penduduk, Jepang membiarkan masyarakat menggunakan nama-nama Indonesia. Dan MVB pun berubah menjadi Persatuan Sepak bola Makassar (PSM).

Pasca kemerdekaan

Saat Indonesia terlepas dari penjajahan, Persatuan Sepak bola Makassar (PSM Makassar) mengadakan reorganisasi dan reformasi di bawah pimpinan Achmad Saggaf yang terpilih menjadi sebagai Ketua PSM. Meskipun sederhana, roda kompetisi PSM mulai bergulir dengan baik dan teratur. Udara kemerdekaan ikut memberi napas baru bagi PSM. Tahun 1950, PSM mulai mengadakan ekspansi ke Pulau Jawa untuk menjalin hubungan dengan PSSI. Bintang-bintang PSM pun bermunculan. Dan yang paling fenonemal adalah Ramang. Bahkan, kehebatan Ramang yang menjadi ikon PSM hingga kini masih jadi legenda dan tercatat indah dalam sejarah persepak bolaan nasional. Roh dan semangat Ramang pula yang tetap ada dan hidup di tubuh PSM dan membuat kesebelasan ini sempat dijuluki Pasukan Ramang.

PSM pertama kali menjadi juara perserikatan tahun 1957 dengan mengalahkan PSMS Medan pada partai final yang digelar di Medan. Sejak itu PSM yang dijuluki menjadi kekuatan baru sepak bola Indonesia. PSM menjelma menjadi tim elite. Total lima kali gelar juara perserikatan diraih tim yang lebih sering disebut sebagai Juku Eja atau Ikan Merah, julukan yang diberikan berdasar pada warna kostum yang mereka kenakan. PSM meraih juara perserikatan pada tahun 1959, 1965, 1966, dan 1992.

Liga Indonesia

Ketika tim-tim Perserikatan digabung dengan tim-tim Galatama menjadi Liga Indonesia sejak tahun 1994, PSM selalu masuk jajaran papan atas hingga sekarang. Setiap musim, PSM selalu diperhitungkan dan menjadi salah satu tim dengan prestasi paling stabil di Liga Indonesia. Meski demikian, baru sekali klub ini menjadi juara yakni pada Liga Indonesia tahun 2000, dan selebihnya lima kali menjadi tim peringkat dua pada Liga Indonesia 1995/1996, 2001, 2003, 2004, dan 2018

Saat juara Liga Indonesia PSM mencatat prestasi mengesankan dengan hanya menderita 2 kali kekalahan dari total 31 pertandingan. Saat itu PSM mengumpulkan pilar-pilar tim nasional seperti Hendro Kartiko, Bima Sakti, Aji Santoso, Miro Baldo Bento, Kurniawan Dwi Yulianto yang dikombinasikan dengan pemain asli Makassar seperti Ronny Ririn, Syamsudin Batola, Yusrifar Djafar, dan Rachman Usman, ditambah Carlos de Mello, dan Yosep Lewono. PSM merajai pentas Liga Indonesia dengan menjuarai Wilayah Timur, dan di babak 8 besar menjuarai Grup Timur. Di semifinal, PSM mematahkan perlawanan Persija Jakarta, sebelum mengatasi perlawanan gigih Pupuk Kaltim di final yang berkesudahan 3-2.

Sementara itu di level internasional, PSM tercatat satu kali berlaga di Piala Winners Asia dan tiga kali mewakili Indonesia di laga Liga Champions Asia. PSM merupakan klub Indonesia yang stabil hingga saat ini. Bahkan PSM Makassar pernah menjadikan Makassar sebagai tuan rumah Perempat Final Liga Champions Asia pada tahun 2000, di mana saat itu untuk pertama kalinya Indonesia menjadi tuan rumah Perempat Final LCA yang menghadirkan klub-klub lain dari Asia Timur yakni Jubilo Iwata (Jepang), Shandong Luneng Taishan (China), dan Suwon Samsung Bluewings (Korea).

Salah satu yang menjadi ciri PSM hingga selalu menjadi tim papan atas adalah permainan keras dan cepat yang diperagakan pemainnya, dan dipadu dengan teknik tinggi. Tak hanya itu, pemain PSM juga terkenal tangguh dan tidak cengeng dalam kondisi lapangan apa pun. PSM juga didukung oleh regenerasi yang berkelanjutan dan melahirkan pemain-pemain andalan di tim nasional. Tak hanya itu, kiprah para pemain di lapangan juga didukung oleh deretan pengusaha asal Sulawesi Selatan yang bergantian mengurusi PSM.

PSM Makassar yang juga dijuluki Ayam Jantan Dari Timur memiliki sekitar 24 kelompok suporter, diantaranya adalah The Macz Man, Laskar Ayam Jantan (LAJ), Mappanyuki, Ikatan Suporter Makassar (ISM), Suporter Hasanuddin, Suporter Dealos, Suporter Reformasi, Komando, Suporter Bias, Suporter Kubis, Karebosi, Gunung Lokong, Suporter PKC (Pongtiku, Kalumpang, dan Cumi-cumi, Red Gank (Pattene), KVS, Zaiger, Antang Communitty.

Pada Desember 2010, PSM Makassar memutuskan untuk mengundurkan diri dari Liga Super Indonesia. PSM kemudian memutuskan untuk bergabung ke Liga Primer Indonesia dengan melakukan merger dengan Makassar City FC yang sudah lebih dulu menjadi anggota LPI. Nama yang kemudian dipergunakan adalah PS Makassar (tetap disebut sebagai PSM Makassar dalam berbagai pemberitaan).[2] PSM berhasil menjadi juara 3 di musim Liga Primer Indonesia 2011 di bawah Persebaya 1927 dan Persema Malang.

Pada musim 2011 sampai 2013, PSM Mengikuti kompetisi Liga Prima Indonesia dibawah naungan PSSI. Berada di peringkat 6 musim 2011–2012, dan peringkat 6 pula di musim 2013.

Liga Super Indonesia

Pada tahun 2014, PSM Makassar kembali ke Liga Super Indonesia setelah lolos play-off unifikasi liga PSSI yang pada musim 2015 berganti nama menjadi QNB League, setelah terjadi kesepakatan PT. Liga Indonesia dengan QNB Group dari Qatar.

Tahun 2020 Stadion Andi Mattalatta Mattoangin terpaksa harus rata dengan tanah, demi adanya pembangunan Stadion yang baru seperti yang di janjikan pemerintah, namun PSM sepertinya akan bermain di luar Makassar pada laga kandangnya karena hingga saat ini (2021) belum ada kejelasan tentang pembangunan kembali Stadion tersebut.

Stadion

Stadion Andi Mattalata, dahulu bernama Mattoangin didirikan tahun 1955 dan merupakan pusat penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional yang ke-4 pada tahun 1957 dan saat ini merupakan markas PSM Makassar. Stadion ini memiliki kapasitas untuk 20.000 orang. Sebelum Stadion Utama Gelora Bung Karno dibangun tahun 1962, stadion ini termasuk salah satu stadion terbesar di Indonesia dan sering dipakai untuk menggelar pertandingan sepak bola internasional.

Stadion ini pernah menjadi tuan rumah babak 8 besar Piala Champions Asia 2001 dimana semua pertandingan di grup Asia Timur termasuk PSM dihelat di stadion ini dan untuk pertama kalinya Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah di kancah asia di stadion Andi Mattalatta Mattoanging Makassar.

Pada musim 2014, PSM Makassar terpaksa harus berlaga diluar Sulawesi Selatan yakni menggunakan Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, setelah Stadion Andi Mattalata tidak lolos verifikasi PT Liga Indonesia untuk mengikuti Liga Super Indonesia 2014. Setahun kemudian, dilakukan renovasi stadion setelah manajemen PSM mengadakan kesepakatan dengan pihak Yayasan Olahraga Sulawesi Selatan (YOSS) selaku pengelola stadion. Di Liga Super Indonesia 2015, PSM kembali bermarkas di Makassar.

PSM diperkirakan akan menggunakan Stadion Barombong pada masa yang akan datang.

Prestasi

Liga Domestik

Piala Domestik

Kejuaraan Asia

  • Supercup Asia
    • Juara (1): 2018
  • Piala AFC
    • Semifinalis Zona ASEAN (1): 2019
    • Penyisihan Grup (1): 2020

Internasional

  • Ho Chi Minh City Cup
    • Juara (1): 2001

Lambang dan kostum

Semenjak tahun 1950-an, klub-klub yang dulunya merupakan bentukan Belanda mutlak mesti di bawah kendali pemerintah daerah. Ini karena saat bertarung di kejuaraan nasional mereka membawa panji-panji daerah. Jadi seperti halnya klub sepak bola lain pada era Perserikatan, maka PSM Makassar juga mengadopsi logo pemda sebagai identitas dari diri klub.

Berdasarkan itulah maka warna utama PSM adalah merah, termasuk dalam hal kostum. Untuk kostum kandang, setiap musim PSM menggunakan warna merah. Sedangkan untuk kostum tandang, menggunakan warna yang berbeda. Pada musim 2016, PSM menggunakan warna hitam dengan aksen putih, sedangkan pada musim 2015 menggunakan warna biru dengan aksen putih.

Kit apparel

Period Kit manufaktur
1994–1998   Adidas
1999–2000   Reebok
2000–2006   Adidas
2006–2007   Diadora
2008–2009   Specs
2011–2013   Vilour[3]
2013–2016   Nike[4]
2017   Kelme
2018-sekarang   Umbro

Suporter

PSM Makassar dikenal memiliki beberapa kelompok suporter fanatik yang jumlahnya cukup banyak. Tercatat pernah ada 20'an kelompok suporter didirikan, sebagian besar masih ada hingga saat ini, diantaranya yang masih aktif beserta tempat tribun mereka adalah:

  1. The Macz Man (Tribun Timur)
  2. Red Gank (Tribun Utara)
  3. Laskar Ayam Jantan (LAJ) (Tribun Utara)
  4. Komunitas VIP Utara (KVU) (Tribun VIP Utara)
  5. Komunitas VIP Selatan (KVS) (Tribun VIP Selatan)
  6. PSM Fans 1915 (Tribun Selatan)
  7. Curva Sud Mattoanging (Tribun Selatan)
  8. Makassar Supporter Collective (Tribun Selatan)
  9. Ramang Mania (Tribun Timur)
  10. Komunitas Dottoro Suporter (Tribun VIP Selatan)
  11. Komunitas Suporter VIP Utama (Tribun VIP Utama)

Selain itu kelompok suporter yang pernah aktif adalah :

  1. Mappanyuki
  2. Ikatan Suporter Makassar (ISM)
  3. Suporter Hasanuddin
  4. Suporter Dealos
  5. Suporter Reformasi
  6. Komando
  7. Suporter Bias
  8. Suporter Kubis
  9. Karebosi
  10. Gunung Lokong
  11. Suporter PKC
  12. Zaiger
  13. Antang Community


Suporter terbesar yang dikenal di media massa dan terkenal sangat fanatik adalah The Macz Man.

Daftar Pelatih

Tahun Nama
1999–2000   Syamsuddin Umar
2004–2005   Miroslav Janů
2005–2006   Fritz Korbach
2006–2007   Carlos De Mello
2007–2008   Radoy Minkovski
2008–2009   Raja Isa
2009–2010   Hanafing
2010   Tumpak Sihite
2010–2011   Robert Rene Alberts[5]
2011   Wim Rijsbergen[6]
2011–2013   Petar Segrt[7]
2013   Imran Amirullah[8]
2013–2014   Jörg Steinebrunner[9]
2014   Rudy Keltjes[10]
2014–2015   Assegaf Razak[11]
2015   Alfred Riedl[12]
2015   Hans-Peter Schaller[13]
2015–2016   Assegaf Razak[14]
2016   Luciano Leandro
2016–2019   Robert Rene Alberts[15]
2019   Darije Kalezić[16]
2020–2021   Bojan Hodak[17]
2021   Syamsudin Batola
2021   Milomir Šešlija

Pemain

Pemain saat ini

Per 25 Desembee 2021.[18][19]

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
1   GK Muhammad Ardiansyah
2 MF   IDN Rian Firmansyah
3 DF   IDN Zulkifli Syukur (wakil kapten)
5 DF   IDN Erwin Gutawa
7 DF   IDN Abdul Rahman
8 MF   IDN Sutanto Tan
10 MF   NED Anco Jansen
11 MF   IDN Yance Sayuri
14 MF   KGZ Bektur Talgat Uulu
15 DF   IDN Hasyim Kipuw
17 MF   IDN Rasyid Bakri
18 DF   IDN Fajar Handika
19 DF   IDN Syahrul Mustofa
20 GK   IDN Reza Arya Pratama
21 DF   BIH Šerif Hasić
22 MF   IDN Yakob Sayuri
No. Pos. Negara Pemain
24 MF   IDN Rizky Eka Pratama
28 DF   IDN Abdul Rahman Sulaeman
29 DF   IDN Syahrul Mustofa
30 DF   IDN Ilham Armaiyn
37 FW   IDN Rifky Maulana
39 DF   IDN Renaldi
41 DF   IDN Muhammad Fahri
45 DF   IDN Azka Fauzi (pinjaman dari Persis Solo)
48 MF   IDN Muhammad Arfan
51 GK   IDN Syaiful Syamsuddin
68 MF   IDN Farhan Rahman
71 MF   IDN Aji Kurniawan
80 MF   NED Wiljan Pluim (kapten)
93 MF   IDN Dolly Gultom
97 GK   IDN Hilman Syah
99 FW   IDN Saldi Amiruddin

Pinjaman

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
6 FW   IDN Ferdinand Sinaga (ke Persis Solo)
18 DF   IDN Dedi Gusmawan (ke Sulut United)
25 DF   IDN Leo Guntara (ke Borneo F.C.)
55 MF   IDN Takwir Rahman (ke Kalteng Putra)
88 MF   IDN Irsyad Maulana (ke Persita Tangerang)
MF   IDN Fajri Ardiansyah (ke Kalteng Putra)

Daftar transfer pemain 2019

Masuk

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
23   MF Bayu Gatra (dari Madura United)
9   FW Eero Markkanen (dari Dalkurt)
2   DF Aaron Evans (dari PS Barito Putera)
77   GK Hery Prasetyo (dari Madura United)
No. Pos. Negara Pemain
16   DF Munhar (dari Madura United)
32   DF Benny Wahyudi (dari Madura United)
26   DF Taufik Hidayat(dari Bali United)
90 FW Amido Balde(dari Persebaya Surabaya)
30 FW Ezra Walian(dari Almere City)

Keluar

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
  DF Steven Paulle (ke Persija Jakarta)
  DF Wasyiat Hasbullah (ke Kalteng Putra FC)
  DF Ardan Aras (ke Mitra Kukar)
  FW Arsyad Yusgiantoro (ke PSS Sleman)
No. Pos. Negara Pemain
  FW Alessandro Ferreira Leonardo(ke Tai Po Hong Kong)
  FW Heri Susanto (ke Persija Jakarta)
  DF Hendra Wijaya (ke PSIM Yogyakarta)[20]
  FW Zulkifli Syukur (dipinjam Sriwijaya FC)[20]
  DF Reva Adi Utama (ke Persebaya Surabaya)[20]

Pemain terkenal

Sebagai klub tertua di Indonesia yang berprestasi, PSM memiliki sejumlah pemain terkenal baik pemain lokal maupun pemain asing. Bahkan beberapa pemain lokal diantaranya pernah memperkuat tim nasional Indonesia. Pemain asing yang pernah merumput bersama PSM juga tidak sedikit yang sukses dan menjadi incaran tim sepak bola lain di dalam negeri. Nama yang tercetak tebal masih memperkuat PSM.