Pantai Gading

negara di Afrika Barat

Pantai Gading (bahasa Prancis: Côte d'Ivoire), secara resmi bernama Republik Pantai Gading, adalah sebuah negara di Afrika Barat yang berbatasan dengan Liberia, Guinea, Mali, Burkina Faso, dan Ghana di sebelah barat, utara dan timur serta dengan Teluk Guinea di sebelah selatan. Bahasa resminya adalah Prancis, dan bahasa pribumi juga banyak digunakan, termasuk Bété, Baoulé, Dioula, Dan, Anyin, dan Cebaara Senufo. Secara total, ada sekitar 78 bahasa berbeda yang digunakan di Pantai Gading. Negara ini memiliki populasi yang beragam secara agama, termasuk banyak pemeluk Kristen, Islam, dan kepercayaan asli seperti Animisme.[6]

Republik Pantai Gading

République de Côte d'Ivoire (Prancis)
SemboyanUnité, Discipline, Travail
(Prancis: "Persatuan, Dispilin, Kerja Keras")
Lokasi Pantai Gading
Lokasi Pantai Gading
Ibu kotaYamoussoukro1
Kota terbesarAbidjan
5°19′N 4°02′E / 5.317°N 4.033°E / 5.317; 4.033
Bahasa resmiPrancis
PemerintahanRepublik presidensial
• Presiden
Alassane Ouattara
Robert Beugré Mambé
LegislatifParliament
Kemerdekaan
• Dari Prancis
7 Agustus 1960
Luas
 - Total
322.463 km2 (69)
 - Perairan (%)
1,4
Populasi
 - Perkiraan 2014
23.919.000[1] (56)
 - Sensus Penduduk 2021
29.389.150[2]
91,1/km2 (139)
PDB (KKB)2022
 - Total
$173,188 miliar[3] (77)
$6.103[3]
PDB (nominal)2022
 - Total
$75,075 miliar[3] (72)
$2.646[3]
Gini (2015)Steady 41,5[4]
sedang
IPM (2021)Penurunan 0,550[5]
sedang · 159
Mata uangFranc CFA Afrika Barat (CFA)
(XOF)
Zona waktuWaktu Greenwich (GMT)
(UTC+0)
Lajur kemudikanan
Kode telepon+225
Kode ISO 3166CI
Ranah Internet.ci
  1. Abidjan adalah pusat pemerintahan de facto.
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Côte d’Ivoire

Sebelum penjajahannya, Pantai Gading adalah rumah bagi beberapa negara, termasuk Gyaaman, Kekaisaran Kong, dan Baoulé. Daerah tersebut menjadi protektorat Prancis pada tahun 1843 dan dikonsolidasikan sebagai koloni Prancis pada tahun 1893 di tengah Perebutan Afrika. Ia mencapai kemerdekaan pada tahun 1960, dipimpin oleh Félix Houphouët-Boigny, yang memerintah negara itu hingga tahun 1993. Relatif stabil menurut standar regional, Pantai Gading menjalin hubungan ekonomi-politik yang erat dengan tetangganya di Afrika Barat sambil mempertahankan hubungan dekat dengan Barat, terutama Prancis. Stabilitasnya berkurang oleh kudeta pada tahun 1999, kemudian dua perang saudara—pertama antara tahun 2002 dan 2007[7] dan sekali lagi selama tahun 2010–2011. Ia mengadopsi konstitusi baru pada tahun 2016.[8]

Pantai Gading adalah republik dengan kekuasaan eksekutif yang kuat di tangan presidennya. Melalui produksi kopi dan kakao, ia menjadi kekuatan ekonomi di Afrika Barat selama tahun 1960-an dan 1970-an, kemudian mengalami krisis ekonomi pada tahun 1980-an, berkontribusi pada periode gejolak politik dan sosial yang berlangsung hingga tahun 2011. Pantai Gading kembali mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi sejak kembalinya perdamaian dan stabilitas politik pada tahun 2011. Dari tahun 2012 hingga 2021, ekonomi tumbuh rata-rata 7,4% per tahun secara riil, laju pertumbuhan ekonomi tercepat kedua di Afrika dan laju pertumbuhan tercepat keempat di dunia.[9] Pada tahun 2020, Pantai Gading merupakan pengekspor biji kakao terbesar di dunia dan memiliki tingkat pendapatan yang tinggi untuk wilayahnya.[10] Pada abad ke-21, perekonomian masih sangat bergantung pada pertanian, dengan produksi tanaman komersial skala kecil yang mendominasi.[11]

Nama negara ini sering diterjemahkan dalam berbagai bahasa, misalnya Ivory Coast dalam bahasa Inggris, Elfenbeinküste dalam bahasa Jerman dan Costa de Marfil dalam bahasa Spanyol. Pada bulan April 1986, pemerintah menyatakan bahwa Côte d'Ivoire (atau lebih lengkapnya République de Côte d'Ivoire[12]) akan menjadi nama resmi untuk keperluan protokol diplomatik dan sejak itu secara resmi menolak mengakui terjemahan apa pun dari bahasa Perancis ke bahasa lain dalam hubungan internasionalnya.[13][14][15] Namun demikian, masih banyak media yang menggunakan nama Ivory Coast atau Pantai Gading dalam bahasa Indonesia untuk menyebut negara ini.

Sejarah

sunting

Geografi

sunting
 
Gambar satelit Pantai Gading

Pantai Gading merupakan sebuah negara di Afrika sub-Sahara barat. Berbatasan dengan Liberia dan Guinea di barat, Mali dan Burkina Faso di utara, Ghana di timur, dan Teluk Guinea (Samudra Atlantik) di selatan. Negara ini terletak di antara garis lintang 4° dan 11°N, dan garis bujur 2° dan 9°B. Sekitar 64,8% lahannya merupakan lahan pertanian; lahan subur sebesar 9,1%, padang rumput permanen 41,5%, dan tanaman permanen 14,2%. Pencemaran air adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi negara ini saat ini.[11]

Negara ini memiliki luas total 322.460 km² (124.502 mi²) dan garis pantai total 515 km (320.0 mi). Pantai Gading menjadi negara terbesar ke-28 di Afrika dan peringkat ke-69 di seluruh dunia dalam hal wilayah. Pantai Gading relatif rendah dengan ketinggian rata-rata 250 meter di atas permukaan laut. Puncak gunung tertinggi (Gunung Richard-Molard) berada di ketinggian 1.752 meter. Negara ini memiliki sekitar 30 pulau.[16]

 
Klasifikasi iklim Köppen Pantai Gading

Iklim Pantai Gading umumnya hangat dan lembab, mulai dari ekuator di pesisir selatan hingga tropis di tengah dan semikering di ujung utara.[17] Ada tiga musim: hangat dan kering (November hingga Maret), panas dan kering (Maret hingga Mei), dan panas dan basah (Juni hingga Oktober). Suhu rata-rata antara 25 dan 32 °C (77.0 dan 89.6 °F) dan berkisar dari 10 hingga 40 °C (50 hingga 104 °F).

Keanekaragaman hayati

sunting

Ada lebih dari 1.200 spesies hewan termasuk 223 mamalia, 702 burung, 125 reptil, 38 amfibi, dan 111 spesies ikan, serta 4.700 spesies tumbuhan. Ini adalah negara dengan keanekaragaman hayati terbanyak di Afrika Barat, dengan mayoritas populasi margasatwanya tinggal di pedalaman terjal negara tersebut.[18] Bangsa ini memiliki sembilan taman nasional, yang terbesar adalah Taman Nasional Assgny yang menempati area seluas sekitar 17.000 hektar.[19]

Negara ini memiliki enam ekoregion darat: hutan Guinea Timur, hutan pegunungan Guinea, hutan dataran rendah Guinea Barat, mosaik hutan-sabana Guinea, sabana Sudan Barat, dan hutan bakau Guinea.[20] Ia memiliki skor rata-rata Indeks Integritas Lanskap Hutan 2018 sebesar 3,64/10, memeringkatnya ke-143 secara global dari 172 negara.[21]

Politik

sunting

Politik Pantai Gading terjadi dalam kerangka republik demokrasi perwakilan presidensial, di mana Presiden Pantai Gading adalah kepala negara dan kepala pemerintahan, dan sistem multi-partai. Kekuasaan eksekutif dijalankan oleh Presiden dan Pemerintah. Kekuasaan legislatif dipegang oleh pemerintah dan Parlemen.

Dari tahun 1960 hingga 2016, parlemen adalah badan unikameral. Itu menjadi badan bikameral setelah konstitusi baru disetujui melalui referendum pada 30 Oktober 2016 dimana parlemen terdiri dari Senat dan Majelis Nasional.[22] Majelis Nasional terdiri dari 255 kursi dan Senat 99 kursi. Anggota Majelis Nasional dipilih langsung untuk masa jabatan lima tahun. Dari 99 kursi Senat, 66 dipilih secara tidak langsung oleh Majelis Nasional dan anggota berbagai dewan lokal, dan 33 anggota ditunjuk oleh presiden; semua anggota menjabat selama lima tahun.[23]

Politik Pantai Gading selama 30 tahun dikendalikan oleh Partai Demokrat Pantai Gading (PDCI) yang berasal dari Liga Petani Afrika buatan Félix Houphouët-Boigny pada akhir Perang Dunia II. Pada tahun 1990, pemerintah terpaksa menerima legalisasi partai oposisi dan mengizinkan pemilihan presiden dan legislatif secara demokratis. Sejak saat itu, lebih dari 100 partai politik telah didirikan, terutama Front Umum Pantai Gading (FPI) dan Aliansi Houphouëtist untuk Demokrasi dan Perdamaian (RHDP).[24]

Pantai Gading memiliki peradilan yang independen. Tiga badan tertinggi adalah Pengadilan Kasasi, yang menangani masalah pidana dan perdata; Dewan Negara, yang menangani sengketa administratif; dan Pengadilan Auditor, yang mengawasi hal-hal yang berkaitan dengan keuangan dan rekening publik. Ada juga Pengadilan Banding dan Pengadilan Tingkat Pertama yang lebih rendah. Dewan Tinggi Kehakiman adalah badan yang mengawasi hal-hal yang berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan dan disiplin hakim.[24]

Hubungan luar negeri

sunting
 
Negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Pantai Gading.

Sepanjang Perang Dingin, kebijakan luar negeri Pantai Gading secara umum mendukung Barat. Secara khusus, Félix Houphouët-Boigny menjaga hubungan dengan Prancis yang merupakan salah satu yang paling dekat antara negara Afrika mana pun dan bekas kekuatan kolonial. Meskipun Pantai Gading menghindari hubungan dekat dengan Uni Soviet dan sekutunya, para pembuat kebijakan di Pantai Gading cenderung memperlakukan semua kekuatan asing secara netral. Selain itu, Pantai Gading berusaha untuk menumbuhkan hubungan yang saling menguntungkan dengan lima negara disekitarnya, sambil membiarkan perbedaan ekonomi dan politik tetap ada. Pada tahun 1985, Pantai Gading menjadi perantara perjanjian damai yang mengakhiri konflik perbatasan antara Burkina Faso dan Mali.[25]

Secara umum, Presiden Bédié memprakarsai dan memelihara hubungan dengan banyak negara di Uni Eropa dan Asia. Dengan Indonesia, Pantai Gading telah menjalin hubungan diplomatik sejak 4 Juni 1982[26] melalui kedubes Indonesia di Dakar, Senegal dan kedubes Pantai Gading di Seoul, Korea Selatan.[27]

 
Mark Simmonds bertemu dengan PM Daniel Kablan Duncan di London, 2013.

Houphouët-Boigny adalah salah satu pemimpin Afrika pertama yang menjalin hubungan dengan Israel. Pada tahun 1973, Etiopia pertama, kemudian Organisasi Kesatuan Afrika (OAU), memutuskan hubungan dengan Israel sebagai tindakan solidaritas dengan anggota Arab dari OAU. Hampir seluruh negara Afrika mengikutinya termasuk Pantai Gading.[28] Namun, negara ini adalah salah satu yang pertama menjalin kembali hubungan dengan Israel pada tahun 1986.[29] Namun juga mempertahankan hubungan diplomatik dengan Palestina.

Pantai Gading telah bermitra dengan negara-negara di wilayah Sub-Sahara untuk memperkuat infrastruktur air dan sanitasi. Hal ini dilakukan terutama dengan bantuan organisasi seperti UNICEF dan perusahaan seperti Nestle.[30] Pada 2015, PBB merekayasa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang berfokus pada kesehatan, pendidikan, kemiskinan, kelaparan, perubahan iklim, sanitasi air, dan kebersihan. Fokus utamanya adalah air bersih dan salinisasi. Para ahli yang bekerja di bidang ini telah merancang konsep WASH yang berfokus pada air minum yang aman, higienis, dan sanitasi yang layak. Kelompok tersebut memiliki dampak besar di wilayah sub-Sahara Afrika, khususnya Pantai Gading. Pada tahun 2030, mereka berencana untuk memiliki akses universal dan setara ke air minum yang aman dan terjangkau.[31]

Negara ini menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada saat kemerdekaan pada tahun 1960 dan berpartisipasi di sebagian besar badan khususnya. Ini juga merupakan anggota asosiasi dari Uni Eropa, Organisasi Kesatuan Afrika (OAU), Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Gerakan Non-blok, Bank Investasi Eropa (EIB) dan Bank Pembangunan Afrika.

Militer

sunting
 
Jenderal Soumaila Bakayoko, Kepala Staf Angkatan Darat, melakukan peninjauan pasukannya di Odienné

Angkatan Bersenjata Pantai Gading (bahasa Prancis: Forces Armées de Cote d'Ivoire; "FACI") adalah pasukan militer Pantai Gading. Angkatan Bersenjata berakar pada angkatan bersenjata kolonial Afrika Barat Prancis, yang berkantor pusat di Dakar, Senegal tetapi memiliki pangkalan di beberapa wilayah militer yang berbeda. Mereka melayani kedua perang dunia, dengan 20.000 tentara Pantai Gading berperang untuk Prancis selama Perang Dunia I dan 30.000 lainnya selama Perang Dunia II. Pada tahun 1950, pemerintah Prancis memulai proses pembentukan pasukan pertahanan khusus untuk koloni tersebut, yang terdiri dari empat kompi infanteri dan satu unit lapis baja ringan. Setelah kemerdekaan, Prancis menandatangani Kesepakatan Bantuan Militer Teknis Prancis-Pantai Gading yang memaksa Prancis untuk membantu pembentukan militer nasional yang baru.[32] Mereka dipersenjatai dengan peralatan tua yang disumbangkan oleh Prancis, termasuk dua monoplane Max Holste Broussard, satu pesawat kargo Douglas DC-3, lima belas mobil lapis baja M8 Greyhound, dan bahkan pemburu kapal selam kelas SC-497.[33]

Karena Pantai Gading tidak mampu mengalihkan dana dari program pembangunan ekonominya ke angkatan bersenjata, dan sudah bergantung pada Prancis untuk pertahanan luarnya, pembentukan militer tetap cukup sederhana dari tahun 1961 hingga 1974. Pengeluaran pertahanan melonjak antara tahun 1974 dan 1987, dan jumlah personel yang bertugas di angkatan bersenjata meningkat menjadi 14.920 orang.[32] Selama periode ini, angkatan udara dan angkatan laut memulai kampanye modernisasi yang signifikan.[33] Akademi pelatihan pelayaran niaga internasional dibangun di Abidjan dan melatih personel dari beberapa pemerintah Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS).[32]

Pada tahun 2012, peralatan utama yang dilaporkan oleh Angkatan Darat Pantai Gading termasuk 10 tank T-55 (berpotensi tidak dapat digunakan), lima tank ringan AMX-13, 34 kendaraan pengintai, 10 kendaraan tempur infanteri lapis baja BMP-1/2, 41 roda APC, dan 36+ artileri.[34] Sedangkan Angkatan Udara Pantai Gading terdiri dari satu helikopter serang Mil Mi-24 dan tiga pesawat angkut SA330L Puma (ditandai berpotensi tidak dapat digunakan).[35] Pada tahun 2017, Pantai Gading menandatangani perjanjian PBB tentang Larangan Senjata Nuklir.[36]

Pembagian administratif

sunting
 
Peta distrik Pantai Gading

Sejak 2011, Pantai Gading telah dibagi menjadi 12 distrik ditambah dua kota otonom setingkat distrik. Distrik dibagi menjadi 31 region; region dibagi menjadi 108 departemen; dan departemen dibagi menjadi 510 sub-prefektur.[37] Dalam beberapa kasus, banyak desa diorganisasikan ke dalam komune. Distrik otonom tidak dibagi menjadi beberapa region, tetapi memiliki departemen, sub-prefektur, dan komune.[38][39]

Daftar distrik:

  1. Abidjan
  2. Bas-Sassandra
  3. Comoé
  4. Denguélé
  5. Gôh-Djiboua
  6. Lacs
  7. Lagunes
  8. Montagnes
  9. Sassandra-Marahoué
  10. Savanes
  11. Vallée du Bandama
  12. Woroba
  13. Yamoussoukro
  14. Zanzan

Ekonomi

sunting
 
Representasi proporsional ekspor Pantai Gading, 2019
 
Perkembangan PDB per kapita

Pantai Gading, untuk kawasan ini, memiliki pendapatan per kapita yang relatif tinggi (US$1.662 pada tahun 2017) dan memainkan peran kunci dalam perdagangan transit untuk negara-negara tetangga yang terkurung daratan. Negara ini adalah ekonomi terbesar di Uni Ekonomi dan Moneter Afrika Barat, yang merupakan 40% dari total PDB serikat moneter. Pantai Gading adalah pengekspor barang umum terbesar keempat di Afrika sub-Sahara (setelah Afrika Selatan, Nigeria, dan Angola).[40]

Negara ini adalah pengekspor biji kakao terbesar di dunia. Pada tahun 2009, petani biji kakao menghasilkan $2,53 miliar untuk ekspor kakao dan diproyeksikan menghasilkan 630.000 metrik ton pada tahun 2013.[41][42] Pantai Gading juga memiliki 100.000 petani karet yang menghasilkan total $105 juta pada tahun 2012.[43][44]

Dalam beberapa tahun terakhir, Pantai Gading mengalami persaingan yang lebih ketat dan penurunan harga di pasar global untuk tanaman utama kopi dan kakao. Itu, diperparah dengan korupsi internal yang tinggi, mempersulit hidup petani, mereka yang mengekspor ke pasar luar negeri, dan angkatan kerja; contoh tenaga kerja kontrak telah dilaporkan dalam produksi kakao dan kopi negara itu di setiap edisi Daftar Barang yang Diproduksi oleh Pekerja Anak atau Kerja Paksa Departemen Tenaga Kerja AS sejak 2009.[45]

Setelah beberapa tahun mengalami penurunan kinerja, ekonomi Pantai Gading mulai bangkit kembali pada tahun 1994, karena devaluasi franc CFA dan peningkatan harga kakao dan kopi, pertumbuhan ekspor primer non-tradisional seperti nanas dan karet, perdagangan terbatas dan liberalisasi perbankan, penemuan minyak dan gas lepas pantai, dan pembiayaan eksternal yang besar serta penjadwalan ulang utang oleh pemberi pinjaman multilateral dan Prancis. Devaluasi 50% mata uang zona franc pada 12 Januari 1994 menyebabkan lonjakan tingkat inflasi satu kali menjadi 26% pada tahun 1994, tetapi tingkat tersebut turun tajam dari tahun 1996–1999. Selain itu, kepatuhan pemerintah terhadap reformasi yang dimandatkan oleh pendonor menyebabkan lonjakan pertumbuhan menjadi 5% per tahun pada tahun 1996–1999.[46] Mayoritas penduduk tetap bergantung pada produksi tanaman komersial petani kecil.[47]

Demografi

sunting
Historis populasi
Tahun Jumlah
Pend.
  
±% p.a.  
1960 3.709.000—    
1975 6.709.600+4.03%
1988 10.815.694+3.74%
1998 15.366.672+3.57%
2014 22.671.331+2.46%
2021 29.389.150+3.78%
Sumber: Perkiraan PBB 1960,[48] sensus 1975–1998,[49] sensus 2014,[50] sensus 2021.[2]

Menurut sensus 14 Desember 2021, populasinya adalah 29.389.150,[2] naik dari 22.671.331 pada sensus 2014.[50] Sensus nasional pertama tahun 1975 menghitung 6,7 juta penduduk.[51] Menurut survei nasional Survei Demografi dan Kesehatan, tingkat kesuburan total mencapai 4,3 anak per wanita pada tahun 2021 (dengan 3,6 di daerah perkotaan dan 5,3 di daerah pedesaan), turun dari 5,0 anak per wanita pada tahun 2012.[52] Proporsi anak di bawah usia 15 tahun pada tahun 2010 adalah 40,9%, 55,3% berusia antara 15 dan 65 tahun, sementara 3,8% berusia 65 tahun atau lebih.[53]

Bahasa

sunting
 
Peta linguistik Pantai Gading: Bahasa Kru berwarna hijau, Bahasa Mande berwarna kuning, Bahasa Gur berwarna ungu, Bahasa Akan berwarna biru.[54]

Diperkirakan 78 bahasa digunakan di Pantai Gading.[55] Bahasa Prancis, bahasa resmi, diajarkan di sekolah dan berfungsi sebagai lingua franca. Bentuk bahasa Prancis semi-kreol, yang dikenal sebagai Nouchi, telah muncul di Abidjan dalam beberapa tahun terakhir dan menyebar di kalangan generasi muda.[56] Salah satu bahasa pribumi yang paling umum adalah Dyula, yang berfungsi sebagai bahasa dagang di sebagian besar negara, khususnya di utara, dan saling dimengerti dengan bahasa Manding lainnya yang digunakan secara luas di negara-negara tetangga.[57]

Kelompok etnis

sunting

Pengelompokan makroetnis di negara ini termasuk Akan (42,1%), Voltaiques atau Gur (17,6%), Mandés Utara (16,5%), masyarakat berbahasa Kru (11%), Mandés Selatan (10%), dan lain-lain (2,8%, termasuk 100.000 orang Lebanon[58] dan 45.000 orang Prancis; 2004). Masing-masing kategori ini dibagi lagi menjadi etnis yang berbeda. Misalnya, pengelompokan Akan mencakup Baoulé, kategori Voltaique mencakup Senufo, kategori Mande Utara mencakup Dioula dan Maninka, kategori Kru mencakup Bété dan Kru, dan kategori Mande Selatan mencakup Yacouba.

 
Perempuan etnis Akan

Sekitar 77% dari populasi dianggap Pantai Gading. Karena Pantai Gading telah memantapkan dirinya sebagai salah satu negara Afrika Barat yang paling sukses, sekitar 20% populasi (sekitar 3,4 juta) terdiri dari pekerja dari negara tetangga Liberia, Burkina Faso, dan Guinea. Sekitar 4% dari populasi adalah keturunan non-Afrika. Banyak dari mereka adalah warga negara Prancis,[59] Lebanon,[60][61] Vietnam dan Spanyol, serta misionaris evangelis dari Amerika Serikat dan Kanada. Pada November 2004, sekitar 10.000 orang Prancis dan warga negara asing lainnya dievakuasi dari Pantai Gading akibat serangan dari milisi pemuda pro-pemerintah.[62] Selain warga negara Prancis, keturunan asli pemukim Prancis yang tiba selama masa kolonial negara juga ada.

Agama di Pantai Gading beragam. Menurut data sensus terakhir tahun 2021, pemeluk Islam (terutama Sunni) mewakili 42,5% dari total populasi, sedangkan pemeluk Kristen (terutama Katolik dan Injili) terdiri dari 39,8% dari populasi. Tambahan 12,6% dari populasi diidentifikasi sebagai tidak beragama, sementara 2,2% dilaporkan mengikuti Animisme (agama tradisional Afrika).[6]

Perkiraan tahun 2020 oleh Pew Research Center, memproyeksikan bahwa orang Kristen mewakili 44% dari total populasi, sedangkan Muslim mewakili 37,2% dari populasi. Selain itu, diperkirakan 8,1% tidak beragama, dan 10,5% sebagai pengikut agama tradisional Afrika (animisme).[11][63] Pada tahun 2009, menurut perkiraan Departemen Luar Negeri AS, umat Kristen dan Muslim masing-masing mencapai 35% hingga 40% dari populasi, sementara diperkirakan 25% dari populasi menganut agama tradisional (animis).[64]

Yamoussoukro adalah rumah bagi gedung gereja terbesar di dunia, Basilika Bunda Maria dari Perdamaian.[65]

Budaya

sunting
 

Keragaman budaya Pantai Gading digambarkan oleh banyak kelompok etnis, acara, festival, musik, dan seni. Lebih dari enam puluh kelompok etnis pribumi, meskipun jumlah ini dapat dikurangi menjadi tujuh kelompok kelompok etnis, dengan mengklasifikasikan unit-unit kecil bersama-sama berdasarkan karakteristik budaya dan sejarah mereka, yang agak berbeda satu sama lain. Ini selanjutnya dapat dikurangi menjadi empat wilayah budaya utama – Atlantik Timur (terutama Akan), Atlantik Barat (terutama Kru), Volta, dan Mandé – dibedakan dalam hal lingkungan, aktivitas ekonomi, bahasa, dan karakteristik budaya secara keseluruhan. Di bagian selatan negara itu, budaya Atlantik Timur dan Atlantik Barat, yang dipisahkan oleh Sungai Bandama, masing-masing membentuk hampir sepertiga dari penduduk asli. Kira-kira sepertiga penduduk asli tinggal di utara, termasuk masyarakat Volta di timur laut dan Mandé di barat laut.[66]

Kuliner

sunting
 
Alloco (pisang goreng)

Masakan tradisional Pantai Gading sangat mirip dengan negara tetangga di Afrika Barat dalam ketergantungannya pada biji-bijian dan umbi-umbian. Singkong dan pisang raja adalah bagian penting dari masakan Pantai Gading. Sejenis pasta jagung yang disebut aitiu digunakan untuk menyiapkan bola jagung, dan kacang tanah banyak digunakan dalam banyak hidangan. Attiéké adalah lauk populer yang dibuat dengan parutan singkong, couscous berbahan dasar sayuran. Jajanan pinggir jalan yang umum adalah alloco, pisang goreng yang digoreng dengan minyak sawit, dibumbui dengan bawang dan cabai kukus, dan dimakan bersama ikan bakar atau telur rebus. Ayam umumnya dikonsumsi dan memiliki rasa yang unik karena massanya yang rendah lemak di wilayah ini. Makanan laut termasuk tuna, sarden, udang, dan bonito, yang mirip dengan tuna. Mafé adalah hidangan umum yang terdiri dari daging dengan bumbu kacang.[67]

Rebusan yang direbus perlahan dengan berbagai bahan adalah makanan umum lainnya. Kedjenou adalah hidangan yang terdiri dari ayam dan sayuran yang dimasak perlahan dalam panci tertutup dengan sedikit atau tanpa cairan tambahan, yang memusatkan rasa ayam dan sayuran serta melunakkan ayam. Biasanya dimasak dalam toples tembikar yang disebut kenari, di atas api kecil, atau dimasak dalam oven. Bangui adalah tuak lokal.[67]

Olahraga

sunting
 

Olahraga paling populer adalah sepak bola.[68] Tim nasional sepak bola putra telah tiga kali bermain di Piala Dunia, di Jerman 2006, di Afrika Selatan 2010, dan Brasil 2014. Pantai Gading telah melahirkan banyak pesepakbola ternama seperti Didier Drogba dan Yaya Touré. Tim sepak bola wanita bermain di Piala Dunia Wanita 2015 di Kanada. Negara ini telah menjadi tuan rumah beberapa acara olahraga utama Afrika seperti Kejuaraan Bola Basket Afrika 2013. Di masa lalu, negara menjadi tuan rumah Piala Afrika 1984, di mana tim sepak bola Pantai Gading menempati posisi kelima, dan Kejuaraan Bola Basket Afrika 1985, di mana tim bola basket nasional memenangkan medali emas.

Pelari 400m meter Gabriel Tiacoh memenangkan medali perak di nomor 400 meter putra di Olimpiade 1984. Negara ini menjadi tuan rumah Jeux de la Francophonie edisi ke-8 pada tahun 2017. Dalam olahraga atletik, peserta terkenal termasuk Marie-Josée Ta Lou dan Murielle Ahouré.

Persatuan rugbi populer,[68] dan tim persatuan rugbi nasional memenuhi syarat untuk bermain di Piala Dunia Rugbi di Afrika Selatan pada tahun 1995. Pantai Gading telah memenangkan dua Piala Afrika: satu pada tahun 1992 dan yang lainnya pada tahun 2015. Pantai Gading terkenal dengan Taekwondo dengan petarung terkenal seperti Cheick Cissé, Ruth Gbagbi, dan Firmin Zokou.

Referensi

sunting
  1. ^ "Republic of Côte d'Ivoire National Statistical Institute". ins.ci. 1 Oktober 2014. 
  2. ^ a b c Institut National de la Statistique de Côte d'Ivoire. "RGPH 2021 Résultats globaux" (PDF). Diakses tanggal 2022-08-09. 
  3. ^ a b c d "Report for Selected Countries and Subjects: October 2021 - Côte d'Ivoire". imf.org. IMF. Diakses tanggal 9 February 2022. 
  4. ^ "Gini Index". World Bank. Diakses tanggal 14 July 2021. 
  5. ^ "Human Development Report 2021/2022" (PDF) (dalam bahasa Inggris). United Nations Development Programme. 8 September 2022. Diakses tanggal 8 September 2022. 
  6. ^ a b "OVERALL DEFINITIVE RESULTS OF THE RGPH 2021: THE POPULATION USUALLY LIVING ON IVORIAN TERRITORY IS 29,389,150 INHABITANTS". PORTAIL OFFICIEL DU GOUVERNEMENT DE COTE D'IVOIRE (dalam bahasa Prancis). July 13, 2022. 
  7. ^ "Loi n° 2000-513 du 1er août 2000 portant Constitution de la République de Côte d'Ivoire" (PDF). Journal Officiel de la République de Côte d'Ivoire (dalam bahasa Prancis). 42 (30): 529–538. 3 August 2000. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 March 2009.  ,
  8. ^ "Ivory Coast backs new constitution in landslide vote, opposition cries foul". 2 November 2016. 
  9. ^ IMF. "World Economic Outlook database: April 2022". Diakses tanggal 2022-08-10. 
  10. ^ "Ivory Coast country profile". BBC News. 2020-11-18. Diakses tanggal 2021-06-01. 
  11. ^ a b c "Côte d'Ivoire". The World Factbook. CIA Directorate of Intelligence. 30 March 2022. Diakses tanggal 16 March 2022. 
  12. ^ Auzias & Labourdette 2008, hlm. 9.
  13. ^ David 2000, hlm. 7.
  14. ^ Lea & Rowe 2001, hlm. 127.
  15. ^ Jessup 1998, hlm. 351.
  16. ^ "Ivory Coast: Geography". WorldData.info. 
  17. ^ "Cote d'Ivoire: Current Climate". World Bank. Diakses tanggal 15 Juli 2023. 
  18. ^ "COTE D' IVOIRE (IVORY COAST)". Monga Bay. 
  19. ^ "Parc national d'Azagny". United Nations Environment Programme. 1983. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 November 2010. Diakses tanggal 2 June 2019. 
  20. ^ Dinerstein, Eric; Olson, David; et al. (2017). "An Ecoregion-Based Approach to Protecting Half the Terrestrial Realm". BioScience. 67 (6): 534–545. doi:10.1093/biosci/bix014 . ISSN 0006-3568. PMC 5451287 . PMID 28608869. 
  21. ^ Grantham, H. S.; Duncan, A.; et al. (2020). "Anthropogenic modification of forests means only 40% of remaining forests have high ecosystem integrity - Supplementary Material". Nature Communications. 11 (1): 5978. Bibcode:2020NatCo..11.5978G. doi:10.1038/s41467-020-19493-3 . ISSN 2041-1723. PMC 7723057 . PMID 33293507 Periksa nilai |pmid= (bantuan). 
  22. ^ "Cote d'Ivoire voters support new constitution in landslide amid low turnout". 
    - "Innovations of the Draft Constitution of Cote d'Ivoire: Towards hyper-presidentialism?". 
  23. ^ "Freedom in the world 2023: Côte d'Ivoire". Freedom House. Diakses tanggal 15 Juli 2023. 
  24. ^ a b "Côte d'Ivoire - Constitution, Politics, Governance". Britannica.com. Diakses tanggal 15 Juli 2023. 
  25. ^ "FOREIGN RELATIONS: Ivory Coast Table of Contents". Country Studies. 
  26. ^ Africa Research Bulletin: Political, social, and cultural series. Blackwell. 1982. hlm. 6505. 
  27. ^ "Cote d'Ivoire". Indonesian embassy Dakar. Diakses tanggal 27 December 2021. 
  28. ^ "The Ivory Coast Breaking Diplomatic Ties With Israel". New York Times. 9 November 1973. 
  29. ^ "Israel and Ivory Coast To Resume Relations". Washingtonpost. 19 Desember 1985. 
  30. ^ "Water And Sanitation". UNICEF. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 May 2016. 
  31. ^ "Sustainable Development Goals". sustainabledevelopment.un.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 May 2016. Diakses tanggal 20 May 2016. 
  32. ^ a b c Handloff, Robert, ed. (1988). Cote d'Ivoire, a Country Study. Area Handbook Series (edisi ke-Third). Washington, D.C.: Department of the Army, American University. hlm. 184–201. ISBN 978-0160309786. 
  33. ^ a b "Trade Registers". Armstrade.sipri.org. Diakses tanggal 2013-06-20. 
  34. ^ IISS 2012, hlm. 429.
  35. ^ IISS 2012, hlm. 430.
  36. ^ "Chapter XXVI: Disarmament – No. 9 Treaty on the Prohibition of Nuclear Weapons". United Nations Treaty Collection. 7 July 2017. 
  37. ^ Geopolitical Entities, Names, and Codes (GENC) second edition
  38. ^ "Décentralisation : Le gouvernement créé 12 districts et 30 régions", abidjan.net, 29 September 2011.
  39. ^ Décret n° 2011-263 du 28 septembre 2011 portant organisation du territoire national en Districts et en Régions.
  40. ^ "Côte d'Ivoire: Financial Sector Profile". MFW4A.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 October 2010. Diakses tanggal 6 December 2010. 
  41. ^ "Ivory Coast Makes 1st Cocoa Export Since January". Associated Press via NPR. 9 May 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 December 2013. Diakses tanggal 21 January 2014. 
  42. ^ Monnier, Olivier (27 March 2013). "Ivory Coast San Pedro Port Sees Cocoa Exports Stagnating". Bloomberg. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 December 2013. Diakses tanggal 21 January 2014. 
  43. ^ "Ivory Coast reaps more rubber as farmers shift from cocoa". Reuters. 13 February 2013. Diakses tanggal 21 January 2014. 
  44. ^ "Cote d'Ivoire | Office of the United States Trade Representative". Ustr.gov. 29 March 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 December 2013. Diakses tanggal 21 January 2014. 
  45. ^ "2013 Findings on the Worst Forms of Child Labor in Côte d'Ivoire". United States Department of Labor. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 February 2015. 
  46. ^ "Cote d'Ivoire". The World Factbook. Central Intelligence Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 2, 2000.    Artikel ini memuat teks dari sumber tersebut, yang berada dalam ranah publik.
  47. ^ "Background Note: Cote d'Ivoire". U.S. Department of State. November 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 5, 2002.    Artikel ini memuat teks dari sumber tersebut, yang berada dalam ranah publik.
  48. ^ United Nations Department of Economic and Social Affairs, Population Division. "World Population Prospects 2022". Diakses tanggal 2022-08-09. 
  49. ^ Institut National de la Statistique de Côte d'Ivoire. "Recensement Général de la Population et de l'Habitat 2014 - Rapport d'exécution et Présentation des principaux résultats" (PDF). hlm. 3. Diakses tanggal 2022-08-09. 
  50. ^ a b Institut National de la Statistique de Côte d'Ivoire. "RGPH 2014 Résultats globaux" (PDF). Diakses tanggal 2022-08-09. 
  51. ^ "Ivory Coast – Population". countrystudies.us. Library of Congress. 
  52. ^ Institut National de la Statistique de Côte d'Ivoire and ICF International. "Enquête Démographique et de Santé - Côte d'Ivoire - 2021" (PDF). hlm. 10 (21). Diakses tanggal 2022-08-10. 
  53. ^ "Population Division of the Department of Economic and Social Affairs of the United Nations Secretariat, World Population Prospects: The 2010 Revision". Esa.un.org. Diakses tanggal 2017-08-27. 
  54. ^ Clem E, Jenks P, Sande H (2019). Clem E, Jenks P, Sande H, ed. Theory and description in African Linguistics (pdf). Berlin: Language Science Press. doi:10.5281/zenodo.3365789 . ISBN 978-3-96110-205-1. 
  55. ^ Lewis, M. Paul (ed.), 2009. Ethnologue: Languages of the World, Sixteenth edition. Dallas, Tex.: SIL International. (Page on "Languages of Côte d'Ivoire." This page indicates that one of the 79 no longer has any speakers.)
  56. ^ Boutin, Akissi Béatrice (2021), Hurst-Harosh, Ellen; Brookes, Heather; Mesthrie, Rajend, ed., "Exploring Hybridity in Ivorian French and Nouchi", Youth Language Practices and Urban Language Contact in Africa, Cambridge Approaches to Language Contact, Cambridge: Cambridge University Press, hlm. 159–181, ISBN 978-1-107-17120-6, diakses tanggal 2022-10-09 
  57. ^ "Manding (Dioula)". Minority Rights Group (dalam bahasa Inggris). 2015-06-19. Diakses tanggal 2022-10-09. 
  58. ^ "Des investisseurs libanais à Abidjan pour investir en Afrique". VOA Afrique. 1 February 2018. 
  59. ^ "Ivory Coast – The Economy". countrystudies.us. Library of Congress. 
  60. ^ "From Lebanon to Africa". Al Jazeera. 28 October 2015. 
  61. ^ "Ivory Coast – The Levantine Community". Countrystudies.us. Library of Congress. Diakses tanggal 20 June 2010. 
  62. ^ Gregson, Brent (30 November 2004). "Rwanda Syndrome on the Ivory Coast". World Press Review. 
  63. ^ "Ivory Coast". Global Religious Futures. Pew Research Center. Diakses tanggal 1 July 2021. 
  64. ^ Côte d'Ivoire . State.gov. Retrieved on 17 August 2012.
  65. ^ Mark, Monica (2015-05-15). "Yamoussoukro's Notre-Dame de la Paix, the world's largest basilica - a history of cities in 50 buildings, day 37". the Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-10-01. 
  66. ^ Byrnes, Rita M. (1988). "Ethnic diversity". Dalam Handloff, Robert Earl. Cote d'Ivoire: a country study. Washington, D.C.: Federal Research Division, Library of Congress. hlm. 48–49. OCLC 44238009.   Artikel ini memuat teks dari sumber tersebut, yang berada dalam ranah publik. 
  67. ^ a b "Ivory Coast, Côte d'Ivoire: Recipes and Cuisine". Whats4eats.com. 3 April 2008. Diakses tanggal 22 May 2011.[sumber tepercaya?]  line feed character di |postscript= pada posisi 2 (bantuan)
  68. ^ a b "Côte d'Ivoire: Sports and recreation". Britannica.com. 15 Juli 2023. 

Bibliografi

sunting

Bacaan lebih lanjut

sunting
  • Negara dan Bangsa Jilid 1: Afrika. Jakarta: Widyadara. 1988. ISBN 979-8087-00-3.  (Indonesia)

Pranala luar

sunting
Perdagangan