Lokomotif BB200
Konten dan perspektif penulisan artikel ini hanya berpusat pada sudut pandang dari negara Indonesia dan tidak menggambarkan wawasan global pada subjeknya. |
Lokomotif BB 200 adalah lokomotif diesel elektrik milik PT Kereta Api Indonesia buatan pabrik General Motors Electro-Motive Division, Amerika Serikat dengan transmisi daya DC-DC yang saat ini beroperasi di Indonesia sejak tahun 1957, meskipun kini hanya untuk keperluan langsir. Lokomotif ini merupakan lokomotif diesel elektrik model kedua yang dioperasikan oleh PT KAI setelah CC 200. Lokomotif ini merupakan kakak dari lokomotif BB 201, yang juga diproduksi oleh pabrik yang sama.
Lokomotif BB200 | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
Lokomotif ini memiliki daya mesin sebesar 710 kW (950 hp) dengan susunan gandar (A1A)(A1A), yaitu dengan dua bogie dengan 3 gandar, tetapi masing-masing hanya 2 gandar yang digerakkan oleh motor traksi. Hal ini dibuat agar tekanan tiap-tiap gandarnya rendah, dan tidak melampaui daya dukung jaringan rel kereta ketika lokomotif melewati jaringan rel tersebut.[2]
Lokomotif ini sepanjang masa kedinasannya pernah berdinas di Pulau Jawa dan Sumatera Selatan.
Sejarah
Pada tahun 1957, lokomotif bermodel EMD G8U6 dibeli oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia dan diberi nomor seri BB 200. Menurut kontrak pembelian tertanggal 6 April 1956, 35 unit lokomotif BB 200 beroperasi di lintas Jawa. Sebanyak 27 unit di antaranya dialokasikan di depo Semarang Poncol, 4 unit di depo Kertapati, 1 unit di depo Tanjung Karang, serta tiga sisanya (BB 200 10, 11, dan 18) adalah produk afkir. Satu persatu lokomotif BB 200 yang belum dilengkapi abar angin (rem udara tekan) kemudian dipasangi secara bertahap, melengkapi rem vakum. Tiga lokomotif BB 200 pertama yang memakai abar angin adalah BB 200 01, 08, dan 18.
Secara teknis long hood (hidung panjang) lokomotif tersebut merupakan bagian depan dari lokomotif tersebut, bukan hidung pendeknya, atau dengan kata lain, kabin masinisnya ada di belakang seperti halnya lokomotif uap. BB 200 pun hanya memiliki satu meja layanan masinis, dan hal ini jelas berbeda dengan lokomotif sebelumnya, CC 200, yang memiliki dua meja layanan masinis (dan dua kabin masinis) di tiap ujungnya. Tentulah masinis akan lebih ergonomis jika mengoperasikan lokomotif BB 200 ke arah long hood. Berbeda dengan lokomotif lainnya di Indonesia, lokomotif ini memiliki plat nomor yang terletak di sisi kiri dan kanan lampu utama di tiap ujungnya.
Bentuk fisik lokomotif BB 200 ini sama halnya dengan lokomotif EMD G8 lainnya di seluruh dunia. Anehnya, di Amerika Serikat tidak ada lokomotif EMD G8 karena dayanya kurang besar (daya rata-rata minimum lokomotif Amerika Utara yang diproduksi oleh GM-EMD adalah 14.914 kW (20.000 hp)), sedangkan lokomotif EMD G8 hanya sebesar 6.525 kW (8.750 hp), karena EMD G8 memang merupakan lokomotif ekspor. Akan tetapi, meskipun dayanya relatif kecil, lokomotif ini dapat melaju hingga 110 km/h (31 m/s).
Contoh kereta api yang pernah ditarik oleh BB 200 antara lain adalah Bima, Mutiara Utara, Pandanaran, Senja Utama, dan Purbaya, serta untuk pengangkutan barang. Selain itu, kereta komuter untuk rute Jakarta-Bogor pun pernah ditarik oleh lokomotif ini seiring dengan menurunnya kondisi lokomotif listrik yang ada sejak zaman kolonial Belanda. Pada tahun 1968, sebuah lokomotif BB 200 pernah mengalami kecelakaan dengan KA Bumel di Ratu Jaya, Depok, kejadian ini memakan korban sebanyak 116 jiwa.
Pada tahun 1984, diadakan rehabilitasi untuk memperpanjang masa pakai lokomotif BB 200. Ini menyebabkan sampai dengan awal dekade 2000-an, sejumlah BB 200 masih bisa beroperasi, walaupun dinasannya tidak sebanyak dulu, namun kondisinya masih lebih baik dari adiknya, BB 201. Karena GM-EMD—serta penerusnya, Electro-Motive Diesel—tidak memproduksi suku cadang untuk lokomotif ini, maka lokomotif ini mulai terlupakan dan kebanyakan rusak termakan usia dengan pasokan suku cadang yang tidak mencukupi, ditambah lagi dengan kebijakan standardisasi armada yang diterapkan oleh PT KAI menjadi Lokomotif Diesel Elektrik dengan model yang lebih seragam seperti CC 201, CC 203, dan CC 204.
Pada bulan Juni 2006, komunitas rail fans Indonesia, Indonesian Railways Preservation Society (IRPS), mengajukan proposal kepada PT Kereta Api (Persero) untuk mempreservasi lokomotif BB200 depo induk Semarang Poncol. Pada bulan September 2006, lokomotif dengan nomor BB 200 29 sudah bisa beroperasi lagi. Menyusul pada bulan Agustus 2007, lokomotif dengan nomor BB 200 21 berhasil diperbaiki. Kedua lokomotif tersebut akhirnya beroperasi berkat komponen dari lokomotif BB 200 lainnya yang afkir. Lokomotif BB200 yang terakhir beroperasi adalah BB 200 07, 14, 21, dan 29. BB 200 07 dan 14 berada di Sumatra Selatan.
Satu-satunya BB 200 yang masih hidup di Indonesia adalah BB 200 07 yang saat ini ditugaskan sebagai loko pelangsir di Balai Yasa Lahat. Pada April 2021, lokomotif ini telah dipreservasi dan dicat ulang dengan livery PJKA dan logo KAI baru versi 2020. Peresmian kembali lokomotif ini dihadiri oleh komunitas rail fans Indonesia, Indonesian Railways Preservation Society (IRPS) dan Organisasi Pecinta Kereta Api Sumatera Selatan (OPKA Sumsel).[3]
Preservasi
- Lokomotif BB 200 06 tanpa mesin dan sebuah kereta penumpang dipajang di Akademi Kepolisian, Semarang untuk sarana pendidikan dan latihan antiterorisme.[4]
- Lokomotif BB 200 08 telah direstorasi di Balai Yasa Yogyakarta untuk dipindah ke Museum Kereta Api Ambarawa.[5]
Data teknis
- Dimensi Lokomotif
- Lebar sepur: 1.067 mm (3 ft 6 in)
- Panjang body: 13.106 mm (14 yd 1 ft 0 in)
- Jarak antara alat perangkai: 14.006 mm (15 yd 0 ft 11,4 in)
- Lebar body: 2.794 mm (3 yd 0 ft 2,0 in)
- Tinggi maksimum: 3.760 mm (4 yd 0 ft 4 in)
- Jarak gandar: 3.200 mm (3 yd 1 ft 6 in)
- Jarak antar pivot: 7.620 mm (8 yd 1 ft 0 in)
- Diameter roda penggerak: 1.016 mm (1 yd 0 ft 4,0 in)
- Diameter roda idle: 889 mm (2 ft 11,0 in)
- Tinggi alat perangkai: 760 mm (2 ft 6 in)
- Berat
- Berat kosong: 70 ton (69 ton panjang; 77 ton pendek)
- Berat siap: 748 ton (736 ton panjang; 825 ton pendek)
- Berat adhesi: 496 ton (488 ton panjang; 547 ton pendek)
- Motor Diesel
- Tipe: EMD 8 567C
- Jenis: 2 langkah, Blower
- Daya Mesin: 710 kW (950 hp)
- Daya ke generator/converter: 6.525 kW (8.750 hp)
- Motor Traksi/Converter
- Jumlah motor traksi: 4 unit
- Tipe motor: GM D-19, DC-DC
- Gear ratio: -
- Tipe generator: GM D-15E, DC-DC
- Performansi
- Kecepatan maksimum: 110 km/h (31 m/s)
- Gaya tarik maksimum (adhesi): 10.416 kgf (102.150 N; 22.960 lbf)
- Kecepatan minimum kontinu: 17 km/h (4,7 m/s)
- Jari-jari lengkung terkecil: 586 m (640 yd 2 ft 7 in)
- Kapasitas
- Bahan bakar: 1.900 l (420 imp gal; 500 US gal)
- Minyak pelumas: 500 l (110 imp gal; 130 US gal)
- Air pendingin: 700 l (150 imp gal; 180 US gal)
- Pasir: 340 l (75 imp gal; 90 US gal)
- Lain-lain
- Sistem rem: Rem udara tekan, Pengereman dinamis, Rem vakum, Rem parkir
- Tipe kompresor: Gardner Denver WBO
Lihat pula
Referensi
- ^ Diesel Locomotive Roster
- ^ Majalah KA Edisi Khusus. (tanpa tahun). Album lokomotif dan KRL, II: 23
- ^ "Lokomotif BB20007 "Vintage Livery" Kembali Diremajakan PT KAI". Redigest. Diakses tanggal 22 Juli 2021.
- ^ Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur: Lokomotif BB200
- ^ Tribun Jogja: Lokomotif Diesel Elektrik BB200, Satu Tonggak Sejarah Kereta Api Indonesia
Pranala luar