Daging palsu

Revisi sejak 17 Januari 2022 08.19 oleh Devi 4340 (bicara | kontrib) (Sejarah: menambah konten.)

Daging palsu adalah bahan makanan yang bentuk, tekstur, dan rasanya sangat mirip dengan daging, tetapi di dalamnya sama sekali tak terkandung produk hewan. Biasanya, daging palsu terbuat dari jamur, gluten, atau kedelai.

Burger Tempe

Daging palsu biasanya dicari oleh orang yang baru beralih menjadi vegetarian, untuk mengobati kerinduannya akan sajian daging.

Sejarah

Makanan pengganti daging populer yaitu tahu ditemukan di Tiongkok pada masa Dinasti Han (206 SM–220 M). Gambar produksi tahu telah ditemukan di makam Dinasti Han.[1][2] Penggunaannya sebagai pengganti daging tercatat dalam dokumen yang ditulis oleh Tao Gu (Hanzi sederhana: 陶谷; Hanzi tradisional: 陶穀; pīnyīn: Táo Gǔ, 903–970). Tao menjelaskan bahwa tahu dikenal sebagai "daging kambing kecil" (Hanzi tradisional: 小宰羊; pīnyīn: xiǎo zǎiyáng), hal ini menunjukkan bahwa orang Tiongkok menghargai tahu sebagai daging imitasi. Tahu dikonsumsi secara luas selama Dinasti Tang (618–907), dan kemungkinan menyebar ke Jepang selama Dinasti Tang akhir atau awal Dinasti Song.[1]

Seitan (gluten gandum) adalah makanan kenyal terbuat dari gluten yang digunakan sebagai pengganti daging.[3] Makanan tersebut telah didokumentasikan di Tiongkok sejak abad ke-6.[4] Rujukan tertua untuk seitan muncul di Qimin Yaoshu, sebuah ensiklopedia pertanian Tiongkok yang ditulis oleh Jia Sixie pada 535 M. Ensiklopedia tersebut menyebutkan mi yang dibuat dari gluten gandum yang disebut bo duo.[4]

Sebelum kedatangan agama Buddha, Tiongkok bagian utara didominasi oleh budaya konsumsi daging. Aturan diet vegetarian dari Buddhisme mengarah pada pengembangan pengganti daging sebagai pengganti hidangan berbahan dasar daging yang tidak dapat dikonsumsi lagi oleh penganut Buddha di sana. Pengganti daging seperti tahu dan seitan masih diasosiasikan sebagai hidangan Buddha di Tiongkok dan bagian lain di Asia Timur.[5] Makanan pengganti daging juga populer di Eropa pada Abad Pertengahan selama Prapaskah, yang melarang konsumsi hewan berdarah panas, telur, dan produk susu. Orang-orang kemudian mengonsumsi Almond cincang dan buah anggur sebagai pengganti daging cincang. Roti potongan dadu dibuat menjadi kulit babi dan greave imitasi.[6]

Sekitar tahun 1877, John Harvey Kellogg mengembangkan berbagai pengganti daging dari kacang-kacangan, biji-bijian, dan kedelai.[7] Hal tersebut dilakukan untuk memberi makan pasien di sanitarium vegetarian miliknya, yaituSanitarium Battle Creek.[7] Perusahaan Kellogg bernama Sanitas Nut Food Company menjual pengganti daging bermerek Protose yang terbuat dari kacang dan gluten gandum. Ini menjadi produk Kellogg yang paling populer karena telah dikonsumsi sebanyak beberapa ribu ton pada 1930.[7]

Referensi

  1. ^ a b DuBois, Christine; Tan, Chee-Beng; Mintz, Sidney (2008). The World of Soy. National University of Singapore Press. hlm. 101–102. ISBN 978-9971-69-413-5. 
  2. ^ Shurtleff, William; Akiko Aoyagi (18 Desember 2014). History of Meat Alternatives (965 CE to 2014): Extensively Annotated Bibliography and Sourcebook (PDF). Soyinfo Center. ISBN 978-1-928914-71-6. 
  3. ^ "Seitan". Lexico Dictionaries | English (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 16 Januari 2022. 
  4. ^ a b Shurtleff, William; Aoyagi, Akiko; Huang, H.T. (2014). History of Soybeans and Soyfoods in China and Taiwan, and in Chinese Cookbooks, Restaurants, and Chinese Work with Soyfoods Outside China (1024 BCE to 2014). Soyinfo Center. hlm. 2478–2479. ISBN 978-1-928914-68-6. 
  5. ^ Anderson, E.N. (2014). "China". Food in Time and Place. University of California Press. hlm. 44. ISBN 978-0-520-95934-7. 
  6. ^ Adamson, Melitta Weiss (2004). Food in Medieval Times. Greenwood Publishing Group. hlm. 72. ISBN 978-0-313-32147-4. 
  7. ^ a b c "Dr. John Harvey Kellogg and Battle Creek Foods". www.soyinfocenter.com. 

Bacaan tambahan

  • Wyrick, Jason (Maret 2009). "Meat Subs" (PDF). Vegan Culinary Experience. Diakses tanggal 15 April 2011. 

Pranala luar