Serrum merupakan kolektif seni yang berbasis di Jakarta didirikan pada tahun 2006 oleh beberapa mahasiswa jurusan pendidikan seni rupa disalah satu kampus negeri di Jakarta.

Serrum
Berkas:2009 Logo Serrum.jpg
Logo serrum
Tanggal pendirian17 September 2006
Lokasi
  • Jakarta
Situs webhttps://serrum.id/

Kata Serrum berasal dari kata 'Share' dan 'Room' yang berarti “ruang berbagi”. Sejauh ini Serrum terdiri dari seniman, desainer, guru, peneliti dan kurator dengan latar belakang pendidikan Seni Rupa di Universitas Negeri Jakarta.

Fokus Serrum pada persoalan pendidikan, sosial budaya, dan persoalan urban lainnya. Dengan pendekatan karya yang melibatkan partisipasi publik yang diartikulasikan pada pendekatan artistik.

Sejarah

Saat memutuskan untuk bikin ruang di luar kampus dengan cara menyewa sebuah rumah,  persoalan bagaimana cara membayar sewa rumah pun ikut serta bersama Serrum. Tahun itu pertengahan 2006 Serrum mengerjakan satu proyek branding BUS dibandung dengan 7 personil yaitu MG Pringgotono, Arief Rachman a.k.a Arman, RM Herwibowo a.k.a Ombow, JJ Adhi Brata, M Sigit Budi S, Gunawan Wibisono, Arief Widiarso a.k.a Atto , uang yang kita dapatkan hasil dari pekerjaan itu langsung kita peruntukan menyewa rumah dengan durasi 1 tahun didaerah Rawa Sari Jakarta Timur. Layaknya seperti membangun Rumah tangga baru, walaupun pada saat itu Serrum belum ada yang berumah tangga. Persoalan pengeluaran operasional rumah pun turut serta jadi pembelajaran Serrum dalam menyiasati setiap bulannya. Mulai dari pembayaran listrik, internet dan iuran sampah di kompleks perumahan sambiloto (nama jalan rumah pertama kali Serrum mengontrak).

Pola Keberlanjutan

Komunitas SERRUM terbentuk pada tanggal 17 September 2006, yang setiap tahunnya kita rayakan sebagai ulang tahun SERRUM. Kenapa tanggal 17 September? Penentuan tanggal  tersebut tidak lah sulit bagi Serrum, 17 September merupakan kontrak pertama sewa rumah Serrum yang di jalan Sambiloto, dan sekaligus untuk mengingatkan bahwa batas akhir pembayaran sewa rumah setiap tahunnya. Anggota SERRUM pertama kali berjumlah 9 orang, yaitu MG Pringgotono, Arman, Ombow, JJ Adhi Brata, M Sigit Budi S, Gunawan Wibisono dan Arief Kurniawan yang merupakan satu-satunya anggota SERRUM bukan berasal dari Kampus Universitas Negeri Jakarta.  

Pola-pola dalam mendapatkan dana untuk bisa bertahan dan mempertahankan ruang yang Serrum sewa sangat beragam, mulai dari patungan setiap individu yang tergabung, mencari dana secara kolektif seperti berjualan kaos hasil sablon sendiri, mendapatkan pekerjaan dan dikerjakan bersama sampai hanya sebatas mengamen bersama. Saat itu beberapa anggota masih punya penghasilan dari pekerjaannya seperti mengajar disekolah sampai les private, desainer layout koran, desainer freelance, dan beberapa lainnya menggantungkan hidup bersama kegiatan di serum seperti cetak sablon kaos dan ilustrasi buku.

Pola Patung-an dari anggota setiap bulan dengan sistem biaya pengeluaran dihitung dan dibagi rata ke setiap anggota jadi solusi Serrum untuk selalu bisa mendapatkan dana bersama yang digunakan sebagai operasional rumah juga program setiap bulannya.

Kontribusi Pajak

Berbagi peran dalam kepengurusan organisasi jadi penting buat Serrum yang masing-masing mempunyai kesibukan dan fokus pada bidang-bidang tertentu yang berbeda satu sama lainnya. Permasalahan alur dan pencatatan keuangan prioritas untuk selalu dijaga baik secara komunikasi ataupun distribusinya. Bentuk keuangan bersama dalam pengelolaannya selalu Serrum jadikan untuk  bisa saling menciptakan nilai kontribusi setiap anggota dengan sistem kontribusi pajak dari setiap pekerjaan komersial yang masuk. Nilai pajak yang Serrum jalankan berdasarkan presentase dari pekerjaan yang masuk dan dikerjakan, kesepakatan Serrum mulai 15% sampai 30% dari nilai hasil keuntungan. Nilai pajak yang Serrum kumpulkan dari setiap pekerjaan yang masuk menjadi modal dan dana kas komunitas. Kas komunitas ini selain untuk menutupi biaya operasional dan pembiayaan terhadap kegiatan program juga dapat dipinjam sebagai modal awal pekerjaan yang masuk ke komunitas.

Juggling / Cubitan

Satu hal yang Serrum coba untuk membuat sistem penghargaan dan hukuman  dalam setiap target kerja yang sudah disepakati bersama. Juggling keuangan terhadap pemasukan yang tidak tetap dan pengeluaran yang sudah pasti selalu kita lakukan dengan pola backup (cubitan/ pengalokasian tiba tiba) untuk menutupi kekurangan pengeluaran baik dalam program berjalan dan juga operasional rumah.

Divisi Komersial

Tahun ke 2 dan ke 3 Serrum lalui di rumah Sambiloto yang merupakan proses pertama kali Serrum membangun untuk menjadi komunitas yang bisa terus bertahan dengan program-program Pendidikan dan program berbasis komersial (seperti departemen cetak yang selalu menerima order sablon mulai kaos sampai spanduk pecel lele, departemen multimedia yang mengerjakan desain web sampai video kampanye LSM) yang menghasilkan.

Serrum Arthandling

Serrum sebagai sebuah kolektif selalu berkarya dan berhubungan dengan medium karya seni. Selain menggunakan seni sebagai media berkarya, perjalanan waktu telah memberikan kesadaran kepada Serrum untuk ingin terlibat tidak hanya sebagai kolektif seniman yang menghasilkan karya sendiri. Keahlian dalam mengetahui dan memahami media ini digunakan untuk membantu kegiatan pameran di Jakarta. Pada tahun 2013, Serrum melegalkan dirinya sebagai unit bisnis, untuk menghidupi dirinya dan orang-orang di dalamnya. PT Serrum bergerak dalam bidang pengelolaan jasa artistik, yang bisnis utamanya adalah Arthandling. Dalam beberapa kesempatan Serrum juga terlibat dalam beberapa event pameran berskala nasional dan internasional.