Game of Thrones
Game of Thrones adalah serial televisi drama fantasi Amerika Serikat yang diciptakan oleh David Benioff dan D. B. Weiss untuk saluran HBO. Serial ini merupakan adaptasi dari A Song of Ice and Fire, seri novel fantasi karangan George R. R. Martin, novel pertama adalah A Game of Thrones. Serial ini diproduksi dan difilmkan di Belfast dan tempat lainnya di Britania Raya. Lokasi syuting juga meliputi Kanada, Kroasia, Islandia, Malta, Maroko, dan Spanyol.[1] Game of Thrones ditayangkan perdana di HBO Amerika Serikat pada tanggal 17 April 2011, dan berakhir pada 19 Mei 2019, dengan total 73 episode ditayangkan selama delapan musim.
Game of Thrones | |
---|---|
Genre | |
Pembuat | |
Berdasarkan | A Song of Ice and Fire oleh George R. R. Martin |
Pemeran | lihat daftar karakter Game of Thrones |
Penggubah lagu tema | Ramin Djawadi |
Lagu pembuka | "Main Title" |
Penata musik | Ramin Djawadi |
Negara asal | Amerika Serikat |
Bahasa asli | Inggris |
Jmlh. musim | 8 |
Jmlh. episode | 73 (daftar episode) |
Produksi | |
Produser eksekutif |
|
Produser |
|
Lokasi produksi |
|
Durasi | 50–82 menit |
Rumah produksi |
|
Distributor | Warner Bros. Television Distribution |
Rilis asli | |
Jaringan | HBO |
Format gambar | HDTV 1080i |
Format audio | Dolby Digital 5.1 |
Rilis | 17 April 2011 19 Mei 2019 | –
Acara terkait | |
Thronecast After the Thrones |
Berlatar tempat di benua fiktif Westeros dan Essos, Game of Thrones memiliki beberapa plot dan dibintangi oleh sejumlah besar pemeran ansambel serta mengisahkan beberapa alur cerita. Salah satu alur mengisahkan mengenai Takhta Besi di Seven Kingdoms dan rangkaian aliansi dan konflik antar wangsa bangsawan yang saling berlomba untuk mengklaim takhta atau berjuang untuk memerdekakan diri. Alur cerita lainnya berfokus pada keturunan terakhir wangsa penguasa yang digulingkan kekuasaannya, yang hidup terasing dan berencana untuk kembali merebut takhta, sedangkan alur cerita lainnya mengisahkan mengenai Night's Watch, kelompok militer yang melindungi kerajaan dari suku-suku ganas dan makhluk legendaris dari Utara.
Game of Thrones memecahkan rekor pemirsa televisi di HBO dan memiliki basis penggemar internasional yang luas dan aktif. Serial ini dipuji oleh sejumlah kritikus atas akting pemerannya, penokohan yang kompleks, cerita, ruang lingkup, dan nilai produksinya, meskipun juga dikritik karena banyaknya penggambaran ketelanjangan dan kekerasan (termasuk kekerasan seksual). Serial ini telah menerima 47 Primetime Emmy Awards, yang paling banyak di antara serial drama TV lainnya, termasuk Outstanding Drama Series pada 2015, 2016, dan 2018. Penghargaan dan nominasi lainnya di antaranya tiga Hugo Awards for Best Dramatic Presentation (2012–2014), Peabody Award 2011, dan lima nominasi dalam Golden Globe Award for Best Television Series – Drama (2012 dan 2015–2018).
Di antara para pemerannya, Peter Dinklage telah memenangkan tiga Primetime Emmy Awards untuk Outstanding Supporting Actor in a Drama Series (2011, 2015 dan 2018) dan Golden Globe Award for Best Supporting Actor – Series, Miniseries or Television Film (2012) atas penampilannya sebagai Tyrion Lannister. Lena Headey, Emilia Clarke, Kit Harington, Maisie Williams, Nikolaj Coster-Waldau, Diana Rigg, dan Max von Sydow juga telah menerima nominasi Primetime Emmy Award atas penampilan mereka.
Latar belakang
Latar tempat
Game of Thrones secara kasar diadaptasi dari alur cerita A Song of Ice and Fire,[2][3] yang berlatar tempat di kerajaan fiktif Seven Kingdoms di Westeros dan Essos. Serial ini menceritakan mengenai persaingan antar wangsa bangsawan dalam memperebutkan Takhta Besi, sementara wangsa lainnya berjuang untuk memerdekakan diri dari kerajaan. Di sisi lain, Seven Kingdoms juga menerima ancaman tambahan dari Utara yang dingin dan dari Essos di timur.[4]
Produser David Benioff dengan bercanda menyatakan "The Sopranos di Dunia Tengah" sebagai lini tag Game of Thrones, merujuk pada plot penuh intrik dan suasana gelap dalam latar fantasi magis dan naga.[5] Dalam sebuah kajian pada tahun 2012, dari 40 acara drama televisi terkini, Game of Thrones menempati urutan kedua dalam hal jumlah kematian per episode, dengan rata-rata 14 kematian.[6]
Tema
Serial ini umumnya dipuji karena dianggap sebagai penggambaran selayaknya realisme abad pertengahan.[7][8] George R.R. Martin mengatur agar cerita terasa lebih seperti fiksi sejarah daripada fantasi kontemporer, dengan mengurangi penekanan pada sihir, tenung, dan memberi proporsi lebih banyak pada pertempuran, intrik politik, dan penokohan. Ia meyakini bahwa sihir harus digunakan secara moderat dalam genre fantasi epik.[9][10][11] Martin menyatakan bahwa "kengerian hakiki dalam sejarah manusia tidak berasal dari para orc dan Pangeran Kegelapan, tetapi dari diri kita sendiri."[12]
Tema umum dalam genre fantasi adalah pertempuran antara baik dan jahat, yang menurut anggapan Martin tidak mencerminkan dunia nyata.[13] Seperti halnya kapasitas seseorang untuk berbuat baik dan jahat dalam dunia nyata, Martin mengeksplorasi permasalahan penebusan dan perubahan karakter.[14] Tidak seperti kebanyakan serial fantasi lainnya, serial ini memungkinkan penonton untuk melihat karakter yang berbeda dari perspektif mereka, dan dengan demikian penjahat yang sesungguhnya dapat mempersembahkan cerita dari sisi mereka.[11][15] Benioff menyatakan, "George membawa realisme kasar ke dalam fantasi. Ia memperkenalkan sifat abu-abu ke semesta hitam putih."[11]
Pada musim-musim awal, di bawah pengaruh buku-buku A Song of Ice and Fire, para karakter utama secara rutin terbunuh, dan ini menyebabkan meningkatnya ketegangan di kalangan penonton.[16] Pada musim berikutnya, para kritikus menuding bahwa karakter-karakter tertentu telah memiliki "baju zirah" untuk bertahan dalam keadaan yang tidak terduga, dan menyatakan bahwa Game of Thrones telah menyimpang dari novel menjadi serial televisi yang lebih tradisonal.[16] Serial ini juga menggambarkan tingkat kematian yang substansial dalam peperangan.[17][18]
Inspirasi dan derivasi
Meskipun musim pertama secara gamblang mengikuti rangkaian peristiwa dalam novel pertama, musim selanjutnya telah memiliki perubahan yang signifikan dari cerita novel. Menurut David Benioff, serial ini mengenai "pengadaptasian seri novel secara keseluruhan dan mengikuti peta yang ditata George untuk kita dan mencapai tonggak cerita utama, tetapi masing-masing alur tidak perlu berhenti di sepanjang jalan."[19]
Novel-novel dan adaptasinya mendasarkan aspek latar, karakter, dan plot pada rangkaian peristiwa dalam sejarah Eropa.[20] Sebagian besar Westeros merupakan nostalgia akan Eropa pada Puncak Abad Pertengahan, mulai dari lahan dan budaya,[21] hingga intrik kerajaan, sistem feodal, kastil, dan turnamen kesatria. Inspirasi utama bagi novel-novel Martin adalah Perang Mawar di Inggris[22] (1455–1485) antara wangsa Lancaster dan York, yang dalam novel Martin tercermin dalam wangsa Lannister dan Stark. Cersei Lannister yang licik merupakan penggambaran dari Isabella, "serigala betina dari Prancis" (1295–1358).[20] Ia dan keluarganya, sebagaimana dikisahkan dalam seri novel sejarah The Accursed Kings karya Maurice Druon, adalah inspirasi utama bagi Martin.[23]
Anteseden sejarah lainnya dari elemen cerita dalam serial ini meliputi Tembok Hadrianus (menjadi The Wall), Kekaisaran Romawi dan legenda Atlantis (kota kuno Valyria), api Yunani Bizantium ("wildfire"), cerita rakyat Islandia dari Zaman Viking (Ironborn), pasukan Mongol (Dothraki), Perang Seratus Tahun, dan Renaisans Italia.[20] Popularitas serial ini sebagian disebabkan oleh keahlian Martin dalam menggabungkan elemen-elemen cerita menjadi versi sejarah alternatif yang tanpa cela dan kredibel.[20][24]
Pemeran dan karakter
Game of Thrones memiliki pemeran ansambel, diperkirakan merupakan yang terbanyak dalam sejarah pertelevisian;[25] selama musim ketiga, terdapat 257 nama pemeran yang tercatat.[26] Pada 2014, beberapa kontrak pemain dinegosiasikan ulang untuk diikutsertakan dalam musim ketujuh, dengan kenaikan honor yang kabarnya menjadikan mereka sebagai pemeran dengan bayaran tertinggi di televisi kabel.[27] Pada 2016, beberapa kontrak pemain kembali dinegosiasikan ulang, dan honor lima pemeran utama dilaporkan meningkat menjadi $1 juta per episode untuk dua musim terakhir, menjadikan mereka sebagai pemeran dengan bayaran tertinggi dalam acara TV.[28][29]
Lord Eddard "Ned" Stark (Sean Bean) adalah pemimpin Wangsa Stark, yang keluarganya terlibat dalam alur cerita di sepanjang serial. Ia dan istrinya, Catelyn Tully (Michelle Fairley), memiliki lima anak: Robb (Richard Madden), si sulung; diikuti oleh Sansa (Sophie Turner), Arya (Maisie Williams), Bran (Isaac Hempstead-Wright), dan Rickon (Art Parkinson). Putra tidak sah Ned, Jon Snow (Kit Harington) dan temannya Samwell Tarly (John Bradley) bertugas di Night's Watch di bawah pimpinan Lord Commander Jeor Mormont (James Cosmo). Suku Wildlings tinggal di sebelah utara the Wall, termasuk Gilly (Hannah Murray), dan prajurit Tormund Giantsbane (Kristofer Hivju) dan Ygritte (Rose Leslie).[30]
Karakter lainnya yang terkait dengan Wangsa Stark adalah anak asuh Ned, Theon Greyjoy (Alfie Allen), vasalnya Roose Bolton (Michael McElhatton), dan putra tidak sah Bolton, Ramsay Snow (Iwan Rheon). Robb jatuh cinta pada perawat bernama Talisa Maegyr (Oona Chaplin), dan Arya bersahabat dengan pandai besi bernama Gendry (Joe Dempsie) dan pembunuh bayaran Jaqen H'ghar (Tom Wlaschiha). Prajurit semampai Brienne of Tarth (Gwendoline Christie) melayani Catelyn dan kemudian, Sansa.[30]
Di King's Landing, ibu kota kerajaan, sahabat Ned, Raja Robert Baratheon (Mark Addy), menikah tanpa cinta dengan Cersei Lannister (Lena Headey), yang menjalin kasih dengan kembarannya, the "Kingslayer" Ser Jaime Lannister (Nikolaj Coster-Waldau). Ia membenci adik bungsunya, si kerdil Tyrion Lannister (Peter Dinklage), yang membawa serta kekasih gelapnya, Shae (Sibel Kekilli) dan tentara bayaran Bronn (Jerome Flynn). Ayah Cersei adalah Lord Tywin Lannister (Charles Dance), dan ia juga memiliki dua putra: Joffrey (Jack Gleeson) dan Tommen (Dean-Charles Chapman). Joffrey dijaga oleh prajurit dengan bekas luka di wajah bernama Sandor "the Hound" Clegane (Rory McCann).[30]
Small Council yang beranggotakan para penasihat raja terdiri dari Master Koin yang licik, Lord Petyr "Littlefinger" Baelish (Aidan Gillen) dan sida Lord Varys (Conleth Hill). Adik Robert, Stannis Baratheon (Stephen Dillane) memiliki penasihat bernama Melisandre (Carice van Houten) dan mantan penadah Ser Davos Seaworth (Liam Cunningham). Keluarga Tyrell yang kaya raya diwakili di istana oleh Margaery Tyrell (Natalie Dormer). The High Sparrow (Jonathan Pryce) adalah pemimpin keagamaan di ibu kota. Di kerajaan selatan Dorne, Ellaria Sand (Indira Varma) berupaya untuk membalas dendam pada keluarga Lannister.[30]
Di seberang Narrow Sea, kakak beradik Viserys (Harry Lloyd) dan Daenerys Targaryen (Emilia Clarke) – anak dari raja terakhir wangsa berkuasa yang digulingkan oleh Robert Baratheon – berjuang untuk hidup dan berupaya merebut kembali takhta kerajaan. Daenerys menikah dengan Khal Drogo (Jason Momoa), pemimpin suku nomadik Dothraki. Pengikutnya termasuk kesatria pelarian Ser Jorah Mormont (Iain Glen), ajudannya Missandei (Nathalie Emmanuel), prajurit bayaran Daario Naharis (Michiel Huisman), dan Grey Worm (Jacob Anderson), pemimpin pasukan sida elite Daenerys, the Unsullied.[30]
Produksi
Konsepsi dan pengembangan
Pada Januari 2006, David Benioff melakukan percakapan telepon dengan agen sastra George R. R. Martin mengenai buku-buku yang ditulisnya dan menunjukkan ketertarikan pada A Song of Ice and Fire, karena ia adalah penggemar fiksi fantasi saat masih remaja tetapi belum membaca buku-bukunya. Agen sastra Martin kemudian mengirimkan Benioff empat buku pertama dalam seri.[31] Benioff membaca beberapa ratus halaman novel pertama, A Game of Thrones, menyatakan antusiasmenya pada D. B. Weiss, dan menyarankan agar mereka mengadaptasi novel-novel Martin ke dalam serial televisi; Weiss selesai membaca novel pertama selama "kira-kira 36 jam".[32] Mereka berdua mengajukan pengadaptasian seri ke HBO setelah mengadakan pertemuan selama lima jam dengan Martin (Martin sendiri adalah penulis skenario veteran) di sebuah restoran di Santa Monica Boulevard. Menurut Benioff, mereka berhasil meyakinkan Martin setelah mereka menjawab pertanyaan Martin; "Siapakah ibu Jon Snow?"[33]
Saya telah bekerja di Hollywood sendirian selama sekitar 10 tahun, dari akhir 80-an hingga 90-an. Saya pernah menjadi staf The Twilight Zone dan Beauty and the Beast. Keseluruhan konsep pertama saya cenderung terlalu besar atau terlalu mahal. Saya selalu membenci proses pemotongan adegan. Saya berkata, saya muak dengan ini, saya akan menulis sesuatu sehebat yang saya mau, dengan karakter yang berjumlah ribuan, dan dengan kastil yang besar, dan pertempuran, dan naga.
—George R. R. Martin, author[34]
Sebelum didekati oleh Benioff dan Weiss, Martin juga telah melakukan pertemuan dengan penulis naskah lain, yang sebagian besarnya ingin mengadaptasi seri novel menjadi film layar lebar. Martin, bagaimanapun, menganggapnya "tidak bisa difilmkan" dan tidak mungkin diadaptasi sebagai film layar lebar, menyatakan bahwa salah satu novelnya setebal The Lord of the Rings, yang diadaptasi menjadi tiga film layar lebar.[34] Sependapat, Benioff juga mengatakan bahwa tidak mungkin untuk mengubah novel menjadi film layar lebar karena skala novel terlalu besar untuk diajadikan sebuah film, dan akan ada puluhan karakter yang harus dibuang. Benioff menambahkan, "sebuah film fantasi dengan lingkup seperti ini, dibiayai oleh sebuah studio besar, hampir pasti akan diberi rating PG-13. Itu berarti tidak akan ada adegan seks, tidak ada darah, tidak ada kata-kata kotor. Persetan."[11] Martin sendiri merasa senang dengan saran bahwa mereka akan mengadaptasi novelnya sebagai serial HBO, mengatakan bahwa dia "tidak pernah membayangkannya di saluran TV lain."[35] "Saya tahu seri ini tidak bisa diadaptasi menjadi serial televisi jaringan. Ini terlalu dewasa. Tingkat seks dan kekerasannya tidak akan pernah diterima."[34]
Serial ini mulai dikembangkan pada bulan Januari 2007.[2] HBO memperoleh hak pengadaptasian televisi atas novel-novel tersebut, dengan Benioff dan Weiss bertindak sebagai produser eksekutifnya, dan Martin sebagai ko-produser eksekutif. Niat mereka adalah agar tiap novel menghasilkan episode yang berharga di setiap musimnya.[2] Pada awalnya, Martin rencananya akan menulis satu episode per musim sementara Benioff dan Weiss akan menulis episode selebihnya.[2][36] Jane Espenson dan Bryan Cogman kemudian diikutsertakan untuk menulis satu episode masing-masingnya pada musim pertama.[4]
Draf pertama dan kedua naskah episode pilot yang ditulis oleh Benioff dan Weiss diajukan masing-masingnya pada Agustus 2007[37] dan Juni 2008.[38] Meskipun HBO menyukai kedua konsep tersebut,[38][39] episode pilot tidak ditindaklanjuti hingga November 2008;[40] pemogokan Writers Guild of America 2007-2008 diduga telah menunda proses tersebut.[39] Episode pilot, "Winter Is Coming", syuting pertama kali pada tahun 2009; setelah penerimaan yang buruk dalam sebuah penayangan pribadi, HBO menuntut dilakukan pengambilan gambar ulang secara menyeluruh (sekitar 90 persen dari episode, dengan perubahan pemeran dan penyutradaraan).[33][41]
Episode pilot atau perdana dilaporkan menghabiskan anggaran HBO sebesar US$5–10 juta untuk proses produksi,[42] sementara anggaran untuk musim pertama diperkirakan sebesar $50–60 juta.[43] Pada musim kedua, serial ini mengalami kenaikan anggaran sebanyak 15 persen untuk adegan pertempuran klimaks dalam episode "Blackwater" (dengan anggaran $8 juta).[44][45] Antara 2012 dan 2015, anggaran rata-rata per episode meningkat dari $6 juta[46] menjadi "hampir" $8 juta.[47] Anggaran untuk musim keenam lebih dari $10 juta per episode, dengan total anggaran pada musim tersebut lebih dari $100 juta, rekor terbanyak dalam serial Game of Thrones.[48]
Pemilihan pemeran
Nina Gold dan Robert Sterne adalah direktur pemeranan prinsipiel dalam serial ini.[49] Melalui serangkaian proses audisi dan pembacaan skrip, para pemeran utama dikumpulkan. Pengecualian hanyalah Peter Dinklage dan Sean Bean, yang memang diinginkan oleh para penulis skrip sejak awal; mereka diumumkan bergabung dengan episode pilot pada tahun 2009.[50][51] Aktor lainnya yang meneken kontrak untuk episode pilot adalah Kit Harington sebagai Jon Snow, Jack Gleeson sebagai Joffrey Baratheon, Harry Lloyd sebagai Viserys Targaryen, dan Mark Addy sebagai Robert Baratheon.[51][52] Menurut Benioff dan Weiss, Addy adalah aktor termudah untuk berperan dalam serial ini, karena penampilannya dalam audisi.[53] Beberapa karakter pada episode pilot dipilih ulang untuk musim pertama: Catelyn Stark awalnya diperankan oleh Jennifer Ehle, tetapi peran tersebut diberikan kepada Michelle Fairley.[54] Peran Daenerys Targaryen juga dipilih ulang, dengan Emilia Clarke menggantikan Tamzin Merchant.[55][56] Sisa pemeran untuk musim pertama selesai dipilih pada paruh kedua tahun 2009.[57]
Meskipun banyak pemeran yang kembali bermain setelah musim pertama, produser memiliki banyak karakter baru untuk tiap musim berikutnya. Karena banyaknya karakter baru, Benioff dan Weiss menunda pengenalan beberapa karakter utama di musim kedua dan menggabungkan beberapa karakter menjadi satu atau mengarahkan fungsi plot ke karakter yang berbeda.[25] Beberapa karakter berulang muncul kembali setelah bertahun-tahun; misalnya, Gregor Clegane dimainkan oleh tiga aktor berbeda, sementara Dean-Charles Chapman, yang memerankan Tommen Baratheon, juga memerankan karakter Lannister minor.[58]
Penulisan
Game of Thrones mempekerjakan tujuh penulis skrip dalam enam musim. Pencipta serial, David Benioff dan D. B. Weiss, menulis sebagian besar episode pada tiap musim.[59]
Pengarang A Song of Ice and Fire, George R. R. Martin, menulis satu episode per musim untuk empat musim pertama. Martin tidak menulis skrip episode untuk musim-musim selanjutnya, karena ia ingin fokus menyelesaikan novel keenam (The Winds of Winter).[60] Jane Espenson ikut serta menulis satu episode pada musim pertama sebagai penulis lepas.[61]
Bryan Cogman, awalnya bertindak sebagai koordinator skrip untuk serial ini,[61] dipromosikan menjadi produser pada musim kelima. Cogman, yang menulis setidaknya satu episode sepanjang lima musim pertama, adalah satu-satunya penulis lain di jajaran penulis bersama Benioff dan Weiss. Sebelum dipromosikan, Vanessa Taylor (penulis skrip pada musim kedua dan ketiga) bekerja membantu Benioff dan Weiss. Dave Hill bergabung dengan staf penulis pada musim kelima setelah bekerja sebagai asisten Benioff dan Weiss.[62] Meskipun Martin tidak lagi berada di jajaran penulis skrip, ia tetap membaca ikhtisar skrip tersebut dan memberikan komentar.[59]
Benioff dan Weiss terkadang menetapkan satu karakter untuk satu penulis tertentu; misalnya, Cogman ditugaskan khusus untuk mengembangkan karakter Arya Stark pada musim keempat. Para penulis skrip menghabiskan beberapa minggu untuk menulis ikhtisar para karakter, termasuk materi dari novel yang akan digunakan dan tema-tema utama. Setelah ikhtisar para karakter selesai ditulis, dibutuhkan waktu dua hingga tiga minggu untuk mendiskusikan masing-masing karakter utama dan mengatur porsi kemunculan mereka episode demi episode.[59]
Ikhtisar skrip yang terperinci ditulis, dengan masing-masing penulis mendapatkan jatah penulisan skrip untuk setiap episode. Cogman, yang menulis dua episode untuk musim kelima, membutuhkan waktu satu setengah bulan untuk menyelesaikan semua skrip. Skrip yang telah selesai kemudian dibaca oleh Benioff dan Weiss, yang membubuhkan catatan mengomentari, dan skrip yang dibubuhi catatan akan ditulis ulang. Sepuluh episode harus selesai ditulis sebelum pembuatan film dimulai karena pengambilan gambar dilakukan oleh dua unit kru di negara berbeda.[59] Benioff dan Weiss menulis skrip episode mereka bersama-sama, salah satunya menulis bagian pertama skrip dan yang lainnya menulis bagian kedua. Setelah itu mereka membaca ulang skrip dan membuat catatan lalu menulis ulang bagian yang diberi catatan.[35]
Jadwal adaptasi dan episode
Setelah alur cerita Game of Thrones musim keenam mulai mendahului alur cerita novel, serial ini mulai mengikuti garis besar alur novel berikutnya yang disediakan oleh Martin[63] dan konten asli. Pada bulan April 2016, produser berencana untuk melakukan pengambilan gambar 13 episode lagi setelah musim keenam: tujuh episode untuk musim ketujuh dan enam episode untuk musim kedelapan.[64] Belakangan, pengambilan gambar diperbarui hanya untuk musim ketujuh dengan tujuh episode berurutan.[65][66] Delapan musim yang difilmkan tetap mengadaptasi alur cerita novel, dengan kecepatan sekitar 48 detik per halaman selama tiga musim pertama.[67]
Musim | Ditetapkan | Difilmkan | Tayang perdana | Tayang terakhir | Adaptasi novel | Ref |
---|---|---|---|---|---|---|
Musim 1 | 2 Maret 2010 | Pertengahan 2010 | 17 April 2011 | 19 Juni 2011 | A Game of Thrones | [68] |
Musim 2 | 19 April 2011 | Pertengahan 2011 | 1 April 2012 | 3 Juni 2012 | A Clash of Kings dan bab-bab awal A Storm of Swords | [69][70] |
Musim 3 | 10 April 2012 | Juli – November 2012 | 31 Maret 2013 | 9 June 2013 | Sekitar dua pertiga novel A Storm of Swords | [71][72][73] |
Musim 4 | 2 April 2013 | Juli – November 2013 | 6 April 2014 | 15 Juni 2014 | Sepertiga A Storm of Swords dan beberapa konten A Feast for Crows dan A Dance with Dragons | [74][75] |
Musim 5 | 8 April 2014 | Juli – Desember 2014 | 12 April 2015 | 14 Juni 2015 | A Feast for Crows, A Dance with Dragons dan konten asli, dengan sebagian bab akhir A Storm of Swords dan elemen dari The Winds of Winter | [76][77] [78][79][80] |
Musim 6 | 8 April 2014 | Juli – Desember 2015 | 24 April 2016 | 26 Juni 2016 | Konten asli dan ikhtisar The Winds of Winter, beberapa elemen dari A Feast for Crows dan A Dance with Dragons | [76][81] [82][83] |
Musim 7 | 21 April 2016 | Agustus 2016 – Februari 2017 | 16 Juli 2017 | 27 Agustus 2017 | Konten asli dan ikhtisar The Winds of Winter dan A Dream of Spring | [64][65] [66][82][84] |
Musim 8 | 30 Juli 2016 | Oktober 2017 – Juli 2018 | 14 April 2019 | 19 Mei 2019 | Konten asli dan ikhtisar The Winds of Winter dan A Dream of Spring | [82][85] [86][87][88][89] |
Dua musim pertama mengadaptasi masing-masing satu novel. Untuk musim berikutnya, produser memandang Game of Thrones sebagai adaptasi dari A Song of Ice and Fire secara keseluruhan, bukannya adaptasi dari masing-masing novel;[90] hal ini memungkinkan mereka untuk memfilmkan peristiwa di keseluruhan novel, sesuai dengan persyaratan pengadaptasian ke layar kaca.[91]
Pengambilan gambar
Pengambilan gambar utama untuk musim satu dijadwalkan dimulai pada 26 Juli 2010,[4] dan lokasi utamanya adalah Paint Hall Studios di Belfast, Irlandia Utara.[92] Adegan eksterior di Irlandia Utara difilmkan di Sandy Brae di Mourne Mountains (Vaes Dothraki), Castle Ward (Winterfell), Saintfield Estates (pohon Winterfell), Tollymore Forest (adegan luar ruangan), Cairncastle (lokasi eksekusi), tambang Magheramorne (Castle Black), dan Shane's Castle (arena turnamen).[93] Doune Castle di Stirling, Skotlandia, awalnya juga digunakan dalam episode pilot untuk adegan di Winterfell.[94] Para produser awalnya memutuskan untuk melakukan proses syuting keseluruhan serial di Skotlandia, tetapi akhirnya memilih Irlandia Utara karena ketersediaan ruang studio di sana.[95]
Adegan wilayah selatan pada musim pertama difilmkan di Malta, mengalami perubahan lokasi dari Maroko pada episode pilot.[4] Kota Mdina digunakan untuk penggambaran King's Landing. Syuting juga dilakukan di Fort Manoel (menggambarkan Sept of Baelor), Azure Window di pulau Gozo (lokasi pernikahan Dothraki) dan di San Anton Palace, Fort Ricasoli, Fort St. Angelo dan biara St. Dominic (untuk adegan di Red Keep).[93]
Pengambilan gambar untuk adegan selatan pada musim kedua berpindah dari Malta ke Kroasia; kota Dubrovnik dan lokasi terdekat memungkinkan dilakukannya pengambilan gambar eksterior kota pesisir dan berpagar tembok. Walls of Dubrovnik dan Fort Lovrijenac dimanfaatkan untuk adegan di King's Landing, meskipun eksterior beberapa bangunan setempat, misalnya Red Keep dan Sept of Baelor, dibuat dengan menggunakan pencitraan komputer.[96] Pulau Lokrum, biara St. Dominic di kota pesisir Trogir, Rector's Palace di Dubrovnik, dan tambang Dubac (beberapa kilometer di sebelah timur) digunakan untuk adegan-adegan di Qarth. Adegan yang diambil di sebelah utara The Wall, di Frostfangs dan di Fist of the First Men, difilmkan pada November 2011 di Islandia: di gletser Vatnajökull di dekat Smyrlabjörg, gletser Svínafellsjökull dekat Skaftafell dan gletser Mýrdalsjökull dekat Vik di Höfðabrekkuheiði.[93][97]
Lokasi produksi musim ketiga kembali ke Dubrovnik, dengan Tembok Dubrovnik, Fort Lovrijenac dan lokasi terdekat kembali digunakan untuk adegan di King's Landing dan Red Keep. Trsteno Arboretum, sebuah lokasi baru, menjadi taman keluarga Tyrell di King's Landing. Musim ketiga juga kembali syuting di Maroko (termasuk kota Essaouira) untuk merekam adegan Daenerys di Essos.[98] Dimmuborgir dan gua Grjótagjá di Islandia juga turut digunakan sebagai lokasi syuting.[97] Salah satu adegan dengan seekor beruang hidup difilmkan di Los Angeles.[99] Proses produksi dilakukan oleh tiga unit kru (Dragon, Wolf dan Raven) dengan pengambilan gambar secara paralel, enam tim penyutradaraan, 257 pemeran dan 703 anggota kru.[26]
Musim keempat kembali syuting di Dubrovnik dan mencakup lokasi baru, termasuk Diocletian's Palace di Split, Klis Fortress di sebelah utara Split, tambang Perun di timur Split, pegunungan Mosor, dan Baška Voda di sebelah selatan.[100] Taman Nasional Thingvellir di Islandia digunakan sebagai lokasi syuting pertarungan antara Brienne dan the Hound.[97] Pengambilan gambar musim keempat memakan waktu 136 hari dan berakhir pada 21 November 2013.[101] Lokasi tambahan untuk musim kelima antara lain Seville, Spanyol, yang digunakan untuk adegan di Dorne, serta Córdoba.[102]
Musim keenam, yang mulai syuting pada bulan Juli 2015, kembali dilakukan di Spanyol dan difilmkan di Navarra, Guadalajara, Seville, Almeria, Girona dan Peniscola.[103] Proses syuting juga kembali ke Dubrovnik, Kroasia.[104]
Pengambilan gambar tujuh episode pada musim ketujuh dimulai pada 31 Agustus 2016, di Titanic Studios di Belfast, dengan pengambilan gambar lainnya dilakukan di Islandia, Irlandia Utara, dan berbagai lokasi lainnya di Spanyol,[105] termasuk Seville, Cáceres, Almodovar del Rio, Santiponce, Zumaia, dan Bermeo.[106] Musim ini juga kembali difilmkan di Dubrovnik, yang tetap digunakan untuk lokasi King's Landing.[107] Proses pengambilan gambar berlanjut hingga akhir Februari 2017 untuk menyesuaikan dengan cuaca musim dingin di beberapa lokasi Eropa.[108]
Penyutradaraan
Sepuluh episode dalam tiap musim Game of Thrones digarap oleh empat hingga enam sutradara, yang biasanya menyutradarai episode secara berurutan. Alan Taylor telah menyutradarai tujuh episode, yang terbanyak dalam serial ini. Alex Graves, David Nutter, Mark Mylod, dan Jeremy Podeswa masing-masingnya telah menyutradarai enam episode. Daniel Minahan telah menyutradarai lima episode, dan Michelle MacLaren, Alik Sakharov, dan Miguel Sapochnik telah menyutradarai empat episode masing-masingnya; MacLaren juga menjadi satu-satunya sutradara wanita dalam keseluruhan serial.[109] Brian Kirk menyutradarai tiga episode di sepanjang musim pertama, dan Tim Van Patten menyutradarai dua episode pertama pada musim pertama. Neil Marshall menyutradarai dua episode, keduanya memiliki adegan pertempuran besar: "Blackwater" dan "The Watchers on the Wall". Sutradara lainnya adalah Jack Bender, David Petrarca, Daniel Sackheim, Michael Slovis dan Matt Shakman.[110] David Benioff dan D. B. Weiss telah menyutradarai dua episode secara bersama-sama, tetapi masing-masingnya hanya mendapat kredit untuk satu nama, yang ditentukan setelah lemparan koin.[30][62]
Aspek teknis
Alik Sakharov adalah sinematografer untuk episode pilot. Serial ini mempekerjakan sejumlah sinematografer,[111] dan telah menerima tujuh nominasi Primetime Emmy Award for Outstanding Cinematography for a Single-Camera Series.[112]
Oral Norrey Ottey, Frances Parker, Martin Nicholson, Crispin Green, Tim Porter dan Katie Weiland telah melakukan penyuntingan sejumlah episode untuk serial ini. Weiland menerima Primetime Emmy Award untuk Outstanding Single-Camera Picture Editing for a Drama Series pada 2015.[112]
Kostum
Michele Clapton adalah perancang kostum untuk lima musim pertama Game of Thrones sebelum ia digantikan oleh April Ferry.[113] Clapton kembali bertindak sebagai perancang kostum pada musim ketujuh.[114]
Kostum yang digunakan dalam serial ini terinspirasi dari sejumlah sumber, seperti baju besi Jepang dan Persia. Busana Dothraki menyerupai busana yang dikenakan oleh suku Badui (beberapa kostum terbuat dari kulit ikan menyerupai sisik naga), dan kaum Wildling memakai kostum dari kulit binatang seperti penduduk Inuit.[115] Baju pelindung tulang Wildling terbuat dari cetakan tulang yang sebenarnya, dan dirangkai dengan tali dan lateks menyerupai katgut.[116] Meskipun figuran yang memerankan Wildling dan Night's Watch sering kali memakai topi (hal normal pada iklim yang dingin), pemeran utama biasanya tidak memakainya, sehingga penonton dapat mengenali karakter utama dengan mudah. Gaun berleher tinggi yang dirancang Alexander McQueen untuk Björk menginspirasi gaun leher-corong yang dikenakan Margaery Tyrell, dan gaun para pekerja seks komersial dirancang agar mudah ditanggalkan.[115] Semua busana yang digunakan berusia paling lama dua minggu, sehingga tampak realistis pada televisi definisi tinggi.[116]
Sekitar dua lusin rambut palsu digunakan oleh para aktris. Terbuat dari rambut manusia dengan panjang hingga 2 kaki (61 cm), harganya masing-masing mencapai $ 7.000, yang dicuci dan ditata seperti rambut asli. Pemakaian rambut palsu ini memakan waktu; Emilia Clarke, misalnya, membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk menata rambutnya yang cokelat dengan rambut palsu pirang dan berkepang. Pemeran lainnya, seperti Jack Gleeson dan Sophie Turner, sering kali melakukan pewarnaan rambut. Untuk karakter seperti Daenerys (Clarke) dan para Dothraki, rambut, wig, dan kostum mereka diproses seolah-olah belum dicuci selama berminggu-minggu.[115]
Tata rias
Sepanjang tiga musim pertama, Paul Engelen adalah perancang tata rias utama Game of Thrones dan penata rias prostetik, bersama Melissa Lackersteen, Conor O'Sullivan, dan Rob Trenton. Pada awal musim keempat, tim Engelen digantikan oleh Jane Walker dan krunya, yang terdiri dari Ann McEwan and Barrie dan Sarah Gower.[112][117]
Efek visual
Untuk sejumlah besar efek visual dalam serial ini, HBO menyewa BlueBolt yang berbasis di Inggris dan Screen Scene yang berbasis di Irlandia untuk musim pertama. Kebanyakan efek bangun lingkungan dikerjakan sebagai proyeksi 2.5D, memberikan penonton perspektif sembari menjaga pemrograman agar tidak berlebihan.[118] Pada 2011, episode final musim pertama, "Fire and Blood", dinominasikan dalam Primetime Emmy Award untuk Outstanding Special Visual Effects.[112]
Karena efek visual menjadi lebih kompleks pada musim berikutnya (termasuk makhluk CGI, api, dan air), Pixomondo yang berbasis di Jerman ditetapkan sebagai produser efek visual utama; sembilan dari dua belas fasilitasnya berkontribusi pada proyek Game of Thrones musim kedua, terutama di Stuttgart.[119][120] Sejumlah adegan juga diproduksi oleh Peanut FX yang berbasis di Inggris, Spin VFX yang berbasis di Kanada, dan Gradient Effects yang berbasis di AS. "Valar Morghulis" dan "Valar Dohaeris" menghantarkan Pixomondo meraih Primetime Emmy Awards for Outstanding Special Visual Effects pada 2012 dan 2013.[112]
Pada musim keempat, HBO mengajak Mackevision yang berbasis di Jerman untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut.[121] Episode final musim keempat, "The Children", memenangkan Emmy Award for Visual Effects pada 2014. Perusahaan efek visual lainnya untuk musim keempat antara lain Rodeo FX yang berbasis di Kanada, Scanline VFX yang berbasis di Jerman, dan BAKED FX yang berbasis di AS. Gerakan otot dan sayap anak naga pada musim empat dan lima sebagian besar diproyeksikan dari gerakan ayam. Pixomondo membuat tim yang terdiri dari 22 hingga 30 orang yang berfokus hanya untuk memvisualisasikan naga Daenerys Targaryen, dengan waktu produksi rata-rata 20 hingga 22 minggu per musim.[122] Untuk musim kelima, HBO mengikutsertakan Image Engine yang berbasis di Kanada dan Crazy Horse Effects yang berbasis di AS ke daftar produser efek visual utamanya.[123][124]
Suara
Tidak seperti serial televisi kebanyakan, tim penyuaraan menerima potongan kasar film secara penuh dan memperlakukannya sebagai film layar lebar berdurasi sepuluh jam. Meskipun musim pertama dan kedua memiliki tim suara yang berbeda, satu tim telah ditunjuk untuk bertanggung jawab atas penyuaraan sejak musim ketiga.[125] Untuk bunyi percikan darah dan tusukan senjata, tim sering menggunakan chamois. Untuk jeritan naga, digunakan suara kura-kura dan lumba-lumba kawin, suara anjing laut, singa, dan suara burung.[126]
Sekuens judul
Sekuens judul serial ini diciptakan oleh studio produksi Elastic untuk HBO. Sutradara kreatif Angus Wall dan rekan-rekannya menerima Primetime Emmy Award untuk Main Title Design atas sekuensnya,[127] yang menggambarkan peta tiga dimensi dari dunia fiksi dalam serial ini. Peta ini diproyeksikan di bagian dalam sebuah bola yang secara terpusat diterangi oleh matahari kecil di sebuah bola armiler.[128] Saat kamera bergerak melintasi peta, dengan fokus pada lokasi peristiwa dalam episode terkait, mekanisme jarum jam berputar dan memungkinkan bangunan dan struktur lainnya muncul dari peta. Diselingi oleh musik tema, nama-nama pemeran utama dan staf kreatif muncul. Sekuens berakhir setelah kira-kira 90 detik, diikuti oleh antarjudul dan kredit pembuka singkat yang menampilkan penulis dan sutradara episode tersebut. Komposisinya berubah ketika cerita berlanjut, dengan lokasi baru menggantikan lokasi yang kurang penting atau kurang mencolok.[128][129][130]
Musik
Musik untuk serial ini digubah oleh Ramin Djawadi. Jalur suara musim pertama, ditulis kira-kira sepuluh minggu sebelum penayangan perdana,[131] dipublikasikan oleh Varèse Sarabande pada bulan Juni 2011.[132] Album jalur suara untuk musim berikutnya juga telah dirilis, dengan lagu-lagu yang dibawakan oleh the National, the Hold Steady, dan Sigur Rós.[133] Djawadi telah menggubah tema untuk masing-masing wangsa mayor dalam serial ini, dan juga untuk beberapa karakter utama.[134] Tema ini dapat berkembang seiring waktu, seperti tema untuk Daenerys Targaryen yang dimulai pelan dan kemudian menjadi lebih kuat pada musim berikutnya. Tema ini pertama kali dimulai dengan instrumen tunggal, sebuah cello, dan Djawadi kemudian memasukkan lebih banyak instrumen untuk tema ini.[134]
Bahasa
Karakter warga Westeros di Game of Thrones berbicara bahasa Inggris beraksen Britania, sering kali (tetapi tidak konsisten) menggunakan aksen Inggris yang sesuai dengan asal karakter di wilayah Westeros. Penduduk utara Eddard Stark berbicara dengan aksen utara, aksen asli aktor Sean Bean, dan warga selatan Lord Tywin Lannister berbicara dengan aksen selatan, sedangkan karakter dari Dorne menuturkan bahasa Inggris dengan aksen Spanyol.[135][136] Karakter asing yang tinggal di Westeros pada umumnya memiliki aksen non-Britania.[137]
Meskipun bahasa umum di Westeros adalah bahasa Inggris, produser menugaskan linguis David J. Peterson untuk menciptakan bahasa Dothraki dan Valyria berdasarkan beberapa kata dalam novel;[138] dialog bahasa Dothraki dan Valyria umumnya diberi subtitel dalam bahasa Inggris. Dilaporkan bahwa selama serial ini tayang, bahasa fiktif tersebut telah didengar oleh lebih banyak orang daripada gabungan bahasa Wales, Irlandia, dan Gaelik Skotlandia.[139]
Dampak terhadap lokasi
Game of Thrones didanai oleh Northern Ireland Screen, sebuah lembaga pemerintahan Britania Raya yang dibiayai oleh Invest NI dan Dana Pembangunan Regional Eropa.[140] Hingga April 2013[update], Northern Ireland Screen telah menghasilkan £9.25 juta ($14.37 juta) dari serial ini; menurut perkiraan pemerintah, hal ini menguntungkan perekonomian Irlandia Utara sebesar £65 juta ($100.95 juta).[141]
Tourism Ireland menyelenggarakan kampanye pemasaran bertema Game of Thrones yang mirip dengan iklan bertema Tolkien di Selandia Baru.[142][143] Invest NI dan Northern Ireland Tourist Board juga berharap serial ini bisa meningkatkan pendapatan pariwisata.[141] Menurut Arlene Foster, serial ini telah memberi Irlandia Utara publisitas yang paling non-politik di sepanjang sejarahnya.[144] Produksi Game of Thrones dan serial TV lainnya juga mendorong perkembangan industri kreatif di Irlandia Utara, berkontribusi terhadap pertumbuhan pekerjaan seni, hiburan, dan rekreasi sebesar 12,4 persen antara tahun 2008 dan 2013 (naik hampir 8 persen dari periode sebelumnya).[145] Pada bulan September 2018, setelah proses syuting selesai, HBO mengumumkan rencana untuk mengubah lokasi pengambilan gambar di Irlandia Utara menjadi tempat wisata yang akan dibuka pada tahun 2019.[146]
Organisasi pariwisata di tempat lain juga melaporkan terjadinya peningkatan pemesanan setelah lokasi mereka muncul dalam serial Game of Thrones. Pada 2012, pemesanan melalui LateRooms.com meningkat sebesar 28 persen di Dubrovnik dan meningkat 13 persen di Islandia. Pada tahun berikutnya, peningkatan pemesanan hingga dua kali lipat juga terjadi di di Ouarzazate, Maroko (lokasi adegan Daenerys pada musim ketiga).[147] Game of Thrones telah dikaitkan sebagai faktor signifikan yang menyebabkan ledakan pariwisata di Islandia yang memiliki dampak kuat terhadap perekonomiannya. Jumlah wisatawan meningkat 30% pada tahun 2015, dan meningkat 40% pada tahun berikutnya,[148] dengan angka akhir sebanyak 2,4 juta wisatawan diperkirakan mengunjungi Islandia pada tahun 2016, atau sekitar tujuh kali lipat dari jumlah penduduk di negara itu.[149] Tetapi, peningkatan pariwisata di Dubrovnik, dengan Game of Thrones dituding bertanggung jawab atas peningkatan tersebut, telah menyebabkan kekhawatiran atas "pariwisata yang berlebihan", dan pemerintah kota setempat memberlakukan pembatasan jumlah wisatawan di kota itu.[150][151]
Ketersediaan
Penayangan
Game of Thrones ditayangkan oleh HBO di Amerika Serikat dan oleh anak perusahaan lokal atau layanan televisi berbayar lainnya di berbagai negara, dengan jam tayang yang sama seperti di AS atau jeda berminggu-minggu (atau berbulan-bulan) kemudian. Di Tiongkok, serial ini ditayangkan oleh CCTV, dimulai pada 2014. Di negara tersebut, tayangan terlebih dahulu disunting untuk menghapus adegan seks dan kekerasan, sesuai dengan praktik pemerintah Tiongkok untuk menyensor serial televisi Barat dalam rangka mencegah "dampak negatif dan bahaya keamanan tersembunyi." Hal ini menimbulkan keluhan di kalangan penonton terkait adanya inkoherensi dari adegan yang ditayangkan.[152] Kanal dan jaringan TV yang menayangkan Game of Thrones di antaranya Showcase di Australia; HBO Canada, Super Écran, dan Showcase di Kanada; HBO Latin America di Amerika Latin; SoHo dan Prime di Selandia Baru, dan Sky Atlantic di Britania Raya dan Irlandia.[153]
Media rumah
Sepuluh episode musim pertama Game of Thrones telah dirilis dalam bentuk bokset DVD dan Blu-ray pada tanggal 6 Maret 2012. Bokset ini berisikan tambahan materi latar belakang dan adegan di belakang layar, tetapi tidak ada adegan yang dihapus, karena hampir semua cuplikan episode pada musim pertama telah ditayangkan.[154] Bokset ini terjual lebih dari 350.000 kopi pada minggu pertama setelah dirilis, penjualan DVD terbanyak pada minggu pertama untuk serial HBO, dan memecahkan rekor sebagai serial HBO dengan penjualan unduhan digital terbanyak.[155] Bokset edisi kolektor dirilis pada bulan November 2012, menggabungkan versi DVD dan Blu-ray musim pertama dengan episode pertama musim kedua. Sebuah pemberat kertas dalam bentuk telur naga juga disertakan dalam bokset.[156]
Bokset DVD-Blu-ray dan unduhan digital musim kedua mulai tersedia pada 19 Februari 2013.[157] Penjualan hari pertamanya memecahkan rekor HBO, dengan total 241.000 bokset terjual dan 355.000 episode diunduh.[158] Musim ketiga tersedia dalam bentuk unduhan digital di iTunes Store Australia, bersamaan dengan penayangan perdana di AS, dan dirilis dalam bentuk DVD dan Blu-ray di region 1 pada 18 Februari 2014.[159][160] Musim keempat dirilis dalam bentuk DVD dan Blu-ray pada 17 Februari 2015,[161] dan musim kelima pada 15 Maret 2016.[162] Musim keenam dirilis dalam Blu-ray dan DVD pada 15 November 2016.[163] Musim ketujuh dirilis dalam bentuk Blu-ray dan DVD pada 12 Desember 2007. Mulai tahun 2016, HBO mulai mengeluarkan set Steelbook Blu-ray yang memuat pilihan audio Dolby TrueHD 7.1 dan Dolby Atmos.[164] Pada tahun 2018, musim pertama dirilis dalam format 4K HDR pada Ultra HD Blu-ray.[165]
Pelanggaran hak cipta
Game of Thrones telah banyak dibajak, terutama di luar AS.[166] Menurut situs web berita berbagi berkas TorrentFreak, Game of Thrones menjadi serial televisi yang paling banyak dibajak sejak tahun 2012, yang berarti telah memegang rekor tersebut selama enam tahun berturut-turut.[167][168][169][170][171][172] Unduhan ilegal meningkat menjadi kira-kira tujuh juta pada kuartal pertama 2015, naik 45 persen dari 2014.[166] Sebuah episode yang tidak disebutkan judulnya diunduh sekitar 4.280.000 kali melalui pelacak BitTorrent publik pada 2012, kira-kira sama dengan jumlah penonton serialnya di HBO.[173][174] Tingkat pembajakan dilaporkan sangat tinggi di Australia,[175] dan Duta Besar AS untuk Australia Jeff Bleich mengeluarkan pernyataan yang mengutuk pembajakan serial tersebut di Australia pada 2013.[176]
Ketidaktersediaan serial ini selain di HBO dan afiliasinya[177] sebelum tahun 2015 dan biaya berlangganan untuk menikmati tayangan ini dituding sebagai penyebab distribusi ilegal serial ini. Menurut TorrentFreak, berlangganan Game of Thrones menghabiskan biaya hingga $25 per bulan di Amerika Serikat, £26 per episode di Inggris, dan $52 per episode di Australia.[178]
Untuk "memerangi pembajakan", HBO mengungkapkan pada 2013 bahwa mereka bermaksud membuat kontennya tersedia lebih luas dalam waktu seminggu setelah pemutaran perdana di AS (termasuk HBO Go).[179] Pada 2015, musim kelima disiarkan secara simultan di 170 negara dan untuk para pelanggan HBO Now.[166] Pada tanggal 11 April, sehari sebelum penayangan perdana musim kelima, salinan screener dari empat episode pertama musim kelima bocor ke sejumlah situs web berbagi berkas.[180] Dalam satu hari, berkas tersebut telah diunduh lebih dari 800.000 kali;[181] dan dalam satu minggu unduhan ilegal mencapai 32 juta. Untuk episode pilot musim kelima saja ("The Wars to Come") telah dibajak 13 juta kali.[182] Episode final musim kelima ("Mother's Mercy") adalah berkas yang paling banyak dibagikan secara bersamaan dalam sejarah protokol berbagi berkas BitTorrent, dengan lebih dari 250.000 unggahan serentak dan lebih dari 1,5 juta unduhan dalam waktu delapan jam.[183] Untuk musim keenam, HBO tidak mengirim screener ke media, untuk mencegah penyebaran salinan dan beberan cerita tanpa izin.[184]
Para pengamat, termasuk sutradara serial David Petrarca[185] dan Dirut Time Warner Jeff Bewkes, mengatakan bahwa pengunduhan ilegal tidak serta-merta merusak prospek serial; hal itu bisa dimanfaatkan sebagai "buzz" dan komentar sosial, dan tingkat pembajakan yang tinggi tidak secara signifikan diterjemahkan menjadi hilangnya pelanggan. Menurut Polygon, sikap santai HBO terhadap pembajakan dan berbagi kerahasiaan login merupakan strategi model "free-to-play" televisi premium.[186] Dalam debat Oxford Union 2015, pencipta serial David Benioff mengatakan bahwa ia senang orang-orang menonton serial tersebut; episode yang diunduh secara ilegal terkadang mendorong penonton untuk membeli salinan asli, terutama di negara-negara tempat Game of Thrones tidak ditayangkan di televisi. Rekannya, D. B. Weiss, memiliki perasaan campur aduk, mengatakan bahwa produksi serial ini berbiaya mahal dan "jika tidak menghasilkan uang kembali, maka tidak ada lagi produksi". Namun, ia senang karena begitu banyak orang-orang yang "sangat menikmati serial ini sehingga mereka tidak sabar untuk menontonnnya."[187] Pada tahun 2015, Guinness World Records menyebut Game of Thrones sebagai program televisi yang paling banyak dibajak.[188]
IMAX
Dimulai pada tanggal 23 Januari 2015, dua episode terakhir musim keempat ditayangkan di 205 bioskop IMAX di seluruh Amerika Serikat; Game of Thrones adalah serial televisi pertama yang ditayangkan dalam format ini.[189] Penayangan ini meraup pendapatan $686.000 di box office pada hari pembukaannya[190] dan total $1,5 juta pada akhir pekan pembukaannya,[191] penayangan selama seminggu meraup pendapatan sebesar $1.896.092.[192]
Penerimaan dan pencapaian
Game of Thrones sangat dinanti-nantikan oleh para penggemar sebelum penayangan perdana,[193][194] dan terbilang sukses secara kritis maupun komersial. Menurut The Guardian, Game of Thrones merupakan acara televisi yang "terbesar dan paling banyak dibicarakan di dunia" pada tahun 2014.[7]
Pengaruh budaya
Meskipun Game of Thrones dicemooh oleh beberapa kritikus,[7] kesuksesannya telah dihubung-hubungkan dengan peningkatan popularitas genre fantasi. Menjelang penayangan perdana musim kedua, menurut CNN, "setelah akhir pekan ini, Anda mungkin akan sulit menemukan seseorang yang bukan penggemar fantasi epik", dan mengutip pernyataan Ian Bogost, yang menyatakan bahwa serial ini melanjutkan tren adaptasi layar yang sukses sejak trilogi film The Lord of the Rings dan seri film Harry Potter berhasil membangun fantasi sebagai genre pasar massal; film-film tersebut adalah "obat kecanduan bagi budaya penggemar fantasi".[195] Keberhasilan serial ini menyebabkan sejumlah seri fantasi diadaptasi kembali ke layar kaca, termasuk penceritaan ulang Lord of the Rings oleh Amazon Studios.[196] Menurut Neil Gaiman, yang karyanya Good Omens dan American Gods diadaptasi menjadi serial TV, Game of Thrones memang membantu mengubah sikap terhadap eksistensi genre fantasi di televisi, tetapi yang terpenting serial ini menyebabkan anggaran besar untuk serial fantasi lebih dapat diterima.[7][197]
Popularitas serial ini meningkatkan penjualan novel-novel A Song of Ice and Fire (diterbitkan ulang dalam edisi serial TV), yang tetap bertengger di puncak daftar buku terlaris selama berbulan-bulan. Menurut The Daily Beast, Game of Thrones menjadi favorit penulis komsit dan serial tersebut telah dirujuk dalam serial TV lainnya.[198] Bersama serial fantasi lain, Game of Thrones diduga menjadi penyebab peningkatan pembelian (dan pengabaian) anjing huski dan anjing mirip serigala lainnya.[199]
Game of Thrones telah menjadi kosakata populer. Adegan pada musim pertama ketika Petyr Baelish menjelaskan motifnya sementara para PSK berhubungan seks di latar belakang memunculkan kata "sexposition" untuk memberikan makna "eksposisi" yang diselingi seks dan ketelanjangan.[200] "Dothraki", penunggang kuda nomaden dalam serial ini, menduduki peringkat keempat dalam daftar kata dari acara televisi yang paling sering digunakan di internet (Global Language Monitor).[201] Pada 2012, media menggunakan istilah "Game of Thrones" sebagai kiasan atau perbandingan atas situasi konflik dan perselisihan yang intens, seperti politik layanan kesehatan AS,[202] Perang Saudara Suriah,[203] dan pengusiran Bo Xilai oleh Pemerintah Tiongkok.[204]
Pada tahun 2019, penyanyi dan penulis lagu Taylor Swift mengungkapkan kepada Entertainment Weekly bahwa beberapa lagu pada album Reputation (2017) terinspirasi oleh sejumlah karakter dan plot dalam Game of Thrones.[205] "Khaleesi" lebih populer sebagai nama untuk bayi perempuan di Amerika Serikat. Dalam novel dan serial TV, "khaleesi" bukanlah nama, melainkan gelar istri seorang khal (panglima perang) dalam bahasa Dothraki, yang dipegang oleh Daenerys Targaryen.[206]
Game of Thrones juga menjadi subjek berbagai penyelidikan ilmiah.[207][208][209] Pada tahun 2016, para peneliti menerbitkan sebuah makalah yang menganalisis sentimen emosional dalam wacana publik daring terkait alur cerita yang berlangsung di sepanjang musim keempat.[207] Analisis ini bertujuan agar penonton dapat membedakan diskusi mengenai alur cerita sebuah episode berdasarkan kritik media atau penilaian kinerja aktor tertentu. Pada 2018, ilmuwan Australia melakukan analisis survival dan memeriksa tingkat kematian pada 330 karakter penting selama tujuh musim pertama Game of Thrones.[209] Pada 2019, Palang Merah Australia melakukan penelitian menggunakan hukum hak asasi manusia internasional untuk menentukan karakter Game of Thrones mana yang melakukan kejahatan perang paling banyak selama tujuh musim pertama.[210]
Tanggapan kritis
Umum
Musim | Tanggapan kritis | ||
---|---|---|---|
Rotten Tomatoes | Metacritic | ||
1 | 91% (38 ulasan)[211] | 80 (28 ulasan)[212] | |
2 | 96% (37 ulasan)[213] | 90 (26 ulasan)[214] | |
3 | 96% (44 ulasan)[215] | 91 (25 ulasan)[216] | |
4 | 97% (44 ulasan)[217] | 94 (29 ulasan)[218] | |
5 | 93% (50 ulasan)[219] | 91 (29 ulasan)[220] | |
6 | 94% (34 ulasan)[221] | 73 (9 ulasan)[222] | |
7 | 93% (51 ulasan)[223] | 77 (12 ulasan)[224] | |
8 | 58% (10 ulasan)[225] | 74 (12 ulasan)[226] |
Game of Thrones, khususnya tujuh musim pertama, menerima ulasan positif, meskipun banyaknya penggambaran ketelanjangan dan kekerasan dalam serial ini juga dikritik. Musim-musimnya telah muncul pada daftar tahunan "terbaik" yang diterbitkan oleh The Washington Post (2011), Time (2011 dan 2012) dan The Hollywood Reporter (2012).[227][228][229]
Penampilan para pemainnya banyak dipuji. Akting Peter Dinklage sebagai Tyrion yang "memesona, ambigu secara moral, dan sadar diri,"[230] sangat dielu-elukan, yang menghantarkannya meraih penghargaan Emmy dan Golden Globe. "Dalam banyak hal, Game of Thrones milik Dinklage", tulis Mary McNamara dari Los Angeles Times sebelum Tyrion menjadi tokoh sentral dalam serial ini di musim kedua.[231][232] Beberapa kritikus juga menyoroti penampilan beberapa aktris[231] dan pemeran cilik.[233] Maisie Williams yang berusia empat belas tahun, mengawali debut aktingnya pada musim pertama sebagai Arya Stark, dipuji atas aktingnya pada musim kedua bersama aktor veteran Charles Dance (Tywin Lannister).[234] Stephen Dillane menerima ulasan positif atas penampilannya sebagai Stannis Baratheon, terutama di musim kelima; salah seorang kritikus menyatakan "Apakah Anda menyukai Stannis atau tidak, Anda harus mengakui bahwa Stephen Dillane memberikan penampilan yang monumental pada musim ini."[235]
Serial ini memiliki rating 89 persen pada Rotten Tomatoes.[215]
Pengulas untuk musim pertama mengatakan serial ini memiliki nilai produksi yang tinggi, dunia yang sepenuhnya terwujud dan penokohan yang menarik.[236] Menurut Variety, "Mungkin tidak ada acara TV yang lebih menguntungkan bagi jaringannya daripada 'Game of Thrones' bagi HBO. Diproduksi sepenuhnya oleh televisi berbayar dan menjadi fenomena global hanya dengan satu musim, untaian fantasi adalah taruhan yang telah dibayar dengan mahal."[237] Musim kedua juga diterima dengan baik. Entertainment Weekly memuji ceritanya yang "jelas, vital, dan menyenangkan"[238] dan, menurut The Hollywood Reporter, serial ini memiliki "alasan kuat untuk menjadi salah satu serial TV terbaik"; keseriusannya menjadikannya satu-satunya drama yang sebanding dengan Mad Men atau Breaking Bad.[239] The New York Times memberikan serial ini ulasan negatif; mengkritik jumlah karakternya, kurangnya kompleksitas, dan plot yang berkelok-kelok.[240]
Musim ketiga diterima dengan sangat baik oleh para kritikus, dengan Metacritic memberikan skor 91 dari 100 (menciptakan "pengakuan universal").[216] Musim keempat juga dipuji; Metacritic memberikan skor 94 dari 100 berdasarkan 29 ulasan, yang sekali lagi berpendapat serial ini telah menunjukkan "pengakuan universal".[218] Musim kelima juga diterima dengan baik oleh para kritikus dan memperoleh skor 91 dari 100 (berdasarkan 29 ulasan) di Metacritic.[220] Musim keenam dipuji oleh para kritikus, meskipun tidak setinggi musim pendahulunya. Musim ini memiliki skor 73 di Metacritic (berdasarkan sembilan ulasan), dengan "ulasan yang umumnya baik."[222] Musim ketujuh mendapat skor 77 dari 100 (berdasarkan 12 ulasan) dan dipuji karena urutan aksinya dan karakter sentral yang terfokus,[224] tetapi menerima kritik negatif karena alur yang sangat cepat dan pengembangan plot yang "menentang logika."[223][241]
Darren Franich dari Entertainment Weekly memberi serial ini rating 'B', yang menyatakan bahwa serial ini sangat "oke", dengan "momen transenden" dan "fase menyedihkan", serial ini "cukup dicintai untuk dikritik oleh semua orang karena sesuatu". Franich menggambarkan musim 3 dan 4 "tak terbendung", musim 6 yang berakhir dengan "satu dua pukulan", sedangkan musim 7 dan 8 "sama saja".[242]
Seks dan kekerasan
Terlepas dari sambutannya yang antusias dari para kritikus, beberapa pihak mengkritik serial ini karena banyaknya ketelanjangan wanita, kekerasan, dan kekerasan seksual yang digambarkannya, dan atas cara bagaimana tema-tema ini digambarkan. The Atlantic menyebut serial ini memiliki "kecenderungan untuk meningkatkan kegiatan seks, kekerasan, dan—terutama—kekerasan seksual".[243] George R. R. Martin menanggapi bahwa ia merasa berkewajiban untuk jujur mengenai sejarah dan sifat manusia, dan pemerkosaan dan kekerasan seksual adalah hal biasa dalam perang; dan menghilangkan hal tersebut dari narasi merupakan suatu kesalahan dan merusak salah satu tema novel, yaitu realisme historisnya.[12] HBO mengatakan bahwa mereka "sepenuhnya mendukung visi dan karya seni luar biasa Dan dan David dan kami merasa karya ini berbicara untuk dirinya sendiri."[12]
Jumlah adegan seks dan ketelanjangan pada serial ini, terutama dalam adegan yang berhubungan dengan plot, menjadi fokus dari banyak kritik yang ditujukan pada serial ini di musim pertama dan kedua. Stephen Dillane, yang memerankan Stannis Baratheon, menyamakan adegan eksplisit serial ini dengan "pornografi Jerman tahun 1970-an".[244] Charlie Jane Anders menulis di io9 bahwa jika musim pertama penuh dengan "seksposisi" yang ringan, musim kedua tampaknya fokus pada seks yang tidak menyenangkan, eksploitatif, dan tidak manusiawi, dengan sedikit konten informatif.[245]
Menurut Anna Holmes dari The Washington Post, adegan telanjang tampaknya ditujukan terutama sekali untuk merangsang pria heteroseksual, yang membuat adegan ini mengabaikan penonton lain.[246] Maureen Ryan dari The Huffington Post juga menulis bahwa sebagian besar adegan Game of Thrones menampilkan wanita telanjang, bukannya pria, dan pengunjukan "payudara" yang berlebihan melemahkan aspirasi apa pun yang mungkin dimiliki serial ini untuk mengatasi penindasan wanita dalam masyarakat feodal.[247] Saturday Night Live memarodikan aspek adaptasi ini dalam sebuah sketsa yang menggambarkan serial tersebut sebagai penghalang seorang bocah lelaki berusia 13 tahun menjadi konsultan yang perhatian utamanya adalah melihat payudara sebanyak mungkin.[245][248]
Pada musim ketiga, yang mengisahkan Theon Greyjoy disiksa dan akhirnya dikebiri, serial ini dikritik karena menampilkan penyiksaan secara brutal.[249] Majalah New York menyebut adegan tersebut dengan "pornografi penyiksaan."[250] Madeleine Davies dari Jezebel setuju dengan pendapat tersebut, mengatakan, "bukan hal yang aneh jika Game of Thrones dituding menggambarkan pornografi penyiksaan—kekerasan yang tidak beralasan, objektifikasi yang dikombinasikan dengan pencitraan seksual yang tidak masuk akal." Menurut Davies, meskipun kekerasan dalam serial ini menyesuaikan dengan tujuan narasi, penyiksaan Theon dalam "The Bear and the Maiden Fair" terlalu berlebihan.[251]
Sebuah adegan dalam musim keempat episode "Breaker of Chains", ketika Jaime Lannister memerkosa saudara perempuan dan kekasihnya Cersei, memicu diskusi publik yang luas mengenai penggambaran kekerasan seksual terhadap wanita dalam serial ini. Menurut Dave Itzkoff dari The New York Times, adegan tersebut menimbulkan kemarahan, sebagian disebabkan oleh komentar sutradara Alex Graves yang menyatakan bahwa adegan tersebut akan menjadi "konsensual pada akhirnya". Itzkoff juga menulis bahwa para kritikus khawatir "pemerkosaan telah jadi begitu meresap dalam drama sehingga hanya menjadi kebisingan latar belakang: kejadian rutin dan tidak mengejutkan".[12] Sonia Saraiya dari The A.V. Club menulis bahwa merupakan suatu pilihan untuk memerankan aksi seksual ini, serupa dengan adegan Daenerys Targaryen dan Khal Drogo pada musim pertama—keduanya digambarkan konsensual dalam novel-novel sumber—ketika pemerkosaan tampaknya merupakan tindakan "eksploitasi untuk nilai kejutan."[252]
Pada episode musim kelima "Unbowed, Unbent, Unbroken", Sansa Stark diperkosa oleh Ramsay Bolton. Sebagian pengulas, termasuk dari Vanity Fair, Salon, The Atlantic, dan The Daily Beast, menganggap adegan tersebut serampangan dan secara artistik tidak diperlukan.[243][253][254][255] Sebagai contoh, Joanna Robinson, menulis untuk Vanity Fair, mengatakan bahwa adegan tersebut "melemahkan semua agensi yang telah tumbuh pada Sansa sejak akhir musim lalu."[256] Sebaliknya, Sara Stewart dari New York Post bertanya-tanya mengapa penonton tidak sekesal itu ketika banyak latar belakang dan karakter minor yang telah mengalami perlakuan yang sama atau lebih buruk.[257] Menanggapi adegan tersebut, situs web budaya pop The Mary Sue mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan peliputan terhadap serial tersebut karena penggambaran adegan pemerkosaan yang berulang-ulang sebagai alat plot,[258] dan Senator AS Claire McCaskill mengatakan ia tidak akan lagi menontonnya.[259]
Ketika musim keenam dan ketujuh menceritakan Daenerys, Sansa, dan Cersei memiliki posisi berkuasa, Alyssa Rosenberg dari The Washington Post menulis bahwa serial ini dapat dilihat sebagai "fantasi balas dendam berkepanjangan atas apa yang terjadi ketika wanita yang telah mengalami kebrutalan dan pemerkosaan mendapatkan kekuatan"—masa lalu menjadikan mereka terlalu hancur untuk melakukan tindakan apa pun selain melakukan tindakan brutal, dan kebebasan pribadi mereka tidak memengaruhi perubahan sosial yang diperlukan untuk melindungi orang lain dari penderitaan.[260] Majalah Time melaporkan sebelum musim ketujuh bahwa "meskipun Benioff dan Weiss tidak mengakuinya, acaranya telah berubah. Adegan ketika eksposisi disampaikan pada satu rumah bordil atau yang lain, misalnya, telah dikupas kembali."[261]
Masalah pencahayaan
Pencahayaan, atau kurangnya pencahayaan, dalam adegan-adegan yang lebih gelap telah menjadi poin kritik yang berulang sejak musim keenam serial ini.[262][263][264][265] Pada 2016, Caitlyn Callegari dari Bustle mencatat 31 contoh adegan ketika pencahayaan menimbulkan masalah bagi penonton, mulai dari tidak bisa membedakan warna rambut karakter hingga tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi.[266] Beberapa pengulas menulis bahwa hal ini merupakan bagian dari tren yang lebih luas[267] di kalangan program-program yang dibuat oleh orang-orang yang memiliki pengalaman bekerja terutama di bidang perfilman, menunjukkan bahwa mereka "belum memahami nuansa (atau kekurangan)" televisi sebagai media, terutama perbedaan antara menonton adegan di layar televisi dengan menontonnya di layar lebar bioskop.[268]
Dalam sebuah wawancara pada tahun 2017, Robert McLachlan, seorang sinematografer yang bekerja untuk serial tersebut, menjelaskan kurangnya pencahayaan sebagai pilihan artistik: "kami berusaha untuk senatural mungkin."[269][270] Kritik mencapai titik tertinggi pada "The Long Night", episode ketiga musim 8.[271][272] Beberapa menit setelah episode tersebut tayang, penonton menulis di situs media sosial seperti Twitter untuk mengungkapkan ketidakpuasan mereka mengenai fakta bahwa mereka mengalami kesulitan besar dalam menonton pertempuran dan mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi.[273][274][275][276]
Fandom
A Song of Ice and Fire dan Game of Thrones memiliki basis penggemar internasional yang luas dan aktif. Pada 2012, Vulture.com menobatkan penggemar serial ini sebagai penggemar yang paling setia dalam budaya populer, lebih setia dari penggemar Lady Gaga, Justin Bieber, Harry Potter atau Star Wars.[277] Penggemarnya juga mencakup para pemimpin politik seperti mantan presiden AS Barack Obama,[278][279] mantan perdana menteri Britania Raya David Cameron,[280] mantan perdana menteri Australia Julia Gillard,[281][282] dan menteri luar negeri Belanda Frans Timmermans, yang membingkai politik Eropa dalam kutipan-kutipan dari novel Martin dalam pidatonya tahun 2013.[283]
BBC News melaporkan pada 2013 bahwa "gairah dan kesetiaan ekstrem dari para penggemar" telah menciptakan fenomena yang tidak tertandingi oleh serial TV populer lainnya, memanifestasikan dirinya dalam fiksi penggemar,[284] burlesque bertema Game of Thrones rutin diterbitkan, dan para orang tua menamai anak-anak mereka menurut karakter dalam serial; kritikus mengaitkan keberhasilan ini dengan detail yang kaya, ambiguitas moral, kegamblangan seksual, dan skala epik serial dan novel.[285] Tahun sebelumnya, "Arya" adalah nama anak perempuan yang peringkatnya naik paling cepat di AS setelah melonjak popularitasnya dari posisi 711 ke 413.[286]
Hingga 2013[update], sekitar 58 persen penonton serial ini adalah pria dan 42 persen wanita, dan rata-rata penonton pria berusia 41 tahun.[287][288] Menurut direktur pemasaran SBS Broadcasting Group, Helen Kellie, Game of Thrones memiliki tingkat keterlibatan penggemar yang tinggi; 5,5 persen dari 2,9 juta penggemar di Facebook membicarakan serial ini secara daring pada tahun 2012, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan 1,8 persen dari sepuluh juta lebih penggemar True Blood (serial fantasi HBO lainnya).[289] Vulture.com menulis Westeros.org dan WinterIsComing.net (forum berita dan diskusi), ToweroftheHand.com (mengelola pembacaan komunal novel) dan Podcastoficeandfire.com sebagai situs penggemar yang didedikasikan untuk serial TV dan novel-novel;[277] dan siniar Game of Thrones.[290]
Penghargaan dan pengakuan
Game of Thrones telah memenangkan banyak penghargaan sejak debutnya sebagai serial TV, termasuk 47 Primetime Emmy Awards,[112] 5 Screen Actors Guild Award, dan sebuah Peabody Award.[291] Serial ini memegang rekor penghargaan Emmy untuk serial televisi bernaskah, mengungguli Frasier (yang menerima 37).[292] Pada 2013, Writers Guild of America menempatkan Game of Thrones sebagai serial dengan "penulisan terbaik" ke-40 dalam sejarah televisi.[293] Pada 2015, The Hollywood Reporter menempatkan serial ini di posisi empat dalam daftar "acara TV terbaik sepanjang masa",[294] sedangkan pada 2016, serial ini menduduki peringkat tujuh dalam daftar "50 acara TV terbaik sepanjang masa" Empire.[295] Pada tahun yang sama, Rolling Stone menobatkan Game of Thrones sebagai "acara TV terhebat sepanjang masa" peringkat dua belas.[296]
Musim pertama pada tahun 2011 menerima 13 nominasi Emmy (termasuk Outstanding Drama Series), dan memenangkan Outstanding Supporting Actor in a Drama Series (diberikan kepada Peter Dinklage atas perannya sebagai Tyrion Lannister) dan Outstanding Main Title Design. Nominasi lainnya meliputi Outstanding Directing ("Winter Is Coming") dan Outstanding Writing ("Baelor").[112] Dinklage juga dinobatkan sebagai Aktor Pendukung Terbaik oleh Golden Globe, Satellite dan Scream Awards.[297][298][299]
Pada 2012, musim kedua menerima enam Emmy Awards dari 11 nominasi, termasuk Outstanding Drama Series dan Outstanding Supporting Actor in a Drama Series (Dinklage).[112]
Pada 2013, musim ketiga menerima 16 nominasi Emmy, termasuk Outstanding Drama Series, Outstanding Supporting Actor in a Drama Series (Dinklage), Outstanding Supporting Actress in a Drama Series (Emilia Clarke), Outstanding Guest Actress in a Drama Series (Diana Rigg) dan Outstanding Writing ("The Rains of Castamere"), dan memenangkan dua penghargaan Creative Arts Emmys.[112]
Pada 2014, musim keempat menerima empat dari 19 nominasi Emmy, termasuk Outstanding Drama Series, Outstanding Supporting Actor in a Drama Series (Dinklage), Outstanding Supporting Actress in a Drama Series (Lena Headey), Outstanding Guest Actress in a Drama Series (Rigg), Outstanding Directing ("The Watchers on the Wall") dan Outstanding Writing ("The Children").[112]
Musim kelima pada 2015 memenangkan Primetime Emmy Awards paling banyak untuk serial TV pada tahun tersebut (12 penghargaan dari 24 nominasi), termasuk Outstanding Drama Series; kemenangan lainnya di antaranya Outstanding Supporting Actor in a Drama Series (Dinklage), Outstanding Directing ("Mother's Mercy") dan Outstanding Writing ("Mother's Mercy"), dan delapan Creative Arts Emmy Awards.[300]
Pada 2016, musim keenam menerima nominasi terbanyak pada Primetime Emmy Awards ke-68 (23). Serial ini memenangkan Outstanding Drama Series, Outstanding Directing ("Battle of the Bastards"), Outstanding Writing ("Battle of the Bastards"), dan sembilan Creative Arts Emmys. Nominasi yang diterima termasuk Outstanding Supporting Actor in a Drama Series (Dinklage dan Kit Harington), Outstanding Supporting Actress in a Drama Series (Clarke, Headey dan Maisie Williams), Outstanding Guest Actor in a Drama Series (Max von Sydow) dan Outstanding Directing ("The Door").[301]
Pada 2018, musim ketujuh menerima nominasi terbanyak pada Primetime Emmy Awards ke-70 (22).[302] Game of Thrones memenangkan penghargaan Outstanding Drama Series, Outstanding Supporting Actor in a Drama Series (Peter Dinklage), dan tujuh Creative Arts Emmys.[303] Nominasi meliputi Outstanding Supporting Actress in a Drama Series (Lena Headey), Outstanding Supporting Actor in a Drama Series (Nikolaj Coster-Waldau), Outstanding Guest Actress in a Drama Series (Diana Rigg), Outstanding Writing for a Drama Series (David Benioff dan D. B. Weiss untuk "The Dragon and the Wolf"), dan Outstanding Directing for a Drama Series (Jeremy Podeswa untuk "The Dragon and the Wolf" dan Alan Taylor untuk "Beyond the Wall").[304]
Jumlah penonton
Musim pertama mencatatkan rata-rata 2,5 juta penonton untuk penayangan pada Minggu malam pertama dan penonton bruto (termasuk penayangan ulang dan berdasarkan permintaan) dari 9,3 juta penonton per episode.[305] Untuk musim kedua, serial ini memiliki rata-rata penonton 11,6 juta.[306] Musim ketiga ditonton oleh 14,2 juta pemirsa, menjadikan Game of Thrones sebagai serial HBO yang paling banyak ditonton (setelah The Sopranos).[307][308] Untuk musim keempat, HBO mengatakan bahwa rata-rata penonton bruto adalah 18,4 juta (kemudian disesuaikan menjadi 18,6 juta), melampaui rekor The Sopranos.[309][310]
Pada musim keenam, rata-rata angka tontonan kotor per episode meningkat menjadi lebih dari 25 juta, dengan hampir 40 persen pemirsa menonton di platform digital HBO.[311] Pada tahun 2016, sebuah kajian di New York Times mengenai 50 acara TV yang paling banyak disukai di Facebook menemukan bahwa Game of Thrones "jauh lebih populer di perkotaan daripada di perdesaan."[312] Pada musim tujuh, jumlah penonton rata-rata telah meningkat menjadi 32,8 juta per episode di semua platform.[313][314]
Serial ini mencatatkan rekor pada saluran televisi berbayar di Britania Raya (dengan rata-rata penonton tahun 2016 lebih dari lima juta di semua platform)[315] dan di Australia (dengan rata-rata penonton kumulatif 1,2 juta).[316]
Musim | Ep. 1 | Ep. 2 | Ep. 3 | Ep. 4 | Ep. 5 | Ep. 6 | Ep. 7 | Ep. 8 | Ep. 9 | Ep. 10 | Rata-rata | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | 2.22 | 2.20 | 2.44 | 2.45 | 2.58 | 2.44 | 2.40 | 2.72 | 2.66 | 3.04 | 2.52 | |
2 | 3.86 | 3.76 | 3.77 | 3.65 | 3.90 | 3.88 | 3.69 | 3.86 | 3.38 | 4.20 | 3.80 | |
3 | 4.37 | 4.27 | 4.72 | 4.87 | 5.35 | 5.50 | 4.84 | 5.13 | 5.22 | 5.39 | 4.97 | |
4 | 6.64 | 6.31 | 6.59 | 6.95 | 7.16 | 6.40 | 7.20 | 7.17 | 6.95 | 7.09 | 6.84 | |
5 | 8.00 | 6.81 | 6.71 | 6.82 | 6.56 | 6.24 | 5.40 | 7.01 | 7.14 | 8.11 | 6.88 | |
6 | 7.94 | 7.29 | 7.28 | 7.82 | 7.89 | 6.71 | 7.80 | 7.60 | 7.66 | 8.89 | 7.69 | |
7 | 10.11 | 9.27 | 9.25 | 10.17 | 10.72 | 10.24 | 12.07 | N/A | 10.26 | |||
8 | 11.76 | 10.29 | 12.02 | 11.80 | 12.48 | 13.61 | N/A | 11.99 |
Media dan produk lainnya
Permainan video
Serial ini telah menginspirasi beberapa permainan video yang berdasarkan pada serial TV dan novel. Permainan strategi Game of Thrones Ascent terkait dengan serial HBO, menyediakan karakter dan pengaturan bagi para pemain persis seperti saat muncul di televisi.[318] Behaviour Interactive mengembangkan permainan strategi gratis yang diadaptasi dari serial ini untuk perangkat seluler.[319] Reigns: Game of Thrones, sebuah sempalan seri permainan video strategi Reigns, dikembangkan oleh Nerial, dipublikasikan oleh Devolver Digital, dan dirilis pada bulan Oktober 2018.[320]
Pernak-pernik dan pameran
HBO telah melisensikan berbagai pernak-pernik bertema Game of Thrones, termasuk permainan, senjata replika dan baju besi, perhiasan, boneka bobblehead produksi Funko, bir produksi Ommegang, dan pakaian.[321] Pernak-pernik mewah mencakup sebuah arloji mewah Ulysse Nardin seharga $10,500[322] dan replika resin Iron Throne.[323] Pada tahun 2013 dan 2014, diselenggarakan pameran keliling yang menampilkan kostum, alat peraga, baju besi dan senjata dari serial ini, yang telah mengunjungi kota-kota besar di Eropa dan Amerika.[324]
Materi pendamping
Thronecast: The Official Guide to Game of Thrones, serangkaian siniar yang dibawakan oleh Geoff Lloyd dan diproduksi oleh Koink, dirilis di situs web Sky Atlantic dan toko iTunes Britania Raya selama serial ini tayang; siniar baru, yang dilengkapi analisis dan wawancara, dirilis setelah penayangan setiap episode.[325] Pada 2014 dan 2015, HBO memublikasikan Catch the Throne, dua album rap yang terkait dengan serial ini.[326][327]
Sebuah buku pendamping, Inside HBO's Game of Thrones (ISBN 978-1-4521-1010-3) karangan penulis serial Bryan Cogman, diterbitkan pada 27 September 2012. Buku setebal 192 halaman tersebut diilustrasikan dengan seni konsep dan foto-foto di belakang layar, merangkum penciptaan dua musim pertama serial dan karakter serta keluarga utamanya.[328]
After the Thrones adalah siaran langsung pascaacara yang dibawakan oleh Andy Greenwald dan Chris Ryan mendiskusikan tiap episode Game of Thrones. Acara ini mengudara di HBO Now tiap Senin setelah penayangan episode musim keenam.[329] Game of Thrones Live Concert Experience, tur orkestra di 28 kota di Amerika Utara yang menyuguhkan lagu-lagu jalur suara serial ini bersama komposer Ramin Djawadi, dimulai pada Februari 2017 dan berakhir pada April 2017.[330][331] Tur kedua berlangsung pada tahun 2018 di kota-kota di Eropa dan Amerika Utara.[332]
Set Blu-ray dan DVD setiap musim memuat beberapa sekuens animasi pendek yang dinarasikan oleh para pemain sesuai karakter mereka dengan menceritakan peristiwa dalam sejarah Westeros.[333] Untuk musim ketujuh, sekuens ini dirangkum dalam serial animasi prekuel Game of Thrones: Conquest & Rebellion, yang diilustrasikan dalam gaya animasi yang berbeda dari video sebelumnya. Serial animasi ini berfokus pada penaklukan Aegon Targaryen atas Seven Kingdoms di Westeros.[334]
Serial penerus
Pada bulan Mei 2017, setelah bertahun-tahun berspekulasi tentang kemungkinan serial penerus, HBO menugaskan Max Borenstein, Jane Goldman, Brian Helgeland, Carly Wray, and Bryan Cogman[335] untuk mengembangkan serial individual penerus Game of Thrones; semua penulis skrip harus bekerja secara individual dengan George R. R. Martin, yang juga ikut menulis dua skrip.[336] D. B. Weiss dan David Benioff mengatakan bahwa mereka tidak akan terlibat dalam proyek ini.[337]
Martin mengungkapkan bahwa konsep serial penerus yang sedang dibahas adalah prekuel, meskipun ia percaya bahwa istilah "acara penerus" lebih baik digunakan untuk menyebut proyek-proyek ini, karena serial ini bukan sempalan Game of Thrones dalam arti tradisional. Ia menetapkan Pemberontakan Robert (penggulingan ayah Daenerys oleh Robert Baratheon) sebagai kemungkinan ide dan mengungkapkan bahwa beberapa alur mungkin terjadi di luar Westeros.[338] Kemudian, ia menyatakan: "setidaknya dua dari ide ini secara solid didasarkan pada materi dalam Fire and Blood."[339]
Pada 8 Juni 2018, HBO menunjuk pilot untuk menggarap serial prekuel Game of Thrones, mulai dari Goldman sebagai showrunner dan Martin sebagai ko-kreator.[340] Prekuel yang diceritakan akan berlangsung pada Age of Heroes, periode yang dimulai kira-kira 10.000 tahun sebelum peristiwa Game of Thrones. Peristiwa penting yang terjadi pada periode tersebut di antaranya terbentuknya wangsa-wangsa berpengaruh, Long Night ketika White Walkers pertama kali singgah ke Westeros, dan Invasi Andal ketika bangsa Andal menyerbu dari Essos dan menaklukkan sebagian besar Westeros.[341] Dalam tulisannya di sebuah blog pada bulan Juni 2018, Martin menyarankan The Long Night sebagai judul untuk serial yang akan datang.[342]
Pada 13 Mei 2019, dilaporkan bahwa serial tersebut sudah mulai syuting di Belfast, dengan judul kerja Bloodmoon.[343] S. J. Clarkson diumumkan sebagai sutradara dan produser eksekutif episode pilot,[344] sedangkan Naomi Watts dipilih sebagai pemeran utama wanita memerankan "seorang sosialita karismatik yang menyembunyikan rahasia gelap."[345] Pemeran reguler serial ini meliputi Josh Whitehouse, Toby Regbo, Ivanno Jeremiah, Georgie Henley, Naomi Ackie, Denise Gough, Jamie Campbell Bower, Sheila Atim, Alex Sharp, Miranda Richardson, Marquis Rodriguez, John Simm, Richard McCabe, John Heffernan, dan Dixie Egerickx.[346]
Mengenai empat proyek lainnya, presiden pemrograman HBO Casey Bloys mengatakan bahwa beberapa proyek telah ditinggalkan sepenuhnya, sedangkan sisanya kemungkinan tetap dilanjutkan sebagai serial penerus.[347] Pada April 2019, Cogman mengonfirmasi bahwa produksi prekuel tidak ada kemajuan, mengatakan bahwa prekuel tersebut "tidak terjadi dan tidak akan terjadi. HBO memutuskan untuk bergerak dengan cara berbeda."[348] Pada Mei 2019, Martin mengatakan bahwa dua proyek lainnya masih dalam tahap pembuatan skrip, tetapi "semakin mendekati".[349]
Referensi
- ^ McGloin, Catherine (July 11, 2017). "Winter is here: 44 Game of Thrones locations in pictures". Skyscanner. Diakses tanggal October 16, 2018.
- ^ a b c d Fleming, Michael (January 16, 2007). "HBO turns 'Fire' into fantasy series". Variety. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 16, 2012. Diakses tanggal March 2, 2010.
- ^ Cogman, Bryan (November 6, 2014). Inside HBO's Game of Thrones. Orion. hlm. 4. ISBN 978-1-4732-1040-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 6, 2016. Diakses tanggal November 6, 2016.
- ^ a b c d Martin, George R. R. (July 16, 2010). "From HBO". Not a Blog. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 7, 2016. Diakses tanggal March 14, 2013.
- ^ Kachka, Boris (May 18, 2008). "Dungeon Master: David Benioff". New York. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 3, 2016. Diakses tanggal March 13, 2013.
- ^ O'Connell, Michael (May 22, 2012). "'Game of Thrones' Topped by 'Spartacus: Vengeance' as TV's Deadliest Series". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 29, 2016. Diakses tanggal May 23, 2012.
- ^ a b c d Hughes, Sarah (March 22, 2014). "'Sopranos meets Middle-earth': how Game of Thrones took over our world". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 20, 2016. Diakses tanggal March 22, 2014.
- ^ Orr, David (August 12, 2011). "Dragons Ascendant: George R. R. Martin and the Rise of Fantasy". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 28, 2013. Diakses tanggal August 22, 2016.
- ^ Richards, Linda (January 2001). "January interview: George R.R. Martin". January Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 4, 2012. Diakses tanggal August 22, 2016.
- ^ Itzkoff, Dave (April 1, 2011). "His Beautiful Dark Twisted Fantasy: George R. R. Martin Talks Game of Thrones". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 2, 2011. Diakses tanggal August 22, 2016.
- ^ a b c d Cogman, Bryan (November 6, 2014). Inside HBO's Game of Thrones. Orion. hlm. 7. ISBN 978-1-4732-1040-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 6, 2016. Diakses tanggal November 6, 2016.
- ^ a b c d Itzkoff, Dave (May 2, 2014). "For 'Game of Thrones,' Rising Unease Over Rape's Recurring Role". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 4, 2014.
- ^ Gevers, Nick (December 2000). "Sunsets of High Renown – An Interview with George R. R. Martin". Infinity Plus. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 4, 2012. Diakses tanggal August 22, 2016.
- ^ "The battle between good and evil reigns – Martin talks about new series Game of Thrones". The Guardian. June 11, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 2, 2016. Diakses tanggal August 22, 2016.
- ^ Baum, Michele Dula (April 11, 2001). "A Song of Ice and Fire – Author George R.R. Martin's fantastic kingdoms". CNN. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 4, 2012. Diakses tanggal August 22, 2016.
- ^ a b Fowler, Matt (August 27, 2017). "Game of Thrones: 'The Dragon and the Wolf' Review". IGN. Diakses tanggal August 28, 2017.
- ^ Kirschling, Gregory (November 27, 2007). "George R.R. Martin answers your questions". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 4, 2012. Diakses tanggal August 22, 2016.
- ^ Boulaziz, Louisa (September 13, 2016). "Game of Thrones is realistic". Universitas. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 20, 2017. Diakses tanggal May 30, 2017.
- ^ Hibberd, James (March 17, 2015). "Game of Thrones showrunners answer burning season 5 questions". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 30, 2016. Diakses tanggal March 18, 2015.
- ^ a b c d Holland, Tom (March 24, 2013). "Game of Thrones is more brutally realistic than most historical novels". The Guardian. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 29, 2013. Diakses tanggal March 24, 2013.
- ^ Mund, Lucas (March 27, 2013). "Are the Lands of Westeros Inspired by Real-Life Countries?". Slate. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 11, 2017. Diakses tanggal February 9, 2017.
- ^ Orr, David (August 12, 2011). "Dragons Ascendant: George R. R. Martin and the Rise of Fantasy". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 22, 2016. Diakses tanggal March 24, 2013.
Martin's books are essentially the War of the Roses with magic
- ^ Milne, Ben (April 4, 2014). "Game of Thrones: The cult French novel that inspired George RR Martin". BBC News Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 21, 2016. Diakses tanggal April 6, 2014.
- ^ Lipscomb, Suzannah (April 23, 2016). "Game of Thrones has hacked our history". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 8, 2017.
- ^ a b Hibberd, James (May 29, 2012). "'Game of Thrones' scoop: Season 3 character list revealed – EXCLUSIVE". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 5, 2015. Diakses tanggal March 5, 2013.
- ^ a b "Season 3: by the Numbers". Making Game of Thrones. November 2, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 6, 2013. Diakses tanggal November 3, 2012.
- ^ Belloni, Matthew; Goldberg, Lesley (October 30, 2014). "'Game of Thrones' Cast Signs for Season 7 with Big Raises". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 13, 2016. Diakses tanggal October 31, 2014.
- ^ Reslen, Eileen (September 6, 2018). "Nikolaj Coster-Waldau Made More Than $1 Million Per Episode for Game of Thrones' Final Season". Harper's Bazaar. Diakses tanggal July 3, 2019.
- ^ "More Details on the Return of Game of Thrones" (Siaran pers). HBO (via ComingSoon.net). Diarsipkan dari versi asli tanggal October 27, 2014. Diakses tanggal March 13, 2013.
- ^ a b c d e f "Game of Thrones: Cast". HBO. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 2, 2017. Diakses tanggal May 1, 2018.
- ^ Cogman, Bryan (November 6, 2014). Inside HBO's Game of Thrones. Gollancz. ISBN 9781473210400. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 19, 2016.
- ^ Mitchell, Elvis (May 8, 2013). "UpClose: Game of Thrones with David Benioff and D. B. Weiss (Full Length)". KCRW. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 19, 2013. Diakses tanggal May 15, 2013. At about 2:50.
- ^ a b Birnbaum, Debra (April 15, 2015). "'Game of Thrones' Creators: We Know How It's Going to End". Variety. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 25, 2016.
- ^ a b c Armstrong, Jennifer (April 4, 2011). "'Game of Thrones': George R. R. Martin talks HBO show". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 12, 2017. Diakses tanggal April 12, 2017.
- ^ a b "HBO's 'Game of Thrones': Long Story Short". Diakses tanggal May 1, 2018 – via YouTube.
- ^ Benioff, David; Weiss, Dan (November 19, 2008). "Hello from Benioff and Weiss". A Forum of Ice and Fire. Westeros. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 18, 2013.
- ^ Hudson, Laura (August 14, 2007). "Talking with George R. R. Martin Part 2". Publishers Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 4, 2016. Diakses tanggal March 13, 2013.
- ^ a b Martin, George R. R. (June 13, 2008). "Ice & Fire on HBO". Not a Blog. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 1, 2012.
- ^ a b Kirschling, Gregory (November 27, 2007). "George R.R. Martin answers your questions". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 17, 2014. Diakses tanggal March 13, 2013.
- ^ Hibberd, Jame (November 11, 2008). "HBO orders fantasy pilot Thrones". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 16, 2014. Diakses tanggal June 5, 2012.
- ^ Robinson, Joanna (February 3, 2016). "Game of Thrones Show-Runners Get Extremely Candid About Their Original "Piece of Sh—t" Pilot". Vanity Fair. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 15, 2016.
- ^ Hibberd, James (January 14, 2010). "HBO: 'Game of Thrones' dailies 'look fantastic'". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 2, 2012. Diakses tanggal July 24, 2010.
- ^ Goldberg, Lesley (April 14, 2011). "'Game of Thrones' by The Numbers". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal April 14, 2011.
- ^ Pallotta, Frank (April 7, 2012). "How HBO Let Game of Thrones Make an $8 Million Episode". Slate. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal March 14, 2015.
- ^ "This Week's Cover: 'Game of Thrones,' the battle to make season 2 epic". Entertainment Weekly. March 14, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 1, 2015. Diakses tanggal March 18, 2012.
- ^ Gornstein, Leslie (May 28, 2012). "Holy Flaming Warships! How Expensive Is Game of Thrones, Anyway?". E!. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal March 14, 2015.
- ^ Hibberd, James (March 2015). "'Game of Thrones': EW spends 240 hours in Westeros". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 2, 2016. Diakses tanggal April 1, 2015.
- ^ Lee, Ben (March 30, 2016). "Game of Thrones season 6 costs A LOT per episode: The HBO fantasy epic's massive budget is revealed". Digital Spy. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 2, 2016. Diakses tanggal April 1, 2016.
- ^ Barraclough, Leo (April 15, 2016). "'Game of Thrones' Casting Director Nina Gold to Receive BAFTA Award". Variety. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 8, 2016. Diakses tanggal March 18, 2016.
- ^ Andreeva, Nellie (May 5, 2009). "Two will play HBO's 'Game'". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 9, 2009. Diakses tanggal May 12, 2009.
- ^ a b Kit, Borys; Andreeva, Nellie (July 19, 2009). "Sean Bean ascends to 'Game of Thrones'". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 6, 2015. Diakses tanggal July 20, 2009.
- ^ Martin, George R. R. (July 19, 2009). "A Casting We Will Go". Not A Blog. LiveJournal. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal July 20, 2009.
- ^ Walsh, Michael (March 12, 2017). "What We Learned From Game Of Thrones' SXSW Panel, and What It Might Mean". Nerdist Industries. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 2, 2017. Diakses tanggal April 12, 2017.
- ^ Sepinwall, Alan (March 19, 2010). "'Game of Thrones' recasting: Ehle out, Fairley in". HitFix. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal February 24, 2013.
- ^ Ryan, Maureen (May 21, 2010). "Exclusive: 'Game of Thrones' recasts noble role". Chicago Tribune. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 3, 2016. Diakses tanggal February 24, 2013.
- ^ Martin, George R. R. (May 21, 2010). "A New Daenerys". Not A Blog. LiveJournal. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal February 24, 2013.
- ^ Ryan, Maureen (October 13, 2009). "The 'Games' afoot: HBO's 'Game of Thrones' gears up". Chicago Tribune. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 17, 2016. Diakses tanggal August 29, 2016.
- ^ Renfro, Kim (June 21, 2017). "These 8 'Game of Thrones' characters were recast — and you probably didn't even notice". Insider. Diakses tanggal March 26, 2018.
- ^ a b c d Collins, Sean T. (April 2, 2015). "Blood Caffeine Sex Magic: How 'Game of Thrones' Gets Written". The New York Observer. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 3, 2016. Diakses tanggal April 15, 2015.
- ^ Karmali, Luke (March 30, 2015). "George R. R. Martin Not Writing Game of Thrones Season 6 Episode". IGN. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal April 15, 2015.
- ^ a b Ryan, Maureen (March 16, 2010). "HBO's 'Game of Thrones': The 'Buffy' and 'Battlestar' connection". Chicago Tribune. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 27, 2016. Diakses tanggal April 15, 2015.
- ^ a b "The Surprising Connection Between Game of Thrones and Monty Python". Vanity Fair. March 24, 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 1, 2015. Diakses tanggal September 7, 2014.
- ^ Robinson, Joanna (March 22, 2015). "Game of Thrones Creators Confirm the Show Will Spoil the Books". Vanity Fair. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 21, 2016. Diakses tanggal March 23, 2015.
- ^ a b Birnbaum, Debra (April 14, 2016). "'Game of Thrones' Creators Mull Shorter Final Seasons (EXCLUSIVE)". Variety. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal April 28, 2016.
- ^ a b Hibberd, James (July 18, 2016). "Game of Thrones: HBO announces summer return, 7 episodes". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal July 18, 2016.
- ^ a b Andreeva, Nellie (April 21, 2016). "'Game of Thrones' Picked Up For Season 7, 'Veep' & 'Silicon Valley' Also Renewed By HBO". Deadline Hollywood. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 26, 2016. Diakses tanggal April 21, 2016.
- ^ Scott, Patrick (April 6, 2014). "Game of Thrones: how does the TV series compare to the books?". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 10, 2016. Diakses tanggal April 6, 2014.
- ^ Ryan, Maureen (March 2, 2010). "HBO picks up 'Game of Thrones'; first picture, cast list". Chicago Tribune. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 15, 2012.
- ^ Hibberd, James (April 19, 2011). "HBO renews 'Game of Thrones' for second season!". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal July 19, 2015.
- ^ Anders, Charlie Jane (June 5, 2012). "10 Best Changes Game of Thrones Made to A Clash of Kings". Gizmodo. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal January 3, 2016.
- ^ O'Connell, Michael (April 10, 2012). "'Game of Thrones' Renewed for Season 3". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal July 19, 2015.
- ^ Hibberd, James (March 30, 2012). "'Game of Thrones' showrunners on season 2, splitting Book 3 and their hope for a 70-hour epic". Entertainment Weekly. hlm. 3. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal April 10, 2012.
- ^ Schwartz, Terri (May 12, 2014). "'Game of Thrones' Season 4: Writer Bryan Cogman breaks down Tyrion's trial, book deviations and that White Walker scene". Zap2it. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 30, 2015. Diakses tanggal May 17, 2015.
- ^ Hibberd, James (April 2, 2013). "'Game of Thrones' renewed for season 4". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 9, 2014. Diakses tanggal April 2, 2013.
- ^ Vineyard, Jennifer (June 11, 2013). "What Will Happen in Season 4 of Game of Thrones?". Vulture. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal February 7, 2014.
- ^ a b Goldman, Eric (April 8, 2014). "Game of Thrones Renewed for Season 5 and Season 6". IGN. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal April 8, 2014.
- ^ "Game of Thrones Season 5: Inside the Episode #9 (HBO)". June 7, 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 8, 2015. Diakses tanggal June 9, 2015 – via YouTube.
- ^ Hibberd, James (June 18, 2014). "'Game of Thrones' showrunners talk season 5: 'There will be Dorne'". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 12, 2015. Diakses tanggal June 18, 2014.
- ^ Kain, Erik (April 12, 2015). "Why Season 5 Of 'Game Of Thrones' Is The Most Important Yet For HBO". Forbes. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 15, 2015. Diakses tanggal April 13, 2015.
- ^ "Game of Thrones Episodes: EP510: Mother's Mercy". Westeros.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 17, 2015. Diakses tanggal June 18, 2015.
- ^ Noble, Matt (August 18, 2015). "'Game of Thrones' director Jeremy Podeswa dishes Jon Snow death, teases season six (Exclusive Video)". GoldDerby. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 3, 2016. Diakses tanggal August 21, 2015.
- ^ a b c Hibberd, James (May 24, 2016). "George R. R. Martin revealed 3 huge shocks to Game of Thrones producers". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 24, 2016.
- ^ Vineyard, Jennifer (May 5, 2016). "Why It's a Misconception That Game of Thrones Has Gone 'Off-Book'". Vulture. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 24, 2016.
- ^ "Shows A-Z - game of thrones on hbo". The Futon Critic. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 16, 2017. Diakses tanggal April 4, 2017.
- ^ Hibberd, James (July 30, 2016). "Game of Thrones: HBO confirms season 8 will be last". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 1, 2016. Diakses tanggal March 13, 2017.
- ^ Shepherd, Jack (October 23, 2017). "Game of Thrones season 8 filming looks to be underway as cast members spotted in Belfast". The Independent. Diakses tanggal October 24, 2017.
- ^ Patten, Dominic (January 13, 2019). "'Game Of Thrones' Final Season Debut Date Revealed By HBO With New Tease". Deadline Hollywood. Diakses tanggal January 14, 2019.
- ^ Roots, Kimberly (November 13, 2018). "'Game of Thrones' Season 8 to Premiere in April 2019". TVLine. Diakses tanggal November 13, 2018.
- ^ "Shows A-Z - game of thrones on hbo". The Futon Critic. Diakses tanggal January 15, 2019.
- ^ Collins, Sean T. (March 20, 2013). "Q&A: 'Game of Thrones' Insider Bryan Cogman on the Biggest Season Yet". Rolling Stone. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal March 24, 2013.
- ^ Hibberd, James (March 30, 2012). "'Game of Thrones' showrunners on season 2, splitting Book 3 and their hope for a 70-hour epic". Entertainment Weekly. hlm. 2. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 16, 2016. Diakses tanggal April 10, 2012.
- ^ "HBO to film TV pilot in Belfast, Northern Ireland" (Siaran pers). Northern Ireland Executive. April 21, 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 30, 2016. Diakses tanggal March 13, 2013. Diarsipkan 2016-04-30 di Wayback Machine.
- ^ a b c Roberts, Josh (April 1, 2012). "Where HBO's hit 'Game of Thrones' was filmed". USA Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 1, 2012. Diakses tanggal March 8, 2013.
- ^ "Medieval keep becomes film set". BBC News. October 23, 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 11, 2016. Diakses tanggal April 11, 2012.
- ^ Miller, Phil (June 17, 2013). "Beaten in Game of Thrones: why Scotland lost £160m chance to host TV series". The Herald. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 29, 2015. Diakses tanggal June 17, 2013.
- ^ Denham, Jess (July 16, 2015). "Game of Thrones: Stunning visual effects reel separates the real from the fake in season five". The Independent.
- ^ a b c Smith, Oliver (June 7, 2016). "Iceland's most spectacular Game of Thrones filming locations". The Daily Telegraph. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 26, 2016.
- ^ Phelan, Jessica (April 29, 2014). "The 7 kingdoms in 'Game of Thrones' are actually these 5 real-world places". Salon. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 17, 2016. Diakses tanggal August 23, 2014.
- ^ Schwartz, Terri (January 28, 2013). "'Game of Thrones' casts a bear and shoots in Los Angeles for major Season 3 scene". Zap2it. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 16, 2013. Diakses tanggal March 8, 2013.
- ^ "New set photos from Klis and Dubrovnik". WinterIsComing.net. September 18, 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 24, 2013. Diakses tanggal September 19, 2013.
- ^ "That's a wrap! Season 4 filming is complete". WinterIsComing.net. November 21, 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 22, 2014. Diakses tanggal November 26, 2013.
- ^ Burgen, Stephen (July 6, 2014). "Game of Thrones fifth series: more than 10,000 Spaniards apply to be extras". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 4, 2016. Diakses tanggal July 26, 2014.
- ^ Hibberd, James (June 3, 2015). "Game of Thrones returning to Spain for season 6". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 30, 2016. Diakses tanggal June 3, 2015.
- ^ Debnath, Neela (October 9, 2015). "Game of Thrones season 6: Lena Headey spotted filming in Croatia". Daily Express. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 16, 2017. Diakses tanggal July 17, 2017.
- ^ Smith, Oliver (September 23, 2016). "The incredible locations that will star in Game of Thrones season 7". The Daily Telegraph. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 2, 2017. Diakses tanggal January 1, 2017.
- ^ "EMMY®- AND GOLDEN GLOBE-WINNING HBO SERIES GAME OF THRONES TO BEGIN PRODUCTION ON SEASON SEVEN THIS SUMMER" (Siaran pers). HBO. July 18, 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal August 31, 2016.
- ^ "EXCLUSIVE – Game of Thrones is back in Dubrovnik". The Dubrovnik Times. December 14, 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 2, 2017. Diakses tanggal July 17, 2017.
- ^ Swift, Andy (July 6, 2016). "Game of Thrones Season 7 Production Delayed". TVLine. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 7, 2016. Diakses tanggal July 6, 2016.
- ^ Moreau, Jordan (May 7, 2019). "Jessica Chastain, Ava DuVernay Call Out 'Game of Thrones' for Treatment of Women". Variety. Variety Media, LLC. Diakses tanggal May 21, 2019.
- ^ "Game of Thrones season 7: US and UK air date, teaser trailer, official poster, cast, rumors, and everything you need to know". GamesRadar. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 4, 2017. Diakses tanggal April 4, 2017.
- ^ "ALIK SAKHAROV ASC". Cinematographers. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 25, 2017. Diakses tanggal August 29, 2016.
- ^ a b c d e f g h i j "Game of Thrones". Emmys.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 13, 2017. Diakses tanggal February 21, 2016.
- ^ Ginsberg, Merle (June 19, 2015). "'Game of Thrones' Season 6 Adds New Costume Designer". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal December 13, 2015.
- ^ Hibberd, James (June 29, 2016). "Game of Thrones season 7 directors revealed". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal June 29, 2016.
- ^ a b c Wischhover, Cheryl (June 4, 2012). "Game of Thrones' Hair and Wardrobe Secrets Revealed". Fashionista. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal June 6, 2012.
- ^ a b Snead, Elizabeth (June 11, 2012). "'Game of Thrones' Designer Michelle Clapton's Secret Source for Wildling Bones: eBay". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal June 11, 2012.
- ^ Elio (September 16, 2012). "Game of Thrones Wins Big at Creative Arts Emmys". Westeros.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal February 21, 2016.
- ^ Elio (June 22, 2011). "Interview with VFX Producer Lucy Ainsworth-Taylor". Westeros.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 14, 2016. Diakses tanggal August 18, 2014.
- ^ "Game of Thrones: Season 2". Pixomondo. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 18, 2016. Diakses tanggal August 19, 2014.
- ^ "Game of Thrones: Season 3". Pixomondo. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal August 19, 2014.
- ^ "Mackevision erhält Emmy-Nominierung für visuelle Effekte in "Game of Thrones" – Pressemeldung" (PDF) (dalam bahasa German). Mackevision. July 10, 2014. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal August 21, 2014. Diakses tanggal August 19, 2014.
- ^ Johnson, Thomas (March 19, 2015). "How 'Game of Thrones' creates its dragons". The Washington Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal April 12, 2015.
- ^ "Game of Thrones". Image Engine. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 16, 2017. Diakses tanggal May 18, 2015.
- ^ "Current Projects". Crazy Horse Effects. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 1, 2015. Diakses tanggal May 18, 2015.
- ^ Andersen, Asbjoern (August 6, 2014). "This is how the fantastical sound of Game Of Thrones is made". A Sound Effect. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 8, 2014. Diakses tanggal August 6, 2014.
- ^ Calautti, Katie (June 12, 2014). "Game of Thrones: The Secrets Behind All the Stabbings, Screams, and Sex Scenes". Vanity Fair. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 6, 2016. Diakses tanggal August 6, 2014.
- ^ Fernandez, Sofia M. (September 10, 2011). "Emmys 2011: 'Game of Thrones' Title Sequence Gives Series Its First Emmy". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal June 1, 2013.
- ^ a b Perkins, Will (May 11, 2011). "Game of Thrones (2011)". Art of the Title. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal June 1, 2013.
- ^ Axelrod, John (March 30, 2013). "How The Innovative Game Of Thrones Opening Credits Were Built". Forbes. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 1, 2013. Diakses tanggal May 18, 2015.
- ^ Appelo, Tim (April 19, 2011). "Secrets Behind 'Game of Thrones' Opening Credits (Video)". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 18, 2015.
- ^ Ryan, Maureen (February 2, 2011). "'Game of Thrones' Changes Its Tune, Hires New Composer". AOL TV. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 2, 2011. Diakses tanggal July 20, 2011.
- ^ "Game of Thrones Soundtrack Details". Film Music Reporter. May 31, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 25, 2016. Diakses tanggal June 15, 2011.
- ^ "Ramin Djawadi Biography". Diarsipkan dari versi asli tanggal August 29, 2016. Diakses tanggal August 29, 2016.
- ^ a b Vineyard, Jennifer (July 21, 2016). "Game of Thrones Composer Ramin Djawadi on the Show's Key Musical Elements, and That Godfather-esque Finale Tune". Vulture. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 17, 2016. Diakses tanggal November 6, 2016.
- ^ McNeil, Colin (June 24, 2016). "Dissecting the real-world accents in Game of Thrones | Metro News". Metro Toronto. Toronto: Free Daily News Group Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 21, 2017. Diakses tanggal April 20, 2017.
- ^ Epstein, Adam (June 27, 2016). "With a wink to its audience, "Game of Thrones" told its most annoying characters to shut up". Quartz. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 21, 2017. Diakses tanggal April 20, 2017.
- ^ Read, Max (May 6, 2013). "What Is Going on With the Accents in Game of Thrones?". Gawker. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 8, 2013.
- ^ Martin, Denise (April 23, 2013). "Learn to Speak Dothraki and Valyrian From the Man Who Invented Them for Game of Thrones". Vulture. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal April 24, 2013.
- ^ "Game of Thrones: Can you speak Dothraki?". BBC Radio 4's Today programme. May 9, 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 10, 2013.
- ^ "Game of Thrones season 3 to film in Northern Ireland". Northern Ireland Screen. April 12, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal April 12, 2012.
- ^ a b Bradley, Una (April 12, 2013). "The 'Game of Thrones' tourists: How much is the hit HBO fantasy series worth to its home, Northern Ireland?". The Irish Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 8, 2013. Diakses tanggal April 12, 2013.
- ^ "New advertising campaign to showcase Northern Ireland to millions of Game of Thrones® fans worldwide". Tourism Ireland. April 26, 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 19, 2017. Diakses tanggal June 17, 2017.
- ^ McHugh, Robert (December 14, 2015). "Tourism Ireland wins top marketing award for Game of Thrones campaign". Business World. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 19, 2017. Diakses tanggal June 17, 2017.
- ^ McAdam, Noel (May 16, 2012). "Game of Thrones pumped £43m into Northern Ireland's economy, and more could be on the way". The Belfast Telegraph. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 16, 2017. Diakses tanggal May 16, 2012.
- ^ Pym, Hugh (May 11, 2014). "Game of Thrones boost to economy in Northern Ireland". BBC News. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 11, 2014.
- ^ Spangler, Todd (September 24, 2018). "'Game of Thrones' Filming Locations in Northern Ireland to Open as Tourist Attractions". Variety. Diakses tanggal November 28, 2018.
- ^ Adam, Shabana (April 17, 2013). "Travel News: Game of Thrones Sparks Big Boosts in Hotel Bookings to Filming Locations". Female First. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal April 18, 2013.
- ^ Liman, Love (May 3, 2017). "Game of Thrones Crowns Iceland Krona as World's Best Currency". Bloomberg. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 4, 2017.
- ^ Lowe, Josh (May 3, 2017). "Iceland's Economy is Booming—Thanks to a Little Help from Game of Throne". Newsweek. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 4, 2017.
- ^ Mirella-Marie Katarina Radman (August 20, 2017). "Game Changer: How Dubrovnik Benefits and Loses from Being King's Landing". The Dubrovnik Times. Diakses tanggal November 28, 2018.
- ^ "Throngs Enticed by 'Game of Thrones' Threaten a Magical City". The New York Times. August 19, 2018. Diakses tanggal November 28, 2018.
- ^ Blum, Jeremy (April 30, 2014). "Game of Thrones premieres on CCTV, viewers call it an edited 'mess'". South China Morning Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 4, 2014.
- ^ "International Game of Thrones airings". WinterIsComing.net. August 2, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 5, 2011. Diakses tanggal October 2, 2011.
- ^ Hibberd, James (November 30, 2011). "'Game of Thrones' scoop: DVD release date, details, photos". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 17, 2014. Diakses tanggal December 5, 2011.
- ^ Richwine, Lisa (March 16, 2012). "'Game of Thrones' rules HBO's DVD sales". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 18, 2014. Diakses tanggal March 13, 2013.
- ^ "Game of Thrones: The Complete First Season Premium Edition Gift Box [8 Discs] [Blu-ray/DVD] (Blu-ray Disc)". Best Buy. November 20, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 25, 2016. Diakses tanggal April 19, 2016.
- ^ "'Game of Thrones' season 2 DVD date and extras revealed". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 4, 2014. Diakses tanggal March 13, 2013.
- ^ Hibberd, James (February 22, 2013). "'Game of Thrones' early DVD sales breaking HBO records". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 30, 2014. Diakses tanggal February 23, 2013.
- ^ "Game of Thrones season 3 on iTunes Australian Store". iTunes Store. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 8, 2013. Diakses tanggal March 31, 2013.
- ^ Lambert, David (June 24, 2013). "Game of Thrones – 2014 Release Date, Package Art for 'The Complete 3rd Season', on DVD, Blu". TVShowsOnDVD.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 9, 2016.
- ^ Lambert, David (July 16, 2014). "Game of Thrones – 'The Complete 4th Season' Press Release: Date, Art, Cost, Extras". TVShowsOnDVD.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 8, 2016.
- ^ "Game of Thrones: Season 5 [Blu-ray + Digital HD]". Diarsipkan dari versi asli tanggal March 16, 2016. Diakses tanggal October 18, 2015.
- ^ "Game of Thrones: The Complete Sixth Season [Blu-ray]". Diarsipkan dari versi asli tanggal August 14, 2016. Diakses tanggal August 29, 2016.
- ^ Vaughn, David (January 29, 2016). "Game of Thrones: Winter Is Coming—In Atmos". Sound & Vision. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 15, 2016. Diakses tanggal May 28, 2017.
- ^ "Game of Thrones 4K: The Complete First Season Blu-ray". Blu-ray.com. Diakses tanggal January 9, 2019.
- ^ a b c Jarvey, Natalie (April 9, 2015). "'Game of Thrones' Piracy Soars Ahead of Season 5 Premiere". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 29, 2016. Diakses tanggal April 10, 2015.
- ^ Greenberg, Andy (May 9, 2012). "HBO's 'Game Of Thrones' On Track To Be Crowned Most Pirated Show Of 2012". Forbes. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 2, 2016. Diakses tanggal May 9, 2012.
- ^ "'Game of Thrones' Most Pirated TV-Show of 2013". TorrentFreak. December 25, 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 25, 2016. Diakses tanggal December 28, 2013.
- ^ Williams, Rhiannon (April 8, 2014). "Game of Thrones still most pirated TV show". The Daily Telegraph. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 4, 2016. Diakses tanggal June 23, 2014.
- ^ Kamen, Matt (December 28, 2015). "Game of Thrones tops 2015's piracy charts". Wired. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 10, 2016. Diakses tanggal December 28, 2015.
- ^ Van der Sar, Ernesto (December 26, 2016). "'Game of Thrones' Most Torrented TV-Show of 2016". TorrentFreak. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 26, 2016. Diakses tanggal December 26, 2016.
- ^ Ernesto (December 26, 2017). "'Game of Thrones' Most Torrented TV-Show of 2017". TorrentFreak. Diakses tanggal January 2, 2018.
- ^ "Game of Thrones tops TV show internet piracy chart". BBC News. December 24, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 20, 2016. Diakses tanggal January 4, 2013.
- ^ "Game of Thrones Most Pirated TV-Show of 2012". TorrentFreak. December 23, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 17, 2016. Diakses tanggal December 23, 2012.
- ^ "Who's Pirating Game of Thrones, And Why?". TorrentFreak. May 20, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 2, 2016. Diakses tanggal March 31, 2013.
- ^ Piotrowski, Daniel (April 25, 2013). "US ambassador Jeffrey Bleich pleads: Australia, stop pirating Game of Thrones". The Age. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 25, 2015. Diakses tanggal April 25, 2013.
- ^ Kain, Erik (May 10, 2012). "International Audiences Have Few Choices To Legally Watch HBO's 'Game Of Thrones'". Forbes. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 8, 2016. Diakses tanggal May 11, 2012.
- ^ "Why People Pirate Game of Thrones, a Global Cost Breakdown". TorrentFreak. April 13, 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 10, 2016. Diakses tanggal April 15, 2014.
- ^ Pinchefsky, Carol (March 3, 2013). "How HBO Is Protecting 'Game of Thrones' from Online Piracy in 2013". Forbes. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 7, 2016. Diakses tanggal March 5, 2013.
- ^ "Nearly Half of Game of Thrones Season 5 Just Leaked". Gizmodo. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 26, 2016.
- ^ Steinberg, Joseph (April 12, 2015). "Nearly Half Of 'Game of Thrones' Upcoming Season Leaks Online – Was HBO Hacked?". Forbes. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 12, 2016. Diakses tanggal April 12, 2015.
- ^ Denham, Jess (April 23, 2015). "Game of Thrones season 5 breaks piracy record with 32m illegal downloads". The Independent. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 7, 2016. Diakses tanggal May 12, 2015.
- ^ "Game of Thrones Season Finale breaks Piracy Records". TorrentFreak. June 15, 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 11, 2016. Diakses tanggal June 15, 2015.
- ^ Hibberd, James (March 2, 2016). "Game of Thrones lockdown: HBO won't send press any season 6 episodes". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 15, 2016. Diakses tanggal March 2, 2016.
- ^ "Downloads don't matter". The Sydney Morning Herald. Australian Associated Press. February 26, 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 18, 2016. Diakses tanggal March 2, 2013.
- ^ Kuchera, Ben (April 21, 2014). "Game of Thrones is the first 'free-to-play' TV show, and gaming is racing to catch up". Polygon. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 8, 2016. Diakses tanggal April 21, 2014.
- ^ "Game of Thrones at the Oxford Union – Full Address". Diarsipkan dari versi asli tanggal June 1, 2015. Diakses tanggal June 15, 2015 – via YouTube.
- ^ Lynch, Kevin (August 31, 2015). "Maisie Williams overjoyed as Game of Thrones marches into Guinness World Records 2016". Guinness World Records. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 3, 2016. Diakses tanggal November 11, 2015.
- ^ Hibberd, James (January 6, 2015). "'Game of Thrones' coming to IMAX: First TV series released in format". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 23, 2015. Diakses tanggal January 22, 2015.
- ^ Khatchatourian, Maane (January 31, 2015). "Box Office: 'Game of Thrones' Eyes $2 Million in Imax Debut". Variety. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 28, 2016. Diakses tanggal February 1, 2015.
- ^ Mendelson, Scott (February 1, 2015). "Box Office: 'American Sniper' Sets Super Bowl Record, 'Game Of Thrones' Scores IMAX Touchdown". Forbes. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 21, 2016. Diakses tanggal February 1, 2015.
- ^ "Game of Thrones (IMAX) (2015)". Box Office Mojo. IMDb. February 6, 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 5, 2015. Diakses tanggal April 12, 2016.
- ^ Gregory, Mathilda (July 23, 2010). "Is A Game of Thrones the most eagerly anticipated TV show ever?". The Guardian. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 20, 2011. Diakses tanggal March 13, 2013.
- ^ Colins, Scott (August 8, 2010). "With 'Game of Thrones,' HBO is playing for another 'True Blood'". Los Angeles Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal March 13, 2013.
- ^ Williams, Joel (March 30, 2012). "Mainstream finally believes fantasy fans". CNN. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 27, 2016. Diakses tanggal April 5, 2012.
- ^ "Amazon's Lord of the Rings Series: What Is the Second Age?". Vulture. March 11, 2019. Diakses tanggal April 10, 2019.
- ^ Hughes, Sarah (April 1, 2019). "What's the next Game of Thrones? All the contenders for fantasy TV's crown". The Guardian. Diakses tanggal April 10, 2019.
- ^ Lacob, Jace (September 21, 2012). "'Game of Thrones': 'Modern Family,' 'Parks and Rec' Writers on Why They Love the HBO Drama". The Daily Beast. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal September 27, 2012.
- ^ O'Brian, Liam (December 26, 2012). "Game of Thrones inspired Huskie craze goes cold as owners give up on dogs". The Independent. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal March 10, 2013.
- ^ Hann, Michael (March 11, 2012). "How 'sexposition' fleshes out the story". The Guardian. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-28. Diakses tanggal March 29, 2012.
- ^ Steinmetz, Kate (September 25, 2012). "And the Top TV Words of the Year Are ..." Time. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal September 27, 2012.
- ^ Brescia, Ray (July 6, 2012). "Game of Robes: Why Conservatives May Ultimately Praise the Roberts Switch on Health Care Reform". HuffPost. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal July 7, 2012.
- ^ Varsavsky, Martin (July 4, 2012). "The Game of Thrones Around Us". HuffPost. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal July 7, 2012.
- ^ Garnaut, John (July 1, 2012). "Strongmen of China playing a risky game of thrones". The Age. Melbourne. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal July 7, 2012.
- ^ Suskind, Alex (May 9, 2019). "Taylor Swift reveals how Game of Thrones (and Arya's kill list) inspired reputation". Entertainment Weekly. Diakses tanggal May 10, 2019.
- ^ O'Neil, Lauren (April 11, 2014). "There are now more babies named 'Khaleesi' than 'Betsy' or 'Nadine' in the U.S." CBC News. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 19, 2016. Diakses tanggal April 27, 2016.
- ^ a b Scharl A, Hubmann-Haidvogel A, Jones A, Fischl D, Kamolov R, Weichselbraun A, Rafelsberger W (2016). "Analyzing the public discourse on works of fiction - Detection and visualization of emotion in online coverage about HBO's Game of Thrones". Information Processing and Management. 52 (1): 129–138. doi:10.1016/j.ipm.2015.02.003. PMC 4804387 . PMID 27065510.
- ^ Lipoff JB (2016). "Greyscale-A Mystery Dermatologic Disease on HBO's Game of Thrones". JAMA Dermatology. 152 (8): 904. doi:10.1001/jamadermatol.2015.5793. PMID 27532353.
- ^ a b Lystad RP, Brown BT (2018). "Death is certain, the time is not: mortality and survival in Game of Thrones". Injury Epidemiology. 5: 44. doi:10.1186/s40621-018-0174-7. PMID 30535868.
- ^ Simkins, J.D. (April 11, 2019). "The worst war criminals in 'Game of Thrones' ranked". Military Times. Diakses tanggal April 12, 2019.
- ^ "Game of Thrones: Season 1 (2011)". Rotten Tomatoes. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 23, 2015. Diakses tanggal June 24, 2018.
- ^ "Game of Thrones: Season 1". Metacritic. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 16, 2017. Diakses tanggal August 11, 2017.
- ^ "Game of Thrones: Season 2 (2012)". Rotten Tomatoes. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2015. Diakses tanggal June 24, 2018.
- ^ "Game of Thrones: Season 2". Metacritic. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 9, 2014. Diakses tanggal August 11, 2017.
- ^ a b "Game of Thrones". Rotten Tomatoes. Diakses tanggal April 22, 2019.
- ^ a b "Game of Thrones: Season 3". Metacritic. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 27, 2012. Diakses tanggal March 28, 2013.
- ^ "Game of Thrones: Season 4". Rotten Tomatoes. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2015. Diakses tanggal December 29, 2017.
- ^ a b "Game of Thrones: Season 4". Metacritic. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 4, 2014. Diakses tanggal April 8, 2014.
- ^ "Game of Thrones: Season 5 (2015)". Rotten Tomatoes. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 26, 2015. Diakses tanggal June 24, 2018.
- ^ a b "Game of Thrones: Season 5". Metacritic. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 17, 2015. Diakses tanggal April 11, 2015.
- ^ "Game of Thrones: Season 6 (2016)". Rotten Tomatoes. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 24, 2016. Diakses tanggal June 24, 2018.
- ^ a b "Game of Thrones: Season 6". Metacritic. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 26, 2016. Diakses tanggal April 28, 2016.
- ^ a b "Game of Thrones: Season 7". Rotten Tomatoes. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 30, 2016. Diakses tanggal June 24, 2018.
- ^ a b "Game of Thrones: Season 7". Metacritic. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 22, 2017. Diakses tanggal July 18, 2017.
- ^ "Game of Thrones: Season 8". Rotten Tomatoes. Diakses tanggal June 12, 2019.
- ^ "Game of Thrones - Season 8 Reviews". Metacritic. Diakses tanggal May 15, 2019.
- ^ "Thrones lands on tons of top TV shows of 2011 lists". WinterIsComing.net. December 23, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 5, 2013. Diakses tanggal December 23, 2011.
- ^ Martin, George R. R. (December 21, 2011). "Plaudits for GAME OF THRONES". Not A Blog. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal December 23, 2011.
- ^ "Game of Thrones: The best of 2012". WinterIsComing.net. December 27, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 11, 2014. Diakses tanggal January 4, 2013.
- ^ Gilbert, Matthew (April 15, 2011). "Fantasy comes true with HBO's 'Game of Thrones'". The Boston Globe. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 4, 2016. Diakses tanggal May 19, 2013.
- ^ a b McNamara, Mary (April 15, 2011). "Swords, sex and struggles". Los Angeles Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 19, 2013.
- ^ Paskin, Willa (March 29, 2012). "Bloody, bloody "Game of Thrones"". Salon. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 29, 2012. Diakses tanggal May 19, 2013.
- ^ Roush, Matt (April 15, 2011). "Roush Review: Grim Thrones Is a Crowning Achievement". TV Guide. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2014. Diakses tanggal May 11, 2011.
- ^ "The Tywin and Arya Show". Rolling Stone. May 15, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 19, 2013.
- ^ "Death! Despair! Dragons! How The 'Game of Thrones' Finale Changed The Game For Everyone". Decider. June 15, 2015. Diakses tanggal November 30, 2017.
- ^ Tucker, Ken (April 14, 2011). "Game of Thrones (2011)". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 17, 2014. Diakses tanggal May 11, 2011.
- ^ Levine, Stuart (December 27, 2011). "Cablers hit highs, lows, PR hurdles in 2011". Variety. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal December 31, 2011.
- ^ Tucker, Ken (March 21, 2012). "TV Review: Game Of Thrones (2012)". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 27, 2014. Diakses tanggal March 25, 2012.
- ^ Goodman, Tim (March 27, 2012). "'Game of Thrones' Season 2: TV Review". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 3, 2015. Diakses tanggal March 28, 2012.
- ^ Genzlinger, Neil (March 29, 2012). "Uneasy Lies the Head That Steals a Crown: 'Game of Thrones' on HBO". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 21, 2013. Diakses tanggal March 29, 2012.
- ^ Farokhmanesh, Megan (August 14, 2017). "Game of Thrones' current breakneck pace is gutting its most anticipated reunions". The Verge. Diakses tanggal November 30, 2017.
- ^ Franich, Darren (May 20, 2019). "Game of Thrones was… okay: EW review". Entertainment Weekly. Diakses tanggal May 24, 2019.
- ^ a b Kornhaber, Spencer; Orr, Christopher; Sullivan, Amy (May 17, 2015). "Game of Thrones: A Pointless Horror and a Ridiculous Fight". The Atlantic. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 26, 2016. Diakses tanggal May 18, 2015.
- ^ Frost, Caroline (January 14, 2014). "'Game of Thrones' Star Stephen Dillane Admits the Nudity Is Like 'German Porn from the 1970s'". HuffPost. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal January 16, 2014.
- ^ a b Anders, Charlie Jane (May 2, 2012). "Is Game of Thrones' gratuitous sex worse than the gratuitous violence?". io9. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 11, 2015. Diakses tanggal May 2, 2012.
- ^ Holmes, Anna (April 26, 2012). "Skin is wearing thin on HBO's 'Game of Thrones'". The Washington Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 27, 2012. Diakses tanggal May 2, 2012.
- ^ Ryan, Maureen (May 29, 2011). "'Game of Thrones' Season 1, Episode 7 Recap". AOL TV. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 2, 2012. Diakses tanggal May 2, 2012.
- ^ Toder, Matt (April 15, 2012). "SNL Explains the Nudity in Game of Thrones". Gawker. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 2, 2012.
- ^ Orr, Christopher (May 13, 2013). "Game of Thrones' Worst Scene Yet?". The Atlantic. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 19, 2013.
- ^ David, Allison P. (May 12, 2014). "Game of Thrones Couple of the Week: Tyrion and Shae Are Never Getting Back Together". New York. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal July 17, 2015.
- ^ Davis, Madeleine (May 13, 2013). "Game of Boners: This Is Torture Porn". Jezebel. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 16, 2017. Diakses tanggal May 17, 2013.
- ^ Saraiya, Sonia (April 20, 2014). "Rape of Thrones Why are the Game Of Thrones showrunners rewriting the books into misogyny?". The A.V. Club. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal April 21, 2014.
- ^ Silman, Anna (May 18, 2015). "Here's why people are so upset about the latest "Game of Thrones" rape: "So cheap, such an obvious choice, I felt offended as a fan"". Salon. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 28, 2016. Diakses tanggal June 26, 2015.
- ^ Runcie, Charlotte (May 17, 2015). "Game of Thrones: Unbowed, Unbent, Unbroken, season 5 episode 6, review: 'raw emotion'". The Daily Telegraph. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 13, 2016. Diakses tanggal May 18, 2015.
- ^ Leon, Melissa (May 19, 2015). "The Rape of Sansa Stark: 'Game of Thrones' Goes Off-Book and Enrages Its Female Fans". The Daily Beast. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 20, 2015.
- ^ Robinson, Joanna (May 17, 2015). "Game of Thrones Absolutely Did Not Need to Go There with Sansa Stark". Vanity Fair. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 18, 2015.
- ^ Stewart, Sara (May 19, 2015). "It's a Stark reality: Outrage over Sansa rape scene misses the point". New York Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 19, 2015.
- ^ Pantozzi, Jill (May 18, 2015). "We Will No Longer Be Promoting HBO's Game of Thrones". The Mary Sue. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal May 20, 2015.
- ^ Cillizza, Chris (May 19, 2015). "Claire McCaskill is done with 'Game of Thrones' after Sunday's rape scene. She's got a point". The Washington Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 24, 2017. Diakses tanggal August 9, 2017.
- ^ Rosenberg, Alyssa (August 9, 2017). "The arguments about women and power in 'Game of Thrones' have never been more unsettling". The Washington Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 9, 2017. Diakses tanggal August 9, 2017.
- ^ D'Addadio, Daniel (July 10, 2017). "'Game of Thrones': Inside the World's Most Popular Show". Time. Diakses tanggal September 2, 2017.
- ^ Flint, Hanna (April 29, 2019). "This is why the lighting is so bad in 'Game of Thrones'". Yahoo. Diakses tanggal May 7, 2019.
Every week, social media is filled with complaints about how dark the scenes looks and more importantly how it affects their ability to see the action.
- ^ Lallo, Michael (September 9, 2016). "Will someone please turn on the lights: Why have TV dramas literally become so dark?". The Sydney Morning Herald. Diakses tanggal May 7, 2019.
To many fans, Game of Thrones is too dark. Not figuratively – they literally can't perceive what's happening on screen.
- ^ Sharf, Zack (April 17, 2019). "Does 'Game of Thrones' Have an 'Ozark' Problem? Season 8 Is So Dark It's Hard to See". IndieWire. Diakses tanggal May 7, 2019.
Fear's jokey comment encapsulated one of the biggest fan criticisms about the "Game of Thrones" premiere: The show is so visually dark that viewers can't even see what's happening on screen. Many fans took to social media during the episode to complain about the color palette, with some wondering if it was their TV brightness setting that was the issue.
- ^ Warner, Sam (April 16, 2019). "Game of Thrones viewers have one big complaint about season 8, episode 1". Digital Spy. Diakses tanggal May 7, 2019.
Yep, many complained that parts of the episode were too dark – and we don't mean just twisted dark after seeing the Night King's artistic flair.
- ^ Callegari, Caitlyn (May 29, 2016). "31 Times 'Game of Thrones' Needed To Lighten Up, Literally". Bustle. Diakses tanggal May 7, 2019.
Game of Thrones needs to turn on the lights, or else I am sending them my ophthalmologist bill. For real, GoT powers that be, it's super hard to squint for a straight hour every week because your episodes are so freakin' dark.
- ^ Dessem, Matthew (June 29, 2016). "Why TV Shows Are Darker Than They've Ever Been". Slate. Diakses tanggal May 7, 2019.
Watching Game of Thrones this season, you may have asked yourself: Is something wrong with my television? Surely there is some other setting that would brighten up the inside of Bran Stark's cave, or heighten the contrast between Cersei Lannister's robes and the shadowy chambers of her prison cell. But no, that's just the way the show is supposed to look. And Game of Thrones is not alone: HBO has made a cottage industry of dimly-lit hourlong dramas
- ^ Burgess, Genevieve (March 19, 2016). "Why is TV, Literally, So Dark?". Pajiba. Diakses tanggal May 7, 2019.
A lot of these shows are also made by people who have experience working primarily on films, and film aesthetic has always been visually darker than TV. Because films are meant to be watched on very large screens in very dark rooms, while most TV is watched on smaller screens in brightly lit rooms. It seems the people making these shows aren't evaluating the lighting for the proper venue.
- ^ Renfro, Kim (August 19, 2017). "'Game of Thrones' cinematographer reveals the unexpected perils of filming: 'They were going to pull us all off the cliff'". Insider. Diakses tanggal May 7, 2019.
I think we're all very much on the same page where we're trying to be as naturalistic as possible. We want to make these sets and locations feel as if they're absolutely not lit by us, but only by mother nature or some candles...
- ^ Paine, Hannah (April 29, 2019). "Game of Thrones fans fume over 'too dark' episode". news.com.au. Diakses tanggal May 7, 2019.
It's not the first time Game of Thrones has come under fire for its shots being too dark, however. According to one of the show's cinematographers, it's a very deliberate choice.
- ^ Serrels, Mark (April 28, 2019). "Game of Thrones battle was the biggest ever, but way too dark to see". CNET. Diakses tanggal May 7, 2019.
- ^ Lam, Katherine (April 29, 2019). "'Game of Thrones' fans complain about 'too dark' lighting in Battle of Winterfell". Fox News. Diakses tanggal May 7, 2019.
- ^ Drum, Nicole (April 28, 2019). "Game of Thrones Fans Are Furious the Winterfell Battle Scenes Are Too Dark". Comicbook.com. Diakses tanggal May 7, 2019.
- ^ Nyren, Erin (April 28, 2019). "'Game of Thrones' Fans Complain About Battle of Winterfell's Dark Cinematography". Variety. Diakses tanggal May 7, 2019.
- ^ Parker, Sam (April 30, 2019). "Lighten up, Jon Snow: why is Game of Thrones so ridiculously dark?". The Daily Telegraph. Diakses tanggal May 7, 2019.
- ^ Dessem, Matthew (April 29, 2019). "Why You Couldn't See a Damn Thing on This Week's Game of Thrones". Slate. Diakses tanggal May 7, 2019.
On Sunday night, Twitter was full of viewers complaining about the show's cinematography, which has often been dark, but never quite so consistently stygian.
- ^ a b "The 25 Most Devoted Fan Bases". Vulture. October 15, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal October 17, 2012.
- ^ Shear, Michael (December 29, 2013). "Obama's TV Picks". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal December 29, 2013.
- ^ Ghahremani, Tanya (December 30, 2013). "President Obama 'Really Likes' Game of Thrones, In Case You Were Wondering". Complex. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 5, 2014. Diakses tanggal December 30, 2013.
- ^ Armstrong, Victoria (April 7, 2015). "David Cameron admits he is a 'Throney' and 'huge fan' on Game of Thrones studio tour". Daily Express. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 16, 2017. Diakses tanggal April 10, 2015.
- ^ Taylor, Lenore (May 30, 2013). "Julia Gillard reveals Game of Thrones addiction". The Guardian. London. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 16, 2013. Diakses tanggal May 30, 2013.
- ^ Gillard, Julia (April 7, 2014). "Game of Thrones has parallels with my time as Australian prime minister". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-26. Diakses tanggal April 7, 2014.
- ^ Luoma, Sarah (May 31, 2013). "Dutch foreign minister uses 'Game of Thrones' as political analogy". Digital Spy. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 17, 2016. Diakses tanggal November 2, 2016.
- ^ Templeton, Molly (June 16, 2013). "The best (and the weirdest) of "Game of Thrones" fanfiction". Salon. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 3, 2016. Diakses tanggal July 6, 2013.
- ^ de Castella, Tom (March 22, 2013). "Game of Thrones: Why does it inspire such devotion among fans?". BBC News Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal March 23, 2013.
- ^ Carlson, Adam (May 10, 2013). "'Game of Thrones' domination is nearly complete: 'Arya' is the fastest-rising name for baby girls". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 19, 2014. Diakses tanggal May 10, 2013.
- ^ Hibberd, James (March 31, 2013). "HBO: 'Game of Thrones' piracy is a compliment". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 28, 2014. Diakses tanggal April 3, 2013.
- ^ Watercutter, Angela (June 3, 2013). "Yes, Women Really Do Like Game of Thrones (We Have Proof)". Wired. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 21, 2014. Diakses tanggal June 6, 2013.
- ^ Kellie, Helen (October 26, 2012). "Social is coming of age in the marketing mix – a TV perspective". Marketing magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 6, 2014. Diakses tanggal October 29, 2012.
- ^ Nguyen, Nicole (May 3, 2013). "In the Game of Thrones, These Podcasts Play to Win". Geeksugar. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 23, 2014. Diakses tanggal May 4, 2013.
- ^ "Complete List of Recipients of the 71st Annual Peabody Awards". Peabody Awards. April 4, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 1, 2012. Diakses tanggal November 5, 2016.
- ^ Dockterman, Eliana (September 18, 2016). "Game of Thrones Now Has the Most Emmy Wins Ever". Time. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 19, 2016. Diakses tanggal September 19, 2016.
- ^ "'101 Best Written TV Series Of All Time' From WGA/TV Guide: Complete List". Deadline Hollywood. June 2, 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 3, 2013. Diakses tanggal November 5, 2016.
- ^ "Hollywood's 100 Favorite TV Shows". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 5, 2016. Diakses tanggal November 5, 2016.
- ^ "The 50 Greatest TV Shows of All Time". Empire. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 4, 2016. Diakses tanggal November 5, 2016.
- ^ "100 Greatest TV Shows of All Time". Rolling Stone. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 5, 2016. Diakses tanggal November 5, 2016.
- ^ "Golden Globes 2012: The Winners List". The Hollywood Reporter. January 15, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal August 29, 2016.
- ^ West, Kelly (June 19, 2011). "The 2011 Scream Awards Winners: Vampires, Wizards And Swans". Cinemablend. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 29, 2012. Diakses tanggal August 29, 2016.
- ^ "2011 Winners". International Press Academy. June 19, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 18, 2016. Diakses tanggal August 29, 2016.
- ^ Prudom, Laura (September 20, 2015). "'Game of Thrones' Sets Record for Most Emmy Wins in a Year". Variety. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 1, 2016. Diakses tanggal September 21, 2015.
- ^ Prudom, Laura (July 14, 2016). "'Game of Thrones' Rules 2016 Emmy Race With 23 Nominations". Variety. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 30, 2016. Diakses tanggal July 14, 2016.
- ^ "'Game of Thrones,' Netflix Lead Emmy Nominees". Variety. July 12, 2018. Diakses tanggal July 12, 2018.
- ^ Mitovich, Matt Webb (September 17, 2018). "Emmys: Mrs. Maisel, Versace, Barry and Game of Thrones Among Big Winners". TVLine. Diakses tanggal September 18, 2018.
- ^ "Emmys: Netflix Beats HBO With Most Nominations". The Hollywood Reporter. July 12, 2018. Diakses tanggal July 12, 2018.
- ^ Thomas, June (March 29, 2012). "How Much Gold Is Game of Thrones Worth". Slate. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 8, 2016. Diakses tanggal June 5, 2014.
- ^ "HBO Renews 'Game of Thrones' for Fourth Season" (Siaran pers). HBO. April 2, 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 16, 2017. Diakses tanggal August 23, 2014.
- ^ Ritter, Dan (August 7, 2013). "Game of Thrones is Time Warner's Cash Cow". Wall Street Cheat Sheet. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 20, 2014. Diakses tanggal August 8, 2013.
- ^ Adalian, Josef (June 8, 2013). "For HBO, Game of Thrones Ratings Second Only to The Sopranos". Vulture. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 4, 2016. Diakses tanggal June 6, 2013.
- ^ Fienberg, Daniel (June 5, 2014). "'Game of Thrones' has become more popular than 'The Sopranos' sorta kinda". HitFix. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 3, 2016. Diakses tanggal June 5, 2014.
- ^ Sinha-Roy, Piya (June 16, 2014). "'Game of Thrones' draws 7.1 million viewers for blood-filled finale". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 20, 2015. Diakses tanggal July 13, 2014.
- ^ Shepherd, Jack (July 19, 2016). "Game of Thrones season 6 ratings: Show brought in 25.1 million viewers on average per episode". The Independent. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 19, 2016. Diakses tanggal July 22, 2016.
- ^ Katz, Josh (December 27, 2016). "'Duck Dynasty' vs. 'Modern Family': 50 Maps of the U.S. Cultural Divide". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 29, 2017. Diakses tanggal December 28, 2016.
- ^ Koblin, John (August 28, 2017). "'Game of Thrones' Finale Sets Ratings Record". The New York Times.
- ^ "'Game of Thrones' Season 8 Debut Breaks HBO Rating Records". Time. April 15, 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-15. Diakses tanggal April 16, 2019.
- ^ Plunkett, John (July 6, 2016). "Game of Thrones most popular Sky series ever with 5m viewers". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 10, 2016. Diakses tanggal July 6, 2016.
- ^ Idato, Michael (June 29, 2016). "Game of Thrones season six finale sets Australian audience record for Foxtel". The Sydney Morning Herald. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 2, 2016. Diakses tanggal July 6, 2016.
- ^ Untuk musim pertama (kecuali rating rata-rata), see "Updated: 'Game of Thrones' Ratings: Season One". TV by the Numbers. June 19, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 26, 2017. Diakses tanggal July 26, 2017.
Untuk musim kedua dan rating rata-rata musim pertama, lihat "Game of Thrones: Season Two Ratings". TV Series Finale. June 11, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 1, 2016. Diakses tanggal April 18, 2016.
Untuk musim ketiga, lihat "Game of Thrones: Season Three Ratings". TV Series Finale. June 12, 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 1, 2016. Diakses tanggal April 18, 2016.
Untuk musim keempat, lihat "Game of Thrones: Season Four Ratings". TV Series Finale. June 18, 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 1, 2016. Diakses tanggal April 18, 2016.
Untuk musim kelima, lihat "Game of Thrones: Season Five Ratings". TV Series Finale. June 16, 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 1, 2016. Diakses tanggal April 18, 2016.
Untuk musim keenam, lihat "Game of Thrones: Season Six Ratings". TV Series Finale. June 28, 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 1, 2016. Diakses tanggal April 24, 2016.
Untuk musim ketujuh, lihat "Game of Thrones: Season Seven Ratings". TV Series Finale. August 29, 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 16, 2017. Diakses tanggal August 29, 2017.
Untuk musim kedelapan, lihat "Game of Thrones: Season Eight Ratings". TV Series Finale. April 16, 2019. Diakses tanggal April 16, 2019.
- ^ Fahey, Mike (April 22, 2013). "Game of Thrones: Ascent is More Up-to-Date With the Show Than You Are". Kotaku. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 24, 2016. Diakses tanggal April 23, 2013.
- ^ Harris, David (February 13, 2018). "Behaviour Interactive is developing a mobile Game of Thrones strategy game". WinterisComing.net. Diakses tanggal March 13, 2018.
- ^ McCluskey, Megan (August 23, 2018). "Ascend the Iron Throne in New Game of Thrones Video Game". Time. Diakses tanggal September 18, 2018.
- ^ Sacco, Dominic (June 11, 2013). "Brand Profiles: Game of Thrones". Licensing.biz. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 29, 2016. Diakses tanggal June 16, 2013.
- ^ Miller, Julie (May 9, 2013). ""Is the $10,500 Game of Thrones Watch Blood-Resistant?" and Our Other Most Pressing Concerns About the Official "Night's" Timepiece". Vanity Fair. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 21, 2014. Diakses tanggal May 10, 2013.
- ^ Miller, Julie (June 5, 2012). "The Pros and Cons of Owning a $30,000 Game of Thrones Replica Throne". Vanity Fair. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 29, 2014. Diakses tanggal May 10, 2013.
- ^ "Exhibition". HBO. Diarsipkan dari versi asli tanggal February 22, 2013. Diakses tanggal February 19, 2013.
- ^ "Thronecast: The Official Fan Show for Game of Thrones on Sky Atlantic HD". iTunes Store. April 18, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 17, 2012. Diakses tanggal April 18, 2012.
- ^ Whelan, Robbie (March 4, 2014). "Unlikely Mix: Rappers, Dragons and Fantasy: HBO Hires Hip-Hop, Latin-Music Artists to Promote 'Game of Thrones'". The Wall Street Journal. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 4, 2016. Diakses tanggal March 7, 2014.
- ^ Joyce, Colin (March 7, 2015). "Snoop Dogg, Talib Kweli, Mastodon, More To Appear On 'Game of Thrones' Mixtape". Spin. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 10, 2016. Diakses tanggal April 4, 2015.
- ^ Edwards, Richard (September 21, 2012). "Inside HBO's Game Of Thrones by Bryan Cogman REVIEW". SFX. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 20, 2014. Diakses tanggal September 27, 2012.
- ^ Snierson, Dan (April 4, 2016). "HBO orders Game of Thrones weekly after-show from Bill Simmons". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 6, 2016. Diakses tanggal April 5, 2016.
- ^ "Game of Thrones concert experience hits the road in 2017". The Guardian. August 8, 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 21, 2016. Diakses tanggal August 9, 2016.
- ^ "Have you experienced 'Game Of Thrones' live in concert?". Grammy.com. May 15, 2017. Diakses tanggal May 7, 2019.
- ^ Hertweck, Nate (September 26, 2017). ""Game Of Thrones" Live Experience Is Coming To A Town Near You". Grammy.com. Diakses tanggal May 7, 2019.
- ^ Walsh, Michael (November 11, 2016). "New GAME OF THRONES History Tells Us a Few Things About the Future". Nerdist. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-12-24. Diakses tanggal September 16, 2017.
- ^ Lutes, Alicia (September 14, 2017). "Explore the Targaryen Conquest of Westeros in New GAME OF THRONES Animated Short". Nerdist. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-16. Diakses tanggal September 16, 2017.
- ^ Hibberd, James (September 20, 2017). "Game of Thrones writer Bryan Cogman developing a 5th prequel series". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-20. Diakses tanggal September 20, 2017.
- ^ Goldberg, Lesley (May 14, 2017). "'Game of Thrones': Fifth "Successor Show" in the Works at HBO, George R.R. Martin Says". The Hollywood Reporter. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 15, 2017. Diakses tanggal May 15, 2017.
- ^ Hibberd, James (June 2, 2017). "Game of Thrones: HBO clarifies prequels, final seasons plan". Entertainment Weekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 2, 2017. Diakses tanggal June 2, 2017.
- ^ Martin, George R.R. (May 14, 2017). "About Those Spinoffs ..." Not A Blog. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 14, 2017. Diakses tanggal August 6, 2017.
- ^ Cain, Sian (November 10, 2018). "I've been struggling with it': George RR Martin on The Winds of Winter". The Guardian. Diakses tanggal April 27, 2019.
- ^ Hibberd, James (June 8, 2018). "Breaking: 'Game of Thrones' prequel pilot ordered by HBO. Full details ..." Entertainment Weekly. Diakses tanggal June 8, 2018.
- ^ Schedeen, Jesse (June 16, 2018). "Game of Thrones Spinoff: What is The Age of Heroes?". IGN. Diakses tanggal September 2, 2018.
- ^ Martin, George R. R. (June 11, 2018). "HBO Greenlights Goldman Pilot". georgerrmartin.com. Diakses tanggal September 2, 2018.
- ^ "Game of Thrones prequel Bloodmoon has already started filming in Belfast". The Sun (dalam bahasa Inggris). May 13, 2019. Diakses tanggal May 16, 2019.
- ^ Patten, Dominic (February 8, 2019). ""Crazy" Not To Consider More 'Game Of Thrones' Spinoffs, HBO Chief Says – TCA". Deadline Hollywood. Diakses tanggal February 25, 2019.
- ^ Kroll, Justin; Otterson, Joe (October 30, 2018). "'Game of Thrones' Prequel Casts Naomi Watts in Lead Role". Variety. Diakses tanggal October 31, 2018.
- ^ Petski, Denise (March 27, 2019). "'Game Of Thrones' Prequel HBO Pilot Adds Five Series Regulars To Cast". Deadline Hollywood. Diakses tanggal March 31, 2019.
- ^ D'Alessandro, Anthony (July 25, 2018). "'Game Of Thrones': HBO Boss On Finale Season Premiere, Prequel – TCA". Deadline Hollywood. Diakses tanggal September 2, 2018.
- ^ Roots, Kimberly (April 24, 2019). "Game of Thrones Producer Bryan Cogman's Spinoff Series Dead at HBO: 'I Am Done With Westeros'". TVLine. Diakses tanggal April 24, 2019.
- ^ Romano, Nick (May 4, 2019). "George R.R. Martin says three Game of Thrones spin-offs still in the works". Entertainment Weekly. Diakses tanggal May 5, 2019.
Pranala luar
- Situs web resmi
- Game of Thrones di IMDb (dalam bahasa Inggris)
- Game of Thrones Viewer's Guide
- Making Game of Thrones