Tarling
Tarling merupakan kesenian khas dari wilayah pesisir timur laut Jawa Barat (Indramayu-Cirebon dan sekitarnya). Bentuk kesenian ini pada dasarnya adalah pertunjukan musik, namun disertai dengan drama pendek. Nama "tarling" diambil dari singkatan dua alat musik dominan: gitar akuistik dan suling. Selain kedua instrumen ini, terdapat pula sejumlah perkusi, saron, kempul, dan gong.
Awal perkembangan tarling tidak jelas. Namun demikian, pada tahun 1950-an musik serupa tarling telah disiarkan oleh RRI Cirebon dalam acara "Irama Kota Udang", dan menjadikannya populer. Pada tahun 1960-an pertunjukan ini sudah dinamakan "tarling" dan mulai masuk unsur-unsur drama.
Semenjak meluasnya popularitas dangdut pada tahun 1980-an, kesenian tarling terdesak. Ini memaksa para seniman tarling memasukkan unsur-unsur dangdut dalam pertunjukan mereka, dan hasil percampuran ini dijuluki tarling-dangdut (atau tarlingdut). Selanjutnya, akibat tuntutan konsumennya sendiri, lagu-lagu tarling di campur dengan perangkat musik elektronik sehingga terbentuk grup-grup organ tunggal tarling organ. Pada saat ini, tarling sudah sangat jarang dipertunjukkan dan tidak lagi populer. Tarling dangdut lebih tepat disebut dangdut Cirebon.
Karya tarling legendaris
- Saida Saini
- Kang Ato Ayame Ilang
- Baridin
- Ajian Semar Mesem
Beberapa lagu tarling populer
- Warung Pojok (Abdul Adjib)
- Kembang Kilaras
- Waru Doyong
- Pemuda Idaman (Sadi M.)
Tokoh-tokoh tarling
- Uci Sanusi
- Jayana
- Sunarto Martaatmadja
- Abdul Adjib (pencipta lagu Warung Pojok)
- Lulut Casmaya
- Hj. Dariyah
- Maman Suparman
- Pepen Effendi
Penyanyi tarling dangdut
- Aas Rolani (pelantun Mabok Bae, Kembang Kilaras)
- Cucun Novia (penyanyi Waru Doyong, SMS versi Tarling)
- Nunung Alvi (penyanyi Nunggu Dudae)
- Yoyo Suwaryo
Pranala luar
- (Inggris) Cohen, M.I. 1999. The Incantation of Semar Smiles: A Tarling Musical Drama by Pepen Effendi. Asian Theatre Journal 16:139-193 (pranala mungkin terlindungi).