Ikhwanul Muslimin

gerakan Islam bercabang dari Sunni

Ikhwanul Muslimin (Arab:الاخوان المسلمون al-ikhwān al-muslimūn) sering hanya disebut (Arab الإخوان Al-Ikhwan) adalah sebuah organisasi politik berideologi Islamisme Sunni tertua serta terbesar [1], organisasi ini didirikan untuk perjuangan kemerdekaan wilayah di Mandat Britania atas Palestina pada saat-saat Perang Dunia II [2] dimana perseteruan antara Britania Raya dengan Jerman sejak dalam Perang Dunia I masih berlanjut dan saat itu pula di Jerman diperintah oleh National Socialist German Workers Party (NSDAP) yang berideologikan Naziisme yang juga Antisemitisme dibawah pimpinan Adolf Hitler, karena itu terdapat tuduhan yang dilontarkan kepada kaum Nazi yang sangat menentang dengan perencanaan pembentukan negara bagi kaum Yahudi ikut terlibat dalam organisasi yang oleh pihak Britania Raya disebut sebagai organisasi subversif.[3] [4] [5] [6] [7] [8], dikemudian hari, paham politik Ikhwanul Muslimin tersebar ke seluruh dunia [9],

Ikhwanul Muslimin
Ketua umumMahdi Akef
Dibentuk1928
Ismailia, Mesir
IdeologiIslamisme; Demokrasi islam
Situs web
www.ikhwanweb.com

Sejarah

Masa-masa awal

Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928 dengan pendiri Hassan al-Banna, bersama keenam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Ikhwanul Muslimin pada saat itu dipimpin oleh Hassan al-Banna. Pada tahun 1930, Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan pada Rapat Umum Ikhwanul Muslimin pada 24 September1930[10]. Pada tahun 1932, struktur administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan pada tahun itu pula, Ikhwanul Muslimin membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada tahun 1933, Ikhwanul Muslimin menerbitkan majalah mingguan yang dipimpin oleh Muhibuddin Khatib.

Perkembangan 1930-1948

Kemudian pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi Persaudaraan Muslimah. Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung ke Ikhwanul Muslimin.[11] Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan al-Banna[12]. Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut serta dalam perang melawan Israel di Palestina. Saat organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru dibekukan oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir tahun 1948. Berita penculikan Naqrasyi di media massa tak lama setelah pembekuan Ikhwanul Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul Muslimin.

1950-1970

Secara misterius, pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna meninggal dunia karena dibunuh pada 12 Februari 1949. Kemudian, tahun 1950, pemerintah Mesir merehabilitasi organisasi Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu, parlemen Mesir dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir menganggap bahwa pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul Muslimin pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi. Kemudian, tanggal 23 Juli 1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama dengan Ikhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki Raja Faruk pada Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini, dikarenakan tujuan Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang dikuasai oleh militer sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini, Jamal Abdul Nasir menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat revolusi. Sejak saat ini, Ikhwanul Muslimin kembali dibenci oleh pemerintah.

1970-sekarang

Ketika Anwar Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara mulai dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada tahun 1973, Umar Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin. Umar Tilmisani menempuh jalan moderat dengan tidak bermusuhan dengan penguasa. Rezim Hosni Mubarak saat ini juga menekan Ikhwanul Muslimin, dimana Ikhwanul Muslimin menduduki posisi sebagai oposisi di Parlemen Mesir.

Pemikiran

Ikhwanul Muslimin merupakan sebuah organisasi Islam berlandaskan ajaran Islam. Ia merupakan salah satu jamaah dari beberapa jamaah yang ada pada umat Islam, yang memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan da’wah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam[13]. Ikhwanul Muslimin menolak segala bentuk penjajahan dan monarki yang pro-Barat.

Kredo

Ikhwanul Muslimin memiliki kredo berupa:

  1. Allah tujuan kami
  2. Rasulullah teladan kami
  3. Al-Qur'an landasan hukum kami
  4. Jihad jalan kami
  5. Mati syahid cita-cita kami yang tertinggi

Walaupun begitu, Ikhwanul Muslimin tetap mengikuti perkembangan teknologi dan tidak meninggalkannya. Sebagai organisasi Islam moderat, Ikhwanul Muslimin diterima oleh segala lapisan dan pergerakan. Ikhwanul Muslimin menekankan adaptasi Islam terhadap era globalisasi, bukan berarti umat Islam turut terseret dalam era globalisasi. Ikhwanul Muslimin mengadopsi sebagian besar ajaran Da'wah Salafiyyah.

Pimpinan

Pimpinan Ikhwanul Muslimin disebut Mursyid 'Am atau Sekretaris Jenderal. Adapun tugas dari Mursyid 'Am adalah untuk mengatur organisasi Ikhwanul Muslimin di seluruh dunia. Berikut ini adalah daftar Mursyid 'Am yang pernah memimpin Ikhwanul Muslimin:

Ikhwanul Muslimin di Indonesia

Ikhwanul Muslimin masuk ke Indonesia melalui jamaah haji dan kaum pendatang Arab sekitar tahun 1930. Pada zaman kemerdekaan, Agus Salim pergi ke Mesir dan mencari dukungan kemerdekaan. Waktu itu, Agus Salim menyempatkan untuk bertemu kepada sejumlah delegasi Indonesia, termasuk Agus Salim.

Ikhwanul Muslimin memiliki peran penting dalam proses kemerdekaan Republik Indonesia. Atas desakan Ikhwanul Muslimin, negara Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia, setelah dijajah oleh Belanda. Dengan demikian, lengkaplah syarat-syarat sebuah negara berdaulat bagi Republik Indonesia[14].

Ikhwanul Muslimin kemudian semakin berkembang di Indonesia setelah Muhammad Natsir mendirikan partai yang memakai ajaran Ikhwanul Muslimin, yaitu Partai Masyumi[15].

Partai Masyumi kemudian dibredel oleh Soekarno dan dilarang keberadaannya. Kemudian pada Pemilu tahun 1999 berdiri partai yang menggunakan nama Masyumi, yaitu Partai Masyumi Baru dan Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (PPII Masyumi)[16]. Selain itu berdiri juga Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Keadilan (PK) yang sebelumnya banyak dikenal dengan jamaah atau kelompok Tarbiyah. PBB mendeklarasikan partainya sebagai keluarga besar pendukung Masyumi[17]. Sedangkan menurut Yusuf Qardhawi, Partai Keadilan (kini berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera atau PKS) merupakan perpanjangan tangan dari gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir yang mewadahi komunitas terbaik kalangan muda intelektual yang sadar akan agama, negeri, dunia, dan zamannya [18]. Namun tulisan ulama yang kini bermukim di Qatar itu belum pernah mendapat konfirmasi dari para pengurus DPP PKS [19]. Jika dilihat dari Piagam Deklarasi PKS [20] dan AD/ART PKS [21] [22], PKS tidak pernah menyebutkan hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin.

Selain partai-partai di atas, ada juga ormas Islam di Indonesia yang terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin ini, paling tidak itu terlihat dari nama ormas tersebut. Ormas yang dimaksud, antara lain adalah Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia) yang berafiliasi ke PPP, dan Ikhwanul Muslimin Indonesia (IMI). Parmusi saat ini diketuai oleh Bachtiar Chamsyah[23]. Sedangkan IMI yang dideklarasikan di Depok pada tahun 2001, diketuai oleh Habib Husein Al Habsyi[24].

Lalu pada Pemilu tahun 2004, Partai Masyumi Baru dan PPII Masyumi tidak dapat mengikuti pemilu lagi karena tidak lolos electoral threshold. Partai Masyumi Baru bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP)[25]. PBB masih dapat terus mengikuti pemilu[26]. Sedangkan PK mengikuti Pemilu 2004 setelah berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Setelah pemilu 2004, PBB terancam tidak dapat mengikuti pemilu 2009 karena tidak lolos electoral threshold. Sedangkan PKS dan PPP masih dapat terus mengikuti pemilu 2009 karena lolos electoral threshold.

Jadi secara umum, Ikhwanul Muslimin cukup banyak memberikan inspirasi pada organisasi-organisasi di Indonesia. Namun tidak jelas mana yang benar-benar berhubungan secara resmi dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Jika diringkas, organisasi di Indonesia yang terinspirasi dari Ikhwanul Muslimin antara lain:

  1. Partai Masyumi
  2. Partai Masyumi Baru (1998)
  3. Partai Politik Islam Indonesia Masyumi (1998)
  4. Persaudaraan Muslimin Indonesia
  5. Partai Bulan Bintang (1998)
  6. Partai Keadilan (1998)
  7. Ikhwanul Muslimin Indonesia (2001)
  8. Partai Keadilan Sejahtera (2002)

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ The Moderate Muslim Brotherhood, Robert S. Leiken & Steven Brooke, Foreign Affairs Magazine
  2. ^ http://www.indiana.edu/~league/1928.htm World War II - Chronology 1928
  3. ^ lihat: Avi Jorisch, "Al-Manar: Hizbollah TV," Middle East Quarterly, Winter 2004. lihat pula: Lisbeth Rausing, "Frequenzen des Hasses. Wie die Hisbollah ihre Mordpropaganda nach Europe trdgt," Frankfurter Allgemeine Zeitung (FAZ), Vol. 13, March 2004 (German).
  4. ^ Along with the FES and the Hizbollah Consultative Centre for Studies and Documentation, the Deutsche Orient-Institut Beirut and the University of Birminham's Centre for the Study of Islam were also involved in organizing the conference, held on 17-19 February 2004. See the FES's press release of 23 February 2004.
  5. ^ Brynjar Lia, The Society of the Muslim Brothers in Egypt (Reading: Ithaca Press, 1988), p. 175. The British secret service officer Seth Arsenian confirms this information: "Nazi agents also paid subversive groups, such as...the Ikhwan al-Muslimun in Egypt, to run propaganda against the British in Palestine" (Ikhwan al-Muslimun: Arab term for the Muslim Brothers). See Arsenian, "Wartime Propaganda," p. 425., ISBN 0863722202 ISBN 978-0863722202
  6. ^ Seth Arsenian, "Wartime Propaganda in the Middle East," Middle East Journal, Vol. 2, No. 4 (1948): 421; Robert Melka, The Axis and the Arab Middle East 1930-1945, thesis, University of Minnesota, University Micro- films, Inc., Ann Arbor, MI, 1966, pp. 47; Heinz Tillmann, Deutschlands Araberpolitik im Zweiten Weltkrieg (East Berlin: Verlag der Wissenschaften, 1965), pp. 83 (German). According to Arsenian and Melka, Arabic broadcasting from Zeesen began in 1938
  7. ^ Nicholas Bethell, Das Paldstina-Dreieck, Juden und Araber im Kampf um das britische Mandat 1935 bis 1948 (Frankfurt am Main: Propylden-Verlag, 1979), p. 240 (German). According to Bethell, El-Husseini was the "Leiter" ("Director") of this station, while according to Hurewitz the Mufti was a director of the "Arab Bureau" in Berlin, which was responsible for preparing and transmitting the Arabic broadcasts, under the supervision of Goebbels's Propaganda Ministry. See J. C. Hurewitz, The Struggle for Palestine (New York: Norton, 1951), p. 154.
  8. ^ K|ntzel, Djihad, p. 46. In 1948, after el-Husseini had been appointed chairman of the Muslim Brothers in Palestine and the deputy of Hassan al-Banna, The Magazine of the Year wrote, "...about one in every ten Arabs is a follower of the Mufti, and...it is unwise to criticize Haj Amin in public." See Gensicke, Der Mufti, p. 143. This was also the view of the Egyptian premier, Sidqi Pasha, who had initially supported the Partition Plan. This instrumental reason, which today seems to us like a relic of a distant past, was documented in 1947 by the responsible representative of the Jewish Agency for the Arab world, Eliyahu Sasson: "According to Sasson's report, the prime minister repeatedly stressed that he is a businessman. He is neither pro-Jewish nor pro-Arab. He looks out for the welfare of Egypt. If that dictates Jewish- Arab understanding, so be it." Cited in Michael Doran, Pan-Arabism before Nasser (New York: Oxford University Press, 1999), pp. 70. and pp. 99. 45. K|ntzel, Djihad, pp. 70.
  9. ^ Gerakaan Keagamaan dan Pemikiran bab 2 halaman 13
  10. ^ ikhwanweb.com
  11. ^ ikhwanweb.com
  12. ^ Gerakan Keagamaan dan Pikiran bab 2 halaman 8
  13. ^ www.al-ikhwan.net
  14. ^ www.al-ikhwan.net
  15. ^ Majalah Sabili, edisi khusus tahun 2004
  16. ^ http://wiki-indonesia.club/wiki/Pemilihan_Umum_Indonesia_1999
  17. ^ pbb-online.org
  18. ^ Qardhawi, DR. Yusuf (2001), Umat Islam Menyongsong Abad ke-21, Era Intermedia, Solo, ISBN 979-9183-56-1 pp. 92;
  19. ^ eramuslim.com
  20. ^ www.pk-sejahtera.org
  21. ^ http://pks-anz.org/pkspedia/index.php?title=Anggaran_Dasar
  22. ^ http://pks-anz.org/pkspedia/index.php?title=Anggaran_Rumah_Tangga
  23. ^ republika.co.id
  24. ^ republika.co.id
  25. ^ Koran Kompas, Rabu, 3 September 2003
  26. ^ http://wiki-indonesia.club/wiki/Pemilihan_Umum_Indonesia_2004

Bacaan lanjut

Pranala luar