Anggun C. Sasmi

Penyanyi dan Pencipta lagu asal Indonesia naturalisasi kewarganegaraan Prancis

Anggun Cipta Sasmi (lahir 29 April 1974) adalah penyanyi Indonesia yang sekarang memiliki kewarganegaraan Perancis. Hingga saat ini ia masih satu-satunya penyanyi Indonesia yang berhasil menerobos pasar musik dunia. Saat ini ia bermukim di Paris, Perancis dan Montreal, Kanada untuk melanjutkan karir internasionalnya. Hingga tahun 2005, ia telah sukses menjual sebanyak 3 juta kopi album internationalnya di seluruh dunia,[1] menjadikannya artis Asia paling sukses di luar Asia.

Anggun C. Sasmi
Anggun
Anggun
Informasi latar belakang
GenreWorld Music, Pop, Rock, R&B
PekerjaanPenyanyi
Tahun aktif1986 - sekarang
LabelHeben Music (Perancis)
Sony BMG
Warner Music International
Situs webhttp://www.anggun.com/

Masa kecil dan karir di Indonesia

Anggun merupakan putri dari pasangan Darto Singo, seorang seniman Indonesia, dengan Dien Herdina, sorang ibu rumah tangga berdarah Keraton Yogyakarta. Anggun menempuh pendidikan dasarnya di sebuah sekolah Katolik di Jakarta, walaupun Anggun adalah Muslim. Anggun hidup dalam keluarga yang penuh seni. Sejak usia 7 tahun Anggun digembleng latihan vokal setiap hari oleh ayahnya. Anggun diajarkan berbagai latihan teknik vokal dengan penuh disiplin. Ibunya kemudian bertindak sebagai manajer dan bertugas menerima order menyanyi untuk Anggun. Pada usia 9 tahun, Anggun mulai menciptakan lagu-lagunya sendiri dan mulai merekan album anak-anak.

Saat menginjak usia 12 tahun, Anggun meluncurkan album rock pertamanya berjudul Dunia Aku Punya (1986). Album tersebut diterbitkan oleh produser terkenal Indonesia, Ian Antono. Album pertamanya mendapat sambutan yang lumayan meskipun belum melambungkan nama Anggun. Nama Anggun baru benar-benar meroket di tahun 1990, setelah merilis album-singel berjudul Mimpi, kemudian disusul Tua Tua Keladi dan Takut yang sukses besar di pasaran dan melejitkan Anggun sebagai penyanyi rock remaja papan atas. Anggun berhasil meraih penghargaan sebagai "Artis Indonesia Terpopuler 1990-1991". Anggun kemudian meluncurkan album keduanya, Anak Putih Abu Abu (1991), lalu kemudian Nocturno (1992), Anggun C. Sasmi... Lah!!! (1993), dan yang terakhir Yang Hilang (1994). Pada usia 19 tahun, Anggun juga telah berhasil mendirikan perusahaan rekaman sendiri, PT Bali Cipta Record untuk merilis album-albumnya. Di Indonesia, Anggun telah berhasil menjual lebih dari 5 juta kopi albumnya hingga saat itu. Menjadikannya salah satu penyanyi rock paling populer di era awal 1990-an.

Karir internasional

Perjuangan menuju karir internasional

Pada tahun 1992, Anggun menikah muda dengan Michel de Ghea, seorang warga negara Perancis. Anggun bertemu dengan Michel saat mengadakan tour ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pada tahun 1994, Anggun bertekad untuk mewujudkan mimpinya sebagai artis bertaraf internasional. Setelah menjual perusahaan rekamannya, Anggun hijrah ke Eropa bersama suaminya dan meninggalkan segala popularitas yang dimilikinya di Indonesia.

Anggun menetap di London, Inggris selama setahun. Selama di Inggris Anggun rajin mengirim demo rekaman ke berbagai studio di Inggris. Di London Anggun mengalami yang namanya "culture shock". Uang hasil penjualan perusahaan rekamannya habis sedikit demi sedikit akibat tingginya biaya hidup di London. Anggun pun harus menerima kekecewaan tatkala semua demo rekaman yang dikirmnya tidak mendapat sambutan yang positif. Hingga akhirnya Anggun berada pada kesimpulan bahwa karirnya tidak akan pernah tumbuh di Inggris dan berencana untuk memulai karir di negara lain. Anggun kemudian memutuskan untuk pindah ke Belanda, dimana lebih banyak terdapat orang Indonesia. Di perjalanan menuju Belanda, Anggun singgah dulu di Paris, Perancis, kampung halaman suaminya. Namun kemudian, Anggun akhirnya membatalkan niatnya ke Belanda dan memutuskan untuk menetap dan memulai karir di Perancis.

Pada tahun 1996, akhirnya Anggun berhasil bertemu dengan Erick Benzi, salah seorang produser besar Perancis yang pernah menangani album sejumlah penyanyi terkenal seperti Celine Dion, Jean-Jacques Goldman, Jhonny Hallyday dan lainnya. Benzi pun terpikat oleh kemampuan vokal Anggun, dan menawarkannya rekaman album solo di Perancis. Setelah mempelajari bahasa Perancis di Alliance Français selama sebulan, Anggun dan Benzi mulai membuat rekaman album.

Setelah rekaman itu selesai, Sony Music France pun tertarik dan merekrut Anggun sebagai artis rekaman mereka. Tidak hanya itu, Anggun pun dikontrak dalam 2 album, yaitu album berbahasa Perancis dan album berbahasa Inggris.

Au Nom de la Lune, Snow on the Sahara, dan kesuksesan internasional

24 Juni 1997 merupakan tanggal keramat bagi Anggun ketika album pertamanya Au Nom de la Lune (Atas Nama Bulan) dilepas ke pasaran Perancis. Single pertama Anggun, "La Neige au Sahara", mendapat tempat di hati peminat musik Perancis bahkan hingga Belgia, Swiss, dan Kanada. Single ini tercatat sebagai lagu yang paling sering diputar di radio-radio Perancis tahun 1997 dan menjadi salah satu Hit Summer '97. Album yang memuat elemen pop ditambah bunyi-bunyian instrumen tradisional Indonesia (tambur, seruling, kemiri) ini berhasil mereguk sukses dengan penjualan lebih dari 150.000 kopi di Perancis, menjadikannya seorang artis berbangsa Indonesia pertama yang berhasil meletakkan nama sejajar dengan artis-artis Perancis yang ada.

Tahun berikutnya, Anggun meluncurkan album berbahasa Inggris pertamanya, Snow on the Sahara. Album ini dirilis di lebih dari 33 negara di Eropa, Asia, dan Amerika. Khusus untuk Jepang, Indonesia dan Malaysia, album ini dirilis dalam edisi spesial bertajuk Anggun (Di Indonesia disertai dengan single berjudul "Kembali"). Single Snow on the Sahara pun seketika menjadi hits besar. Single ini melayang hampir seluruh tangga lagu di Eropa sepanjang 1998 hingga 1999.[2] Single ini sempat mencapai posisi 1 di Italia, Spanyol dan beberapa negara di kawasan Asia Timur. Di Eropa, single ini bahkan berhasil menduduki Top 5 pada UK Club Charts, Inggris.

Di Amerika Serikat, Snow on the Sahara dirilis pada Mei, 1998 oleh Epick Record. Kiprah Anggun di Amerika Serikat dimulai saat ia tampil di acara TV Rossie O'Donnel Show. Anggun juga tampil di acara New York Session West 54th [3][4] dan dikupas sejumlah media diantaranya CNN, Billboard, dan Rollingstone. Anggun juga diundang oleh Sarah McLachlan untuk tampil di panggung Lilith Fair, festival musik wanita berkeliling Amerika dan menjadi satu-satunya penyanyi Asia yang mendapat kehormatan tampil pada acara Divas Live di Las Vegas. Meskipun demikian, Snow on the Sahara tidak meraih kesuksesan yang berarti di Amerika dan terjual sebanyak 200.000 kopi saja. Namun, Anggun berhasil membuat sejarah dengan menjadi artis Asia pertama yang menembus tangga lagu Billboard di posisi #16 (disusul 7 tahun kemudian oleh Utada Hikaru). Sementara album Snow on the Sahara sendiri berada di posisi #23 Billboard Heat Seekers Charts.

Album Snow on the Sahara telah sukses meraih sejumlah platinum di beberapa negara dengan total penjualannya melebihi angka 1 juta kopi di seluruh dunia, menjadikan Anggun sebagai artis Asia dengan penjualan album paling tinggi di luar Asia (rekor yang masih dipegang Anggun hingga saat ini). Snow on the Sahara juga menjadi album tersukses Anggun sepanjang karirnya.

Désirs Contraires, Chrysalis

Pada tahun 1999, Anggun resmi bercerai dengan Michel de Ghea. Pada September, 2000, Anggun kembali merilis album keduanya berjudul Désirs Contraires (versi bahasa Perancis) dan Chrysalis (versi bahasa Inggris). Album kedua Anggun ini masih diproduseri Erick Benzi dan Anggun menulis semua lirik berbahasa Ingggris. Di album ini, Anggun menjagokan single pertama "Still Reminds Me" untuk pasaran internasional dan "Un Geste D'amour" untuk Perancis. Untuk pasaran Asia Tenggara, Anggun juga merilis single berbahasa Indonesia berjudul "Yang Ku Tunggu". Single "Still Reminds Me" kemudian berhasil menduduki Top 5 dalam The Music & Media Europe Brokers Breakers Charts dan mencapai puncak Asian United Chart selama beberapa minggu. Sayangnya, Chrysalis tidak dirilis di Amerika Serikat meskipun "Still Reminds Me" mengudara di beberapa radio Amerika. Meskipun demikian, album kedua ini masih multiplatinum album dan terjual lebih dari 1 juta kopi (di Italia berhasil menyabet Gold dalam waktu seminggu).

Pada akhir tahun 2000, Anggun mendapat undangan untuk tampil pada konser Natal di Vatikan bersama Bryan Adams. Pada tahun 2001, Anggun menggelar tour pertamanya keliling Eropa dan Asia. Konser pertama Anggun dimulai di Le Bataclan, Perancis pada 1 Februari 2001 dan berakhir di Kallang Theater, Singapura pada 30 April 2001.

Open Hearts dan era kolaborasi

Pada tahun 2002, Anggun merilis album Open Hearts yang merupakan original soundtrack dari film "Open Hearts" arahan sutradara Denmark, Susanne Bier. Album ini juga menjadi album kedua Anggun yang dirilis di Amerika Serikat, meskipun sayangnya gagal di pasaran Amerika. Single pertama album ini, "Open Your Heart" sempat dinominasikan sebagai "Best Song" pada Danish Movie Awards 2003, dan Academy Awards. Selain Open Hearts, sebelumnya Anggun juga turut menyumbang lagu berjudul "Rain" untuk soundtrack film Belanda, "Anja and Viktor" (2001).

Sepanjang tahun 2001 hingga 2003 Anggun juga terlibat banyak kolaborasi, diantaranya duet dengan DJ Cam dalam lagu jazz "Summer in Paris" di album "Soulshine" (2001). Kemudian kolaborasi dengan Deep Forest pada lagu bercengkok Sunda, "Deep Blue Sea" di album "Music Detected" (2002). Pada tahun 2003 Anggun juga melakukan duet dengan penyanyi rock terkenal Italia, Piero Pelù dalam single berjudul "Amore Immaginato". Single ini berhasil menduduki posisi puncak National Italian Airplay Chart selama sebulan. Kolaborasi Anggun lainnya yaitu dengan Serge Lama dan Tri Yann pada tahun 2003.

Pada tahun 2002, Anggun mendapatkan penghargaan "The Cosmopolitan Asia Women Award". Kemudian "The Women Inspire Award" sebagai penyanyi yang memberi inspirasi kepada seluruh wanita Asia atas karirnya sebagai penyanyi solo asal Asia yang sukses di dunia internasional. Pada tahun 2003, Anggun juga menerima penghargaan "The International Exhibition of the Music Industry", penghargaan khusus yang diserahkan langsung oleh Menteri Kebudayaan Perancis, dan Diamond Export Sales Award untuk angka penjualan albumnya yang mencapai lebih 1,5 juta kopi di luar Perancis.

Pada tahun 2003, Anggun mengakhiri kerjasamanya dengan Sony Columbia. Anggun juga memutuskan pindah ke Montreal, Kanada untuk memperlebar sayapnya di Amerika. Di sini pula Anggun kemudian bertemu jodoh dengan Olivier Maury, seorang sarjana politik Kanada dan mereka menikah di tahun 2004.

Luminescence dan Best Of

Setelah nyaris 5 tahun tidak merilis album studio, Anggun kembali mengobati rindu para penggemarnya dengan merilis album ketiganya Luminescence pada tahun 2005.[5] Berbeda dengan album-album sebelumnya, untuk versi bahasa Perancis dan bahasa Inggris dirilis dengan judul yang sama. Single pertama untuk edisi Perancis "Être une Femme" dirilis lebih awal dari albumnya dan telah dinobat sebagai Lagu Paling Populer Tahun 2004 oleh Radio France International, sebuah stasiun radio bertaraf internasional di Perancis. Untuk versi bahasa Inggris, Luminescence menjagokan 3 single, yaitu "In Your Mind", "Undress Me" dan "Saviour". Album ini juga mendapat sambutan hangat di Timur Tengah, bahkan "In Your Mind" dan "Undress Me" mencapai posisi puncak di tangga lagu Turki, Uni Emirat Arab, dan Lebanon. "Saviour" juga terpilih menjadi soundtrack film The Transporter 2 dan menjadi hits di Rusia, Yunani, dan Italia. Album ketiga Anggun ini tidak lagi ditangani Erick Benzi. Di album ini, Anggun telah bergabung dengan nama-nama tersohor dalam dunia musik Perancis seperti Jean-Pierre Taieb, Lionel Florence, Evelyn Kraal, dan Jean Faque. Album ini beredar di seluruh negara Eropa, Kanada, Jepang, Timur Tengah, dan Asia Tenggara. Pada Juni 2006, Anggun juga menggelar konser besar-besaran di Jakarta dengan tajuk "Konser Untuk Negeri" yang dipadati hingga 5.000 pengunjung.[6]

Setahun berikutnya, Anggun merilis edisi repackage Luminescence berjudul Luminescence - Special Edition. Pada edisi ini, Anggun menyisipkan tiga buah lagu baru. Single terbarunya, I'll Be Alright telah pun diputar di radio Indonesia manakala klip videonya direkam secara rahasia di Jakarta dan Bali sewaktu Anggun berada di Indonesia untuk menyukseskan konsernya. Sebuah buku foto Anggun disertakan dengan setiap pembelian album tersebut.

Pada tahun 2005, Anggun menerima sebuah penghargaan prestisius, "Chevalier des Arts et Lettres" dari Menteri Kebudayaan Perancis atas prestasi karir dan kontribusinya pada budaya Perancis di seluruh dunia. Anggun juga menerima penghargaan khusus dari Anugerah Musik Indonesia (AMI Awards) 2006 sebagai "Artis Internasional Terbaik".[7] Anugerah khas itu diberikan atas keberhasilannya mengukir nama di luar negeri dan menaikan nama industri musik Indonesia dan Asia di mata dunia. Anggun juga terpilih sebagai jurubicara PBB bagi program "Skim Mikrokredit"[8] serta menjadi ikon dan brand ambassador bagi Audemars Piguet, sebuah perusahaan jam tangan mewah dari Swiss.[9] [10]

Menandai 20 tahun karirnya di blantika musik, Anggun merilis album Best Of-nya di akhir tahun 2006. Di album ini selain menampilkan sejumlah hits selama karir internasionalnya, Anggun juga mengaransemen ulang 3 lagu lawasnya yang dulu populer di tahun 1990, yaitu "Mimpi", "Bayang Bayang Ilusi", dan "Takut". Album ini meraih Double Platinum di Indonesia hanya dalam waktu sebulan. Album Best Of Anggun juga dirilis Italia dengan daftar track yang berbeda.

Elevation

Pada akhir tahun 2008, Anggun meluncurkan album internasional keempatnya berjudul Elevation. Album ini memainkan warna musik urban mulai dari hip hop, rap, R&B, dan dance, jauh berbeda dengan album-album Anggun sebelumnya yang didominasi warna etnik dan world music.[11] Di album ini Anggun menggandeng 2 produser bertangan dingin asal Amerika Serikat, Tefa dan Masta. Selain itu Anggun juga berkolaborasi dengan Pras Michel (salah seorang personel The Fugees), DJ Laurent Wolf dan Big Ali. Single pertama dari album ini yaitu "Si Tu L'avoues" untuk pasaran Perancis, "Crazy" untuk pasaran internasional, dan "Jadi Milikmu" untuk pasaran Indonesia.

Kehidupan pribadi

Anggun menikah muda dengan Michael de Gea, seorang warga negara Perancis pada tahun 1992. Konon pernikahan ini kurang disetujui oleh pihak keluarganya karena perbedaan usia yang besar. Bersama Michel, Anggun kemudian hijrah ke Eropa untuk mewujudkan mimpinya. Pasangan ini lalu menetap di London (sejak 1995), lalu di Paris. Namun sayangnya setelah 7 tahun, pernikahan ini kandas pada tahun 1999.

Pada tahun 2003 Anggun bertemu dengan Olivier Maury, seorang sarjana politik Kanada. Hubungan ini berlanjut ke jenjang perkawinan pada tahun berikutnya melalui upacara sederhana di Bali. Maury kemudian menjadi manajernya. Namun demikian semenjak pertengahan 2006 hubungan keduanya juga berakhir dalam perceraian.

Sejak 8 November 2007, Anggun dikarunia seorang anak perempuan yang dinamai Kirana dari hubungannya dengan Cyril Montana.[12], seorang penulis Perancis.

Diskografi

Referensi

Pranala luar