Haryanto (pengusaha)

Revisi sejak 1 April 2022 10.41 oleh Fachrian Muzaqi (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{Infobox person | name = Haryanto | image = | alt = | caption = | birth_name = <!-- only use if different from name --> | birth_date = {{Birth date and age|1959|12|17}} | birth_place = Kudus, Jawa Tengah | death_date = <!-- {{Death date and age|YYYY|MM|DD|YYYY|MM|DD}} (DEATH date then BIRTH date) --> | death_place = | nationality = {{INA}} | other_names...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Haryanto (lahir 17 Desember 1959) adalah pengusaha Indonesia. Ia merupakan pendiri Perusahaan Otobus Haryanto, salah satu perusahaan otobus di wilayah Karesidenan Pati.

Haryanto
Lahir17 Desember 1959 (umur 64)
Kudus, Jawa Tengah
Kebangsaan Indonesia
Nama lainPak Haji
PekerjaanPengusaha, Purnawirawan TNI Angkatan Udara
Dikenal atasPendiri Perusahaan Otobus Haryanto
Suami/istriSuheni (m.1982, w.2014) Nurhana (m.2015)
AnakRian Mahendra

Dewi Syafiq

Agus
Orang tua
  • Muhammad Sipan (bapak)
  • Sutami (ibu)
Karier militer
Dinas/cabang TNI Angkatan Udara
Lama dinas1979 - 2000
Pangkat Kopral Kepala
KesatuanBatalyon Arteri Pertahanan Udara Ringan 01

Kehidupan awal

Masa kecil

Haryanto lahir sebagai anak ke-6 dari 11 bersaudara dari pasangan Muhammad Sipan dan Sutami. Meski menjadi anak yang keenam, Haryanto merupakan anak laki-laki tertua dalam keluarganya. [1]

Haryanto dibesarkan dalam keluarga yang sederhana. Ia paham betul bagaimana perjuangan kedua orangtuanya dalam menafkahi keluarganya. Ayahnya hanyalah buruh serabutan yang terkadang memiliki pekerjaan sambilan berula memisahkan daging dan tulang ikan di pasar. Sedangkan ibunya hanyalah pedagang kecil. Sebagai anak laki-laki tertua dalam keluarga, mau tidak mau Haryanto harus ikut membantu orangtuanya menyambung hidup. Semasa sekolah dasar ia harus mencari rumput untuk dijual terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah. Rumput itulah yang kelak akan ditukar dengan nasi untuk dimakan bersama keluarganya. [1]

Masa remaja

Kegiatan tersebut dilakukan sampai dirinya lulus dari sekolah menengah pertama pada tahun 1974. Setelah itu, Haryanto melanjutkan sekolahnya menuju Sekolah Teknik Negeri, setara dengan sekolah menengah kejuruan teknik pada masa kini. Di masa sekolah teknik inilah Haryanto memiliki impian untuk menjadi tentara. Untuk mewujudkan impiannya, ia melakukan apapun, termasuk berjualan es lilin keliling. Hasil berjualan es diberikan kepada orang tuanya untuk kebutuhan keluarga.[1]

Mendaftar sebagai Tentara

Selepas lulus dari Sekolah Teknik Negeri pada tahun 1977, Haryanto sebenarnya ingin melanjutkan cita-citanya menjadi tentara. Namun, ekonomi keluarga menjadi penghalang. Ia baru bisa mewujudkan impian tersebut pada tahun 1979, dimana ia mendaftar di Batalyon Arteri Pertahanan Udara Ringan 01 milik TNI Angkatan Udara yang terletak di Tangerang, dan diterima. Ia juga mendapatkan beasiswa sekolah di Bandung untuk dilatih jadi pengemudi kendaraan yang khusus mengangkut kendaraan senjata berat seperti tank. Pada tahun 1982, ia mendapat kenaikan pangkat yang mulanya prajurit dua menjadi prajurit satu. Karier militernya berakhir pada tahun 2000, dimana ia memutuskan pensiun dini dengan pangkat kopral kepala. [1].

Kehidupan setelah menikah

Setelah menikah dengan Suheni pada tahun 1982, Haryanto nekat membawa istrinya untuk mengontrak. Mereka hidup dengan sederhana sampai pada akhirnya anak pertama mereka lahir pada tahun 1983. Melihat gaji yang pas-pasan ia pun memutar otak agar punya penghasilan tambahan. Hingga Haryanto memutuskan setiap pulang dinas, ia kerja jadi sopir angkutan kota. Ia juga sempat menjadi beberapa perwakilan agen perusahaan-perusahaan bus yang bertujuan ke Jawa Tengah. [1]

Usaha Transportasi

Bisnis angkutan kota

Setelah anak keduanya lahir pada tahun 1984, Haryanto nekat membeli sebuah mobil bekas angkutan kota, dengan uang Rp 750 ribu yang dijadikan uang muka. Dalam setahun, mobil tersebut sudah lunas. Dan di tahun berikutnya, Haryanto kembali membeli mobil angkutan kota. Di tahun 1987, bisnis angkutan kota miliknya berkembang pesat sehingga ia bisa mendirikan showroom mobil angkutan kota miliknya sendiri. [1]

Mendirikan perusahaan bus

Pada tahun 1998, Indonesia krisis moneter. Pada saat itu, banyak angkot yang dijual murah. Saat itu dia membeli banyak mobil angkutan kota. Di tahun yang sama, sebagian besar angkotnya dijual untuk dibelikan lima bus trayek Cikarang-Tangerang. Perusahaan tersebut diberi nama "Haryanto", sesuai nama yang dimilikinya[1]. Kini, bisnis transportasi bus tersebut dikelola bersama-sama dengan ketiga anaknya.

Pernikahan dan keluarga

Haryanto menikah dengan Suheni pada tahun 1982. Dari pernikahannya dengan Suheni, Haryanto dikarunai 3 anak dan 7 cucu. [2]. Suheni wafat pada tahun 2014.

Beberapa tahun kemudian, Haryanto kembali menikah dengan Nurhana, seniman campursari kenamaan asal Boyolali, dimana usia mereka terpaut 19 tahun.

Referensi