Persembahan curahan
Korban curahan adalah cairan atau biji-bijian, misalnya beras, yang dicurahkan secara khidmat dalam suatu upacara sebagai persembahan kepada dewata atau makhluk halus, atau untuk mengenang orang yang sudah wafat. Persembahan korban curahan merupakan amalan lumrah di dalam agama-agama purba, bahkan masih diamalkan berbagai kelompok budaya dewasa ini.
Sarana korban curahan dapat berwujud berbagai macam benda, yang paling lazim adalah anggur atau minuman-minuman beralkohol jenis lain, minyak zaitun, madu, dan minyak samin di India. Wadah-wadah yang dipakai dalam upacara persembahan korban curahan, antara lain patera, sering kali dibuat lebih istimewa bentuknya, sehingga terbedakan dari wadah-wadah biasa untuk keperluan sehari-hari. Korban curahan dapat dicurahkan ke atas benda yang memiliki signifikansi keagamaan, misalnya mezbah, dan dapat pula dicurahkan ke tanah.
Di Asia Timur, pencurahan sesaji beras ke air mengalir melambangkan pelepasan dari karma dan kekuatan jahat.
Amalan agama
Sejarah
Sumer Kuno
Bagi bangsa Sumer, akhirat adalah relung gelap dan suram nan jauh di dasar bumi.[1][2] Alam gersang ini disebut Kur.[1][3][4] Hanya debu yang menjadi santapan arwah-arwah di dalamnya.[3] Oleh karena itu sanak keluarga yang masih hidup perlu mempersembahkan korban curahan ke dalam kubur si mati melalui sebatang pipa lempung, agar si mati dapat melepas dahaga.[3]
Mesir Kuno
Persembahan korban curahan adalah amalan yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Mesir Kuno. Bangsa Mesir Kuno mempersembahkan sesaji minuman untuk memuliakan dan menenteramkan dewa-dewi, leluhur, sesama manusia yang hadir maupun yang jauh, serta lingkungan hidup mereka. Amalan korban curahan diduga mula-mula muncul di kawasan hulu Lembah Sungai Nil, kemudian menyebar ke kawasan-kawasan lain di Afrika maupun ke seluruh dunia.[5][6] Menurut Ayi Kwei Armah, “legenda ini menjelaskan kemunculan adat penenteraman yang dijumpai di seluruh pelosok benua Afrika, maksudnya korban curahan, yakni pencurahan alkohol atau minuman-minuman jenis lain sebagai persembahan kepada arwah nenek moyang dan dewa-dewi.”[7]
Israel Kuno
Korban curahan merupakan bagian dari agama Yahudi kuno dan disebutkankan di dalam Alkitab:[8]
Kemudian Yakub mendirikan tugu di tempat itu, yakni tugu batu; ia mempersembahkan korban curahan dan menuangkan minyak di atasnya.
Di dalam Kitab Yesaya (Yesaya 53:12), korban curahan dijadikan kiasan untuk menggambarkan akhir hayat hamba Allah yang menderita, yang dikatakan "mencurahkan nyawanya ke dalam maut".
Korban curahan untuk berhala ditabukan, selaras dengan larangan Taurat terhadap tindakan menyembah dan berkorban kepada berhala secara umum.
Kristen Purba
Di dalam agama Kristen, korban curahan disebutkan di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru dan diamalkan Yesus maupun tokoh-tokoh Alkitab lainnya.[9]
Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: ”Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.
Ayat Injil Lukas ini merujuk penumpahan darah Yesus sebagai korban curahan Perjanjian Baru.
Tetapi sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian.
Persembahan korban curahan biasanya dijiwai semangat perdamaian. Istilah Yunani untuk korban curahan, σπονδή (sponde), menjadi sinonim dengan "perjanjian damai".[10]
Yunani Kuno
Korban curahan (bahasa Yunani: σπονδή, spondȇ) adalah unsur pokok dan penting dari agama Yunani Kuno, dan merupakan salah satu bentuk amalan agama yang paling sederhana dan paling umum.[11] Di kalangan masyarakat Yunani Kuno, korban curahan adalah salah satu laku keagamaan dasar yang memperlihatkan ketakwaan seseorang. Persembahan korban curahan sudah diamalkan sejak zaman Perunggu bahkan sejak zaman Prasejarah Yunani.[12] Korban curahan menjadi bagian dari keseharian masyarakat, dan orang-orang Yunani yang bertakwa mempersembahkannya setiap hari pada waktu pagi dan senja, maupun sebelum bersantap.[13] Sarana korban curahan seringkali berwujud campuran anggur dan air, tetapi dapat pula berwujud anggur murni, madu, minyak, air, maupun susu.[14]
Referensi
- Eliade, Mircea (1983). Le chamanisme et les techniques archaïques de'l extase. Paris: Éditions Payot.
- Eliade, Mircea (2001). A samanizmus. Az extázis ősi technikái. Osiris könyvtár (dalam bahasa Hungarian). Budapest: Osiris. ISBN 963-379-755-1. Translated from Eliade 1983.
- Hoppál, Mihály (2005). Sámánok Eurázsiában (dalam bahasa Hungarian). Budapest: Akadémiai Kiadó. ISBN 963-05-8295-3. The title means "Shamans in Eurasia", the book is published also in German, Estonian and Finnish. Site of publisher with short description on the book (in Hungarian).
Pranala luar
- Exploring the Libation Ritual in Greek and Roman Myth Diarsipkan 2012-09-11 di Wayback Machine.
- Libation in Hellenismos
- ^ a b Choksi, M. (2014), "Ancient Mesopotamian Beliefs in the Afterlife", World History Encyclopedia
- ^ Barret, C. E. (2007). "Was dust their food and clay their bread?: Grave goods, the Mesopotamian afterlife, and the liminal role of Inana/Ištar". Journal of Ancient Near Eastern Religions. Leiden, The Netherlands: Brill. 7 (1): 7–65. doi:10.1163/156921207781375123. ISSN 1569-2116.
- ^ a b c Black, Jeremy; Green, Anthony (1992), Gods, Demons and Symbols of Ancient Mesopotamia: An Illustrated Dictionary, The British Museum Press, ISBN 0-7141-1705-6
- ^ Nemet-Nejat, Karen Rhea (1998), Daily Life in Ancient Mesopotamia , Daily Life, Greenwood, ISBN 978-0313294976
- ^ Delia, 1992, hlmn. 181-190
- ^ James, George G. M. (1954) Stolen Legacy, New York: Philosophical Library
- ^ Armah, Ayi Kwei (2006) The Eloquence of the Scribes: a memoir on the sources and resources of African literature. Popenguine, Senegal: Per Ankh, hlm. 207
- ^ Bar, Shaul (2016). A Nation Is Born: The Jacob Story (dalam bahasa Inggris). Wipf and Stock Publishers. hlm. 53. ISBN 978-1-4982-3935-6. Diakses tanggal 5 May 2020.
- ^ Matius 26:7, Matius 26:28, Markus 14:24, Lukas 22:20, Kisah Para Rasul 2:33, Kisah Para Rasul 10:45, Roma 5:5, Filipi 2:7, Filipi 2:17
- ^ "The Cup of God's Wrath: Libation and Early Christian Meal Practice in Revelation".
- ^ Louise Bruit Zaidman dan Pauline Schmitt Pantel, Religion in the Ancient Greek City, diterjemahkan oleh Paul Cartledge (Cambridge University Press, 1992, 2002, pertama kali diterbitkan dalam bahasa Prancis pada tahun 1989), hlm. 28.
- ^ Walter Burkert, Greek Religion (Harvard University Press, 1985, pertama kali diterbitkan dalam bahasa Jerman pada tahun 1977), hlmn. 70, 73.
- ^ Hesiod, Works and Days 724–726; Zaidman dan Pantel, Religion in the Ancient Greek City, hlm. 39.
- ^ Zaidman dan Pantel, Religion in the Ancient Greek City, hlm. 40; Burkert, Greek Religion, hlmn. 72–73.