Teh talua
Teh talua atau teh telur adalah minuman manis khas Sumatra Barat yang dapat dijumpai di lapau, warung tradisional Minangkabau hingga restoran Padang. Minuman ini berupa teh ditambah gula dan telur yang sudah dikocok serta sedikit perasan jeruk nipis. Telur yang digunakan umumnya adalah telur ayam kampung. Teh talua biasanya dikonsumsi sebagai penambah stamina kerja.
Cara membuat teh talua cukup mudah. Pertama-tama, telur bebek atau telur ayam kampung dikocok, dicampur sedikit susu dan gula, hingga berbusa. Setelah itu, seduh dengan air teh panas. Sedikit perasan jeruk nipis dapat ditambahkan untuk menyamarkan bau amis dari telur.
Jika didiamkan sejenak setelah diseduh dengan air teh yang panas, teh talua akan menampilkan lapis-lapis. Lapis atas berupa buih, lapis tengah berwarna putih, dan lapis dasar berwarna kecoklatan.
Asal dan distribusi
Teh talua adalah minuman tradisional dari orang Minangkabau di Sumatra, yang dalam perkembangannya menjadi bagian menu di warung tradisional maupun restoran Padang. Menurut orang Minang dahulu, tidak sembarang orang dapat meminum teh talua. Minuman ini hanya dapat dinikmati oleh bangsawan.[1] Teh talua baru menjadi minuman untuk orang kebanyakan sesudah kebun-kebun teh dibuka di Sumatra Barat, stidaknya pada sepertiga awal abad ke-20.[1][2]
Saat ini, teh talua populer di daerah barat dan tangah pulau Sumatra tempat orang Minangkabau menjadi mayoritas, yaitu Sumatra Barat serta sebagian Bengkulu, Jambi, Riau, dan Sumatra Utara. Orang-orang percaya teh talua baik untuk kesehatan, terutama untuk laki-laki sebagai penambah stamina.[2][3][4] Teh talua juga ditemukan di daerah Indonesia lainnya, seiring banyaknya perantau Minang yang membuka restoran Padang sehingga membuat hidangan tradisional Minang ternama. Di luar daerah asalnya, teh talua tidak lagi disebut dalam bahasa Minangkabau, tapi juga dalam bahasa Indonesia yaitu teh telur atau teh telor.[1][4]
Bahan-bahan
Bahan-bahan membuat minuman teh talua cukup mudah. Bahan utama untuk membuat teh talua adalah kuning telur dan teh. Telur yang dipakai biasanya telur ayam kampung, meskipun juga bisa diganti dengan telur itik.[5] Putih dan kuning telur dipisahkan, dan yang diambil hanya kuning telurnya saja. Lalu, sediakan teh bubuk secukupnya dan air panas atau air yang baru mendidih sekitar 250 mililiter. Berikutnya, satu atau setengah irisan jeruk nipis. Terakhir, gula sekitar dua atau tiga sendok makan atau juga dapat ditambah sesuai salera.[6]
Cara membuat
Kuning telur dimasukkan ke gelas kaca, lalu diberi gula, biasanya dua sendok teh. Sesudah itu, kuning telur dan gula dikocok. Pada zaman dahulu, peralatan untuk mengocoknya adalah lidi-lidi yang sudah diikat berjumlah 20-30 lidi. Sendok atau pegas juga dapat dipakai sebagai alat pengocok. Namun, untuk memundahkan, alat yang digunakan sekarang adalah mikser pembuat kue.[7][8]
Kuning telur dikocok selama beberapa menit hingga warna kuning telur menjadi agak putih menyerupai eggnog atau kogel moel (minuman sejenis yang terkenal di Eropa dan Timur Tengah). Selanjutnya, masukkan air teh yang mendidih ke dalam campuran tersebut. Teh yang digunakan adalah teh hitam pekat. Air teh dimasukkan tidak sampai penuh ke dalam gelas supaya buih yang dihasilkan tidak tumpah.[2][4]
Ketika air teh dituangkan, campuran telur yang sudah dikocok naik ke permukaan. Tampilan teh talua akan membentuk dua lapis (bahasa Minang: lenggek): air teh yang warnanya cokelat di lapis bawah dan air berbuih yang warnanya agak putih di lapis atas. Kadang-kadang, tidak jelas betul perbedaan warna di tiap lapisan, tapi yang pasti air di lapis atas punya buih dan warna yang lebih terang daripada air di lapis bawah.[1][4]
Waktu akan diminum, teh talua biasanya diberi dengan berbagai tambahan. Yang paling sering adalah diberi tambahan perasan jeruk nipis supaya bau amis dari kuning telur hilang. Dalam penyaijannya, potongan jeruk nipis diletakkan di tadah supaya orang yang meminum dapat meniriskannya sesuai selera. Ada pula yang memberi tambahan pemanis, seperti krimer kental manis dan bubuk cokelat, atau rempah-rempah seperti pala, kayu manis, dan kapulaga.[1][4]
Konsumsi
Teh talua dulu adalah minuman yang dibuat di rumah-rumah, tapi kini juga dijual di warung dan restoran. Di Sumatra Barat, minuman ini mudah didapat di lapau, warung tradisional Minangkabau. Bahkan, saking ternamanya, ada pula warung khusus yang menjual teh talua.[9][1][2] Pisang goreng bisa dijadian makanan pendamping untuk minum teh talua. Bagi kalangan tertentu, bercengkerama sambil memesan teh talua bisa sampai begadang; penjaga warung tidak masalah membuka warungnya sampai waktu fajar.[7] Walau tidak banyak, warung yang menjual teh talua juga ditermukan di daerah lain di Indonesia, seperti Jakarta.[4]
Teh talua enak diminum katika masih hangat.[4][7] Sejak akhir abad ke-20, orang-orang sering meminumnya pakai sedotan plastik. Namun, saat ini media sudah mulai sering memberi tahu bahaya minum minuman panas dengan sedotan plastik, karena bahan kimianya bisa tercampur ke minuman. Jika terlalu sering, bahan kimia tadi dapat menyebabkan obesitas, dalam beberapa kasus bahkan dapat menyebabkan kanker.[10]
Manfaat
Minuman teh talua mempunyai beberapa manfaat atau khasiat untuk tubuh. Manfaaat yang pertama yaitu dapat menambah tenaga. Untuk orang-orang pekerja, teh talua sangat cocok karena minuman ini tidak mengandung bahan pengawet. Kedua, manfaat dari minuman ini adalah untuk menjaga kesehatan mata. Di dalam teh talua, terdapat zat karotenoid yang berguna untuk menjaga kesehatan mata, bahkan dapat pula menurunkan resiko terhadap penyakit katarak. Manfaat selanjutnya yakni meningkatkan stamina tubuh serta berguna sebagai pengganti makanan, karena di dalam teh talua sudah mengandung kalori yang berguna bagi tubuh. Manfaaat tarakhir yaitu teh talua dapat memenuhi kebutuhan vitamin tubuh. Hal ini lantaran kuning telur yang terdapat dalam teh talua mengandung vitamin A, D, E, dan K.[11]
Rujukan
- ^ a b c d e f Meita Fajriana. "Teh Talua, Teh Para Bangsawan Sumatera Barat". liputan6.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2021.
- ^ a b c d Ikhwan Wahyudi. "Teh Talua Ampek Lenggek Minuman Khas Minang". LKBN ANTARA. Diakses tanggal 13 Oktober 2021.
- ^ Ikhwan Wahyudi. "Mencicipi Teh Telur Minuman Khas Pria Minang". LKBN ANTARA. Diakses tanggal 13 Oktober 2021.
- ^ a b c d e f g Dhanang David Aritonang. "Wow, Segelas Stamina dari Teh Talua". Kompas. Diakses tanggal 13 Oktober 2021.
- ^ Taum, Yoseph Yapi; Edi, Basuki Sarwo; dkk, Kasma F. Amin (2021-09-01). WAJAH KEMANUSIAAN DALAM PERSPEKTIF BAHASA, SASTRA, DAN PENGAJARAN BAHASA INDONESIA. Penerbit Lakeisha. ISBN 9786235536224.
- ^ Gardjito, Murdjati, dkk (2019). Kuliner Minangkabau. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 163. ISBN 978-602-06-3238-4.
- ^ a b c "Teh Talua — Selain Martabak Kubang ini Teman Begadang Sampai Pagi di Bukittinggi". Tribun. Diakses tanggal 13 Oktober 2021.
- ^ Novra, Eddi; Ariani, Sri (2020-10-11). "TEH TALUA, DAYA TARIK WISATA SUMATERA BARAT". Menara Ilmu. 14 (1). doi:10.31869/mi.v14i1.2111. ISSN 2528-7613.
- ^ Bukalapak. "5 Kedai Teh Talua Terbaik di Padang, Wajib Dikunjungi!". Bukalapak (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-07.
- ^ Basoni, Sonia Permata. "Minum Pakai Sedotan Plastik Bisa Bahayakan Kesehatan, Ini Sebabnya". detikfood. Diakses tanggal 13 Oktober 2021.
- ^ Husnul Abdi. "5 Manfaat Teh Talua Bagi Kesehatan, Minuman Khas Sumatera Barat". liputan6.com. Diakses tanggal 13 Oktober 2021.