Ekonomi Indonesia

perekonomian di Indonesia

Ekonomi Indonesia merupakan salah satu kekuatan ekonomi berkembang utama dunia yang terbesar di Asia Tenggara dan terbesar di Asia keenam setelah Tiongkok, Jepang, India, Rusia, Korea Selatan, dan Iran. Ekonomi negara ini menempatkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar ke-17 dunia (menurut IMF) yang artinya Indonesia juga merupakan anggota G-20.

Ekonomi Indonesia
Jakarta, Ibukota Ekonomi dan Politik Indonesia.
Mata uangRupiah (IDR)
Tahun fiskal1 Januari – 31 Desember
Organisasi perdaganganAPEC, ASEAN, D-8, G-20, IORA, MIKTA, OPEC, RCEP, WTO
Statistik
PDB
  • Kenaikan US$ 1,29 triliun (nominal; est. 2022) (ke-17)[1]
  • Kenaikan US$ 4,00 triliun (KKB; est. 2022) (ke-7)[1]
Pertumbuhan PDB
  • 3,19% (2021) 5,94% (2022)
PDB per kapita
Inflasi (IHK) 1,33% (2021)[2]
Penduduk
di bawah garis kemiskinan
9,78% (2020)[3]
Koefisien gini 37,3 (2021)[4]
Angkatan kerjaKenaikan 137,91 Juta (2019)[5]
Angkatan kerja
berdasarkan sektor
Pertanian: 27,7%, Industri: 22,6%, Layanan: 49,6% (2020 est.)
Pengangguran 6,0% (2022)[6]
Industri utamaminyak kelapa sawit, batu bara, minyak tanah, petrokimia, gas alam cair, kendaraan, elektronik, angkutan, mesin-mesin, baja, telekomunikasi, tenaga listrik, pengolahan makanan, industri kayu, tekstil, alas kaki, barang-barang konsumsi, sirkuit terpadu, peralatan medis, perangkat optik, kertas, kerajinan tangan, bahan kimia, karet, farmasi, jasa keuangan, makanan laut, peleburan, dan pariwisata
Peringkat kemudahan melakukan bisnisKenaikan 73 (2019) [7]
Eksternal
EksporKenaikan US$ 231,54 miliar (2021)[8]
Komoditas eksporMinyak kelapa sawit, Baja, Logam, Mesin dan peralatan Industri, Produk kimia, Gas alam cair, Produk tekstil, Produk alas kaki, Mobil, Produk transportasi, Produk kayu, Plastik
Tujuan ekspor utama(2021)[9]
ImporKenaikan US$ 196,19 miliar (2021) [10]
Komoditas imporMesin dan Peralatan Industri, Baja, Bahan Makanan, Produk Minyak Bumi, Elektronik, Bahan Baku, Produk Kimia, Produk Transportasi
Negara asal impor utama(2021)[11]
Modal investasi langsung asingUS$ 292.8 miliar [12]
Utang kotor luar negeri US$ 413,4 miliar / Rp 5.858,29 triliun (Oktober 2020)[13]
Pembiayaan publik
Utang publik38,5% dari PDB ( 2020)[14]
Defisit anggaran US$ 16,8 miliar (1,8% PDB)[15]
PendapatanUS$ 131,7 miliar (2017)[16]
BebanUS$ 159,6 miliar (2017)[17]
Peringkat utang
Cadangan mata uang asingKenaikan US$ 146,9 miliar (September 2021)[23]
Sumber data utama: CIA World Fact Book

Kebijakan Saat Orba

Setelah mengalami gejolak politik dan sosial yang hebat pada pertengahan 1960-an di bawah Presiden Soekarno, Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Soeharto segera melakukan restrukturisasi tata kelola fiskal yang tercerai-berai akibat berbagai kebijakan ekonomi yang memberatkan perimbangan neraca APBN yang ada dengan berbagai cara, dari mengadakan renegosiasi terkait pembayaran utang jatuh tempo hingga meminta IMF untuk mengasistensi pengelolaan fiskal Indonesia yang masih rapuh. Selama 2 dekade Indonesia membangkitan kembali ekonomi, ekonomi Indonesia yang ditopang dari kegiatan industri dan perdagangan berbasis ekspor menggerakkan ekonomi Indonesia masuk sebagai salah satu The East Asia Miracle pada tahun 1990-an, di mana Indonesia mampu menciptakan stabilitas politik, sosial dan pertahanan-keamanan yang menjadi fondasi ekonomi yang kuat untuk menghasilkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan ditopang dari sektor industri manufaktur berbasis ekspor dan industri pengolahan sumber daya alam. Alhasil, ekonomi Indonesia menjadi salah satu ekonomi yang terindustrialisasi seperti Jepang, Korea Selatan dan Thailand. Meski Indonesia berhasil mencapai stabilitas polsoshankam dan industri manufaktur dan pengolahan mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, ternyata keberadaan infrastruktur transportasi seperti jalan tol, pelabuhan, kereta api dan bandara yang ada di Indonesia tidak mampu mengejar pertumbuhan kebutuhan pasar yang ada dan perlahan, hal ini mengakibatkan munculnya kesenjangan ekonomi di antara Pulau Jawa dan Pulau di luar Jawa akibat minimnya pembangunan infrastruktur transportasi di luar pulau Jawa, mengakibatkan terjadi maraknya urbanisasi massal warga luar Pulau Jawa yang menuju Pulau Jawa memunculkan kesimpulan bahwa pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya diperuntukkan untuk Pulau Jawa sendiri. Tidak hanya itu saja, pengelolaan fiskal APBN yang mulai menunjukkan perimbangan neraca yang tidak sehat dan penegakan regulasi dan pengawasan kegiatan sektor finansial yang lemah karena minimnya kecakapan instansi untuk mengatur kegiatan sektor jasa keuangan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan pinjaman tidak bergerak yang tidak terkendali, hal ini tidak lepas juga dari peran regulator finansial yang gagal untuk menegakkan peraturan untuk memberikan pertanggungjawaban sosial perusahaan berupa edukasi keuangan kepada rakyat.

Hal tersebut mencapai titik klimaksnya ketika Krisis moneter 1998 merebak ke berbagai negara di Asia, ketika jaring pengaman sistem keuangan gagal menahan epidemi krisis moneter tersebut masuk ke Indonesia, maka merebaklah krisis tersebut kesemua sektor perekonomian dan menjangkiti industri keuangan Indonesia yang akhirnya menjadi awal kejatuhan ekonomi dan segala pencapaian yang Indonesia raih yang diawali dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja massal yang berakhir dengan berbagai kerusuhan yang menuntut mundurnya Soeharto sebagai Presiden Indonesia, membuat Indonesia mau tidak mau harus meminta IMF untuk mengajukan pinjaman untuk melakukan normalisasi ekonomi Indonesia yang sudah sakit akibat harus menanggung biaya yang sangat berat akibat kegagalan jaringan sistem pengamanan keuangan Indonesia saat itu untuk mendeteksi adanya kejatuhan sistem keuangan secara sistemik dan mengantisipasi terjadinya peningkatan beban yang luar biasa, hal ini tidak lepas dari ketidakmampuan rezim Soeharto yang tidak mampu menciptakan ekonomi yang berpondasi kuat untuk mengantisipasi dan menghadapi bahaya ekonomi, ditambah lagi dengan kurang cakapnya pejabat dan sistem yang terkait untuk mengantisipasi adanya krisis moneter tersebut.

Data

Tabel berikut menunjukkan indikator ekonomi utama tahun 1980–2020. Inflasi di bawah 5% berwarna hijau.[24]

Tahun PDB (KKB)
(miliar USD)[25]
PDB (KKB) per kapita
(USD)[26]
Persentase dari total PDB (KKB) dunia Pertumbuhan PDB (KKB)
(riil)[27]
Pertumbuhan PDB (KKB) per kapita
(riil)[28]
Tingkat inflasi
[29]
Hutang pemerintah
(dari PDB (KKB))[30]
1980   189,9   1.287   1,42%   9,88% N/A 18,0% N/A
1981   223,6   1.487   1,50%   7,60% N/A 12,2% N/A
1982   242,8   1.583   1,53%   2,24% N/A 9,48% N/A
1983   262,9   1.681   1,56%   4,19% N/A 11,7% N/A
1984   293,0   1.837   1,61%   7,57% N/A 10,4% N/A
1985   314,1   1.931   1,62%   3,91% N/A 4,7% N/A
1986   343,5   2.070   1,67%   7,18% N/A 5,8% N/A
1987   375,1   2.217   1,71%   6,57% N/A 9,2% N/A
1988   415,4   2.408   1,75%   6,97% N/A 8,0% N/A
1989   470,9   2.677   1,85%   9,08% N/A 6,4% N/A
1990   559,1   3.082   1,90%   7,24%   5,34% 9,0% 45,7%
1991   617,9   3.347   2,00%   6,91%   5,07% 8,7% 40,3%
1992   673,1   3.585   2,08%   6,49%   4,71% 7,2% 42,7%
1993   733,8   3.845   2,17%   6,49%   4,76% 19,1% 37,4%
1994   806,0   4.156   2,26%   7,54%   5,84% 7,8% 36,5%
1995   890,5   4.522   2,37%   8,22%   6,56% 9,8% 30,8%
1996   977,8   4.891   2,46%   7,81%   6,21% 8,6% 23,9%
1997   1.041,0   5.134   2,47%   4,70%   3,19% 12,6% 72,5%
1998   914,8   4.447   2,17%   -13,12%   -14,35% 75,3% 55,2%
1999   935,4   4.484   2,05%   0,79%   -0,61% 14,2% 45,2%
2000   1.003,0   4.743   2,04%   4,92%   3,48% 20,4% 87,4%
2001   1.063,0   4.956   2,07%   3,64%   2,23% 14,3% 73,7%
2002   1.128,0   5.190   2,09%   4,49%   3,09% 5,9% 62,3%
2003   1.204,0   5.465   2,12%   4,78%   3,37% 5,4% 55,6%
2004   1.299,0   5.816   2,11%   5,03%   3,63% 8,5% 51,3%
2005   1.415,0   6.254   2,13%   5,69%   4,29% 14,3% 42,6%
2006   1.538,0   6.708   2,12%   5,50%   4,10% 14,0% 35,8%
2007   1.680,0   7.229   2,14%   6,34%   4,94% 11,2% 32,3%
2008   1.816,0   7.710   2,18%   6,01%   4,62% 18,1% 30,3%
2009   1.914,0   8.021   2,28%   4,62%   3,24% 8,2% 26,4%
2010   2.056,9   8.655   2,29%   6,22%   4,81% 5,1% 24,5%
2011  2.229,5  9.213  2,34%  6,17%  4,74% 5,3% 23,1%
2012  2.413,4  9.833  2,41%  6,03%  4,60% 3,9% 22,9%
2013  2.535,0  10.188  2,41%  5,55%  4,15% 6,4% 24,8%
2014  2.622,2  10.398  2,40%  5,00%  3,63% 6,3% 24,7%
2015  2.647,7  10.359  2,38%  4,87%  3,55% 6,3% 26,9%
2016  2.744,9  10.618  2,38%  5,03%  3,76% 3,5% 27,9%
2017  2.894,1  11.073  2,38%  5,07%  3,84% 3,8% 28,7%
2018  3.116,8  11.798  2,42%  5,17%  3,98% 3,2% 29,8%
2019  3.331,8  12.483  2,47%  5,02%  3,87% 2,8% 30,1%
2020  3.328,2  12.345  2,55%  

-2,07%

N/A 2,0% 38,5%
2021  4.349,5  12.967  2,44%  3,20% N/A  1,5% 38,1%
2022  4.505,5  13.981  2,47%  5,94% N/A  2,8% 40,1%

Referensi

  1. ^ a b c d "World Economic Outlook Database". International Monetary Fund. 19 April 2022. Diakses tanggal 3 Mei 2022. 
  2. ^ "Data Inflasi Moneter". Bank Indonesia. Diakses tanggal 3 Mei 2022. 
  3. ^ "Badan Pusat Statistik". Badan Pusat Statistik. 2020-07-16. Diakses tanggal 2020-10-14. 
  4. ^ https://data.worldbank.org/indicator/SI.POV.GINI?locations=ID
  5. ^ https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/05/05/1672/februari-2020--tingkat-pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-4-99-persen.html.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  6. ^ https://www.ceicdata.com/en/indicator/indonesia/unemployment-rate
  7. ^ https://tradingeconomics.com/indonesia/ease-of-doing-business. Diakses tanggal 2020-05-31.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
  8. ^ https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/01/17/1917/ekspor-desember-2021-mencapai-us-22-38-miliar-dan-impor-desember-2021-senilai-us-21-36-miliar.html%7Ctitle=BPS Indonesia |website=www.bps.go.id/ |access-date=17 Jan 2022}}/
  9. ^ https://tradingeconomics.com/indonesia/exports-by-country
  10. ^ https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/01/17/1917/ekspor-desember-2021-mencapai-us-22-38-miliar-dan-impor-desember-2021-senilai-us-21-36-miliar.html%7Ctitle=BPS Indonesia |website=www.bps.go.id/ |access-date=17 Jan 2022}}/
  11. ^ https://tradingeconomics.com/indonesia/exports-by-country
  12. ^ "COUNTRY COMPARISON :: STOCK OF DIRECT FOREIGN INVESTMENT – AT HOME". The World Factbook. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 06 Juni 2017. 
  13. ^ https://bisnis.tempo.co/read/1414597/utang-luar-negeri-indonesia-naik-jadi-rp-5-858-triliun-per-oktober-2020/
  14. ^ https://nasional.kontan.co.id/news/utang-luar-negeri-indonesia-bertambah-rasio-utang-terhadap-pdb-naik
  15. ^ http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170212130213-78-192961/defisit-transaksi-berjalan-q4-cuma-08-persen-dari-pdb/
  16. ^ https://www.cia.gov/library/publications/resources/the-world-factbook/geos/id.html
  17. ^ https://www.cia.gov/library/publications/resources/the-world-factbook/geos/id.html
  18. ^ https://www.jcr.co.jp/download/6636ddac61f269abafa96cf04a6f048b1f8a634cf4e39f03ac/19i0083_BIndonesia_f_corrected_Feb42020.pdf [mentahan URL PDF]
  19. ^ "Indonesia | Japan Credit Rating Agency, LTD. - JCR". 
  20. ^ "Indonesia | Japan Credit Rating Agency, LTD. - JCR". 
  21. ^ a b "Indonesia Credit Rating". World Government Bonds (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 19 Mei 2020. 
  22. ^ "Fitch Affirms Indonesia at 'BBB'; Outlook Stable". Diakses tanggal 8 Desember 2020. 
  23. ^ https://tradingeconomics.com/indonesia/foreign-exchange-reserves
  24. ^ "Report for Selected Countries and Subjects: October 2020 Indonesia". imf.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 16 October 2020. 
  25. ^ "Indonesia GDP world bank". data.worldbank.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 30 September 2020. 
  26. ^ "Indonesia GDP Percapita world bank". data.worldbank.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 30 September 2020. 
  27. ^ "Indonesia GDP Growth world bank". data.worldbank.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 30 September 2020. 
  28. ^ "Indonesia GDP Per capita Growth world bank". data.worldbank.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 30 September 2020. 
  29. ^ "Indonesia Inflation world bank". data.worldbank.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 30 September 2020. 
  30. ^ "Indonesia Central Government Debt world bank". data.worldbank.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 30 September 2020. 

Lihat pula