Lokomotif CC203

salah satu lokomotif diesel-elektrik di Indonesia
Revisi sejak 28 Mei 2022 13.24 oleh Soelpunya (bicara | kontrib) (Sejarah: Penanggalan pada foto)

Lokomotif CC203 adalah lokomotif diesel elektrik yang diproduksi oleh General Electric Transportation dengan model U20C. Lokomotif CC203 merupakan hasil pengembangan dari Lokomotif CC201 yakni pada kabin masinis ujung pendek yang aerodinamis dan diperlebar. Terdapat dua operator sekaligus pemilik dari lokomotif ini, yaitu PT Kereta Api Indonesia dan PT Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper (TEL). Satu unit versi ekspor dari lokomotif ini dahulu dioperasikan oleh ICTSI di Filipina dan kemudian dijual ke Australia.

Lokomotif CC203
Lokomotif CC 203 98 13 SDT menarik KA Rapih Dhoho persiapan berhenti di jalur 3 Stasiun Jombang, 2021
Jenis dan asal
Sumber tenagaDiesel elektrik
PerancangGE Transportation dan UGL Rail
ProdusenGE Transportation
PT GE Lokomotif Indonesia
Nomor seriCC 203
ModelGE U20C
Tanggal produksi1995-2000
Jumlah diproduksi42 unit
Data teknis
Konfigurasi:
 • AARC-C
 • UICCo'Co'
Lebar sepur1.067 mm (3 ft 6 in)
Diameter roda914 mm (1 yd 0 ft 0 in)
Jari-jari lengkung terkecil567 m (620 yd 0 ft 3 in)
Jarak gandar3.304 mm (3 yd 1 ft 10,1 in)
Panjang14.135 mm (15 yd 1 ft 4,5 in)
Lebar2.642 mm (2 yd 2 ft 8,0 in)
Tinggi3.637 mm (3 yd 2 ft 11,2 in)
Jenis bahan bakarHigh-Speed Diesel
Kapasitas bahan bakar3.028 l (666 imp gal; 800 US gal)
Kapasitas pelumas984 l (216 imp gal; 260 US gal)
Kapasitas pendingin684 l (150 imp gal; 181 US gal)
Kapasitas bak pasir510 l (110 imp gal; 130 US gal)
MesinGE 7FDL-8
Jenis mesin4 langkah, 2 tingkat turbocharger
GeneratorGT 581
Motor traksi6 unit
Tipe: GE 761, DC-DC
Rem lokomotifRem udara tekan, Pengereman dinamis, Rem parkir
Sistem keselamatanLocotrack, Vigilance control panel
Performansi
Daya mesin1.603 kW (2.150 hp)
Karier
Lokal
Mulai dinas1995; 29 tahun lalu (1995)
Keadaan
  • Beroperasi: 37 unit
  • Tidak beroperasi: 4 unit
[1]

Lokomotif ini diadakan pertama kali pada tahun 1995 untuk memperkuat armada kereta api eksekutif Perumka pada saat itu. Hal ini berkaitan dengan peluncuran dua KA Argo generasi pertama, yaitu JS950 Argobromo dan JB250 Argogede. Setelah sukses merakit 12 lokomotif pertama di GE Transportation, produksi lokomotif kemudian dialihkan ke PT GE Lokomotif Indonesia (GE Lokindo). Desain kabin masinis lokomotif ini juga menginspirasi Lokomotif CC204 generasi kedua dan menjadi ikon lokomotif KA penumpang cepat hingga Lokomotif CC206 menggantikannya pada tahun 2013.

Sejarah

Generasi pertama (1995)

 
CC 203 02 menarik kereta api Taksaka saat berhenti di Stasiun Legok, 2005. Lokomotif ini diproduksi langsung oleh GE Transportation.

Ide mengenai pengadaan lokomotif dengan desain aerodinamis dimulai saat B. J. Habibie yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi. Di atas kereta wisata Toraja saat perjalanannya ke Bandung pada Desember 1992, ia mengemukakan ide untuk mengadakan kereta api yang mengutamakan kecepatan dan kenyamanan perjalanan. Ia menggunakan rute Jakarta–Bandung dan Jakarta–Surabaya sebagai model. Model ini akan diimplementasikan untuk memperingati 50 Tahun Kemerdekaan Indonesia, dan program ini diwujudkan sebagai JB250 (Jakarta–Bandung 2 jam) dan JS950 (Jakarta–Surabaya 9 jam).[2]

Untuk mewujudkan program itu, Perumka meluncurkan kereta api bernama JS950 Argobromo dan JB250 Argogede.[3] Untuk memperkuat armada, Perumka mengadakan dua belas unit lokomotif langsung diimpor dari pabriknya di GE Transportation, Amerika Serikat. Bahkan, pada kesempatan itu, Menteri Perhubungan Haryanto Dhanutirto, menyebut bahwa pengadaan lokomotif itu masih dalam tahap awal, seraya berkata bahwa Perumka "butuh 50 lokomotif hingga akhir Pelita VI." Pada tahun yang sama, GE merencanakan bekerja sama dengan PT Industri Kereta Api (INKA) untuk memproduksi lokomotif untuk Indonesia. Perusahaan patungan yang direncanakan itu akan memanfaatkan salah satu los pabrik INKA di Madiun.[4]

Produksi GE Lokomotif Indonesia (1996–2001)

 
Lokomotif U201. Mulanya beroperasi di Filipina, dioperasikan oleh ICTSI, lalu dijual ke Australia dan berpindah kepemilikan empat kali: SSRS, Coote Industrials, Qube Logistics, dan terakhir Public Transport Authority of Western Australia (Transperth).

PT INKA dan GE Transportation akhirnya membentuk patungan dengan nama PT GE Lokomotif Indonesia (GE Lokindo). Komposisi sahamnya masing-masing adalah PT INKA 35%, IPTN dan PAL masing-masing 6,5%, PT GE Teknologi 26%, dan sisanya dipegang General Electric.[4] Perusahaan yang semula hanya memproduksi lokomotif untuk Indonesia ternyata juga melakukan ekspor produksinya ke Filipina. Dua lokomotif CC203 buatan GELI dan satu unit lokomotif ekspor Filipina ini diresmikan pada 17 Desember 1996 oleh Presiden Soeharto. Menteri Perhubungan Haryanto Dhanutirto menyerahkan secara simbolis dua lokomotif CC203 GELI ini kepada Dirut Perumka Soemino Eko Sapoetro, sedangkan Menteri Perindustrian Tungki Ariwibowo menyerahkan satu unit lokomotif Filipina kepada Duta Besar Filipina untuk Indonesia Eusebio Abaguin.[5]

Hingga tahun 2000–2002, populasi lokomotif CC203 di seluruh wilayah kerja PT Kereta Api adalah 41 unit[6], dengan 37 unit milik PT Kereta Api Indonesia dan empat unit milik perusahaan pabrik kertas PT Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper (TeL).[7]

Operasional

Kinerja

Lokomotif CC203 menggunakan mesin yang sama dengan CC201, yaitu GE 7FDL-8. Desain kabin yang aerodinamis dibuat di Goninan Locomotive Work (kini UGL Rail) Australia dengan hasil desain para insinyur General Electric. Selain itu, kabin juga dibuat di PT INKA untuk keperluan perbaikan dan restorasi.

Hartono A.S. menulis dalam komentarnya di Majalah KA bahwa lokomotif ini adalah "lokomotif hasil pengembangan desain dari lokomotif CC201" dari segi data teknis, tetapi memiliki bentuk ujung kabin masinis yang aerodinamis, serta jenis kabin lebar (wide cab).[6] Hal yang membedakan lokomotif CC203 dengan lokomotif CC201 adalah menggunakan motor diesel dengan dua tingkat turbocharger sehingga memiliki daya mesin sebesar 1.950 hp.[8]

Lokomotif CC203 yang diproduksi di PT INKA (CC 203 13–41 dan eks-ICTSI 1) pada awalnya menggunakan penyejuk udara di kabin. Namun, penyejuk udara tersebut kemudian dihilangkan karena membuat awak kabin kedinginan dan menimbulkan rembesan air saat hujan.[9]

Mulai tahun 2017, lokomotif CC203—bersama lokomotif jenis lain—kembali dilengkapi penyejuk udara. Peluncuran lokomotif berpenyejuk udara dilakukan pada 6 April 2019, ditandai dengan pengoperasian lokomotif CC 203 95 04.[10]

Tampilan

Untuk lokomotif CC203 milik KAI awalnya mengenakan skema warna putih dengan sabuk berwarna biru, dengan logo Perumka/PT KA di bagian samping dan belakang dan di depannya terdapat logo Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. Namun seiring dengan rebranding KAI 28 September 2011, skema warna tersebut digantikan dengan logo Next Step (dan sabuk baru) secara bertahap setelah menjalani pemeliharaan akhir berkala dalam kurun waktu 2011 hingga 2014, dan beberapa di antaranya masih menggunakan skema lama.[6] Berkaitan dengan penggantian logo KAI pada tahun 2020, tempatnya logo lama KAI kemudian dicat atau ditimpa dengan logo wordmark KAI.[11]

Insiden

Pada 24 Januari 2010, tiga lokomotif CC 203 menjadi sasaran pelemparan batu oleh pendukung sepak bola asal Kota Surabaya, Bonek. Menurut warga Surakarta, sebagian anggota Bonek yang hendak menonton pertandingan bola di Stadion Jalak Harupat sempat melempari batu terhadap rumah warga di sepanjang ruas jalan rel di Kota Surakarta. Puncaknya adalah kereta luar biasa (KLB) yang ditarik oleh lokomotif CC 203 40 diserang warga Surakarta dengan lemparan batu di sepanjang jalan rel, maupun di dekat Stasiun Purwosari dan Solo Jebres. Seluruh kaca jendela di kereta pecah berantakan. Ada tiga lokomotif CC 203 yang rusak parah, yakni CC 203 40, CC 203 02, dan CC 203 24. CC 203 02 menarik kereta api Pasundan yang terpaksa tak melayani penumpang reguler, sedangkan CC 203 24 yang seharusnya untuk menarik kereta api Argo Dwipangga ditugasi untuk membawa rombongan Bonek pulang ke daerah asalnya.[12]

Pada 28 April 2013, lokomotif CC 203 28 (CC 203 98 16) berjalan sendiri tanpa masinis dari Depo Lokomotif Semarang Poncol menuju Desa Nolokerto, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Penyebab dari kejadian ini adalah kelalaian manusia serta tidak ada laporan korban jiwa.[13]

Lihat pula

Referensi

Kutipan

  1. ^ Hartono A.S. 2012, hlm. 155.
  2. ^ Sampurno 2021, hlm. 66-67.
  3. ^ Warta Ekonomi 1998, hlm. 37.
  4. ^ a b Kompas 1995.
  5. ^ Direktorat Informasi Deplu RI 1996, hlm. 5.
  6. ^ a b c Sudarsih & Prasetya 2014, hlm. 9.
  7. ^ Sudarsih & Prasetya 2014, hlm. 11.
  8. ^ Hartono A.S. 2012, hlm. 153.
  9. ^ "RailfansIna: CC203". RailfansIna. 2011-10-03. Diakses tanggal 2019-04-27. 
  10. ^ Simbolon 2019.
  11. ^ Dewi 2020.
  12. ^ Haryanto 2014, hlm. 18.
  13. ^ Kistyarini 2013.

Daftar pustaka