Semut semai

kumbang yang sangat beracun jika bersentuhan
Revisi sejak 28 Mei 2022 18.33 oleh Jiaminglimjm (bicara | kontrib) (huruf besar & pengarsipan referensi)
Semut semai
Paederus littoralis
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Subordo:
Infraordo:
Superfamili:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Subtribus:
Genus:
Paederus

(Frabicius, 1775)[1]
Ordo

Paederini
Pinophilini

Tomcat atau semut semai,[2][3][4] juga disebut semut kayap[2][3] atau Charlie,[3] adalah sejenis kumbang yang membentuk genus Paederus dari famili Staphylinidae (yaitu kumbang rove). Serangga dalam genus Paederus dapat ditemukan di mana-mana di dunia,[5] dan satu spesies yang ada di Indonesia adalah Paederus littoralis.[2]

Pemerian

Tomcat tidak mengigit ataupun menyengat. Tomcat akan mengeluarkan cairan secara otomatis bila bersentuhan dengan kulit manusia secara langsung. Gawatnya, Tomcat juga akan mengeluarkan cairan racunnya ini pada benda-benda seperti baju, handuk, ataupun benda-benda lainnya.

Pada jenis serangga tertentu, terdapat cairan yang diduga 12 kali lebih kuat dari bisa ular kobra.[6] Senyawa kimia beracun yang berasal dari hemolim Tomcat disebut Pederin (rumus kimia C25H45NO9).[7] Jika sudah terkena dermatitis, segera bersihkan seprei, saputangan, handuk, pakaian maupun benda-benda yang disinyalir terkena racun tomcat.[8] Bersentuhan dengan Tomcat saat berbaring atau tidur, menghancurkannya pada badan atau mengosok dengan jari yang kotor akan menyebabkan konjungtivitis dan penyakit kulit yang parah yang dikenali sebagai Paederus dermatitis (atau secara medis "dermatitis linearis").

Kalau melihat Tomcat hinggap di tangan, jangan dipencet atau dibunuh seperti mematikan nyamuk ataupun serangga kecil lainnya. Sebaiknya Tomcat ditiup hingga pergi, atau diambil dengan hati-hati menggunakan alat atau tangan yang ditutupi plastik dan dibuang ke tempat yang aman. Setelah itu cuci tangan dengan sabun dan ulangi lagi. Kalau bisa semprot serangga itu dengan insektisida dan disingkirkan tanpa harus menyentuhnya secara langsung. Sejatinya, serangga ini merupakan sahabat petani karena merupakan pemangsa alami bagi wereng, salah satu hama yang menjadi musuh utama para petani. Tomcat merupakan kelompok serangga pertanian, tetapi dalam 3 sampai 4 tahun terakhir dilaporkan adanya gangguan kesehatan pada manusia yang disebabkan oleh serangga tersebut.[2]

Pencegahan

Tutup jendela dan matikan lampu jika tidak digunakan karena Tomcat menyukai tempat-tempat yang terang. Jangan memakai pakaian yang terbuka untuk menghindari sentuhan langsung dengan Tomcat. Sebaiknya jendela diberi kasa nyamuk agar Tomcat tidak bisa masuk. Hati-hati jika memiliki anak kecil yang suka bermain di dekat tanaman dan singkirkan dari rumah apabila tanaman tersebut dalam kondisi tidak terawat karena dapat berpotensi menjadi sarang Tomcat.[9]

Pengobatan

Jika kulit terkena racun Tomcat segeralah mencuci bagian kulit yang terkena dengan menggunakan sabun, jangan diberi odol, minyak kayu putih, balsem, minyak tawon maupun bedak tabur karena hanya akan memperparah keadaan. Kulit yang terkena toksin Tomcat akan merah meradang mirip herpes tetapi tidak sama. Pengobatannya menggunakan salep dan antibiotik. Biasanya hydrocortisone 1% atau salep betametasone dan antibiotik neomycin sulfat 3 kali sehari atau salep Acyclovir 5%.[10] Peradangan juga dapat diredakan dengan mengkompres bagian kulit yang terkena racun dengan air dingin.

Manfaat ekologis

Di alam, semut semai mempunyai peranan sebagai predator yaitu serangga yang memangsa jenis serangga dan artropoda lain. Semut semai merupakan predator yang penting pada pertanaman kedelai, khususnya sebagai predator hama ulat Helicoverpa armigera.[11]

Referensi

  1. ^ "Paederus Fabricius 1775" (dalam bahasa Inggris). Fauna Europaea. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Juli 2015. 
  2. ^ a b c d "Tomcat si Kumbang Sahabat Petani". Tribunnews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Mei 2019. Diakses tanggal 21 Maret 2012. 
  3. ^ a b c "Serangga Beracun Tomcat Masih Mencemaskan Surabaya". Surat Kabar Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 Maret 2022. Diakses tanggal 21 Maret 2012. 
  4. ^ "SERANGGA TOMCAT: 'Dipersenjatai' Racun Paederin". Solopos. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Mei 2022. Diakses tanggal 28 Mei 2022. 
  5. ^ Sharp, David (1887). Biologia Centrali-Americana. Insecta. Coleoptera Vol. 1 Part 2 (dalam bahasa Inggris). 1. hlm. 609. 
  6. ^ "Awas Racun Tomcat Lebih Mematikan dari Kobra". CentroOne.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-20. Diakses tanggal 20 Maret 2012. 
  7. ^ "Pederin". PubChem (dalam bahasa Inggris). 20 Mei 2022. Diakses tanggal 29 Mei 2022. 
  8. ^ "Awas Serangan Serangga Tomcat Mengintai". Viva News.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-26. Diakses tanggal 20 Maret 2012. 
  9. ^ Korban Tomcat Capai 48 Orang. Surat Kabar Jawa Pos Metropolis. Dicetak pada 20 Maret 2012
  10. ^ "Waspada Serangga Tomcat Mematikan". Surat Kabar Tribun News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Desember 2017. Diakses tanggal 20 Maret 2012. 
  11. ^ Winasa, Wayan; Hindayana, Dadan; Santoso, Sugeng (Desember 2007). "Pelepasan dan pemangsaan kumbang jelajah Paederus fuscipes (Coleoptera: Staphylinidae) terhadap telur dan larva Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae) pada pertanaman kedelai". Repositori Ilmiah Universitas IPB. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Juni 2018. Diakses tanggal 29 Mei 2022. 

Pranala luar