Dr. A.A.G.N. Ari Dwipayana lahir di Ubud Bali 24 Februari 1972. Pada tahun 1995 Ari Dwipayana menyelesaikan studi S1 di Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL UGM, 2003 mnyelesaikan S2 Ilmu Politik di Universitas yang sama dan memperoleh gelar Doktor di tahun 2013.[1]

Ari Dwipayana
Pengguna Wikipedia

PekerjaanStaf Khusus Presiden (Tim Komunikasi Presiden
Kelahiran
Tanggal lahir24 Februari 1972 (umur 52)
Tempat lahirUbud, Bali, Indonesia
Kediaman
NegaraIndonesia Indonesia
Keluarga
PasanganCokorda Istri Ngurah Risma Dewi

Sejak 1997, Ari menjadi dosen di Jurusan Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM. Dia juga menjadi peneliti di Institute for Research Empowerment Jogja, dan Sekretaris Yayasan Interfidei Yogyakarta.

Di awal tahun 2015, Ari Dwipayana, diangkat menjadi Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara..[2] Dan di tahun yang sama, tepatnya 4 September 2015,[3] Presiden Joko Widodo mengangkat Ari Dwipayana sebagai Tim Komunikasi Presiden. Ari Dwipayana menggantikan Teten Masduki yang telah dilantik menjadi Kepala Kantor Staf Presiden. Di Tim Komunikasi Presiden Ari bertugas bersama Sukardi Rinakit yang selama ini menyampaikan informasi kepada publik mengenai kegiatan dan berbagai penjelasan presiden. [4]


Tradisi Keilmuan

Tradisi keilmuan Ari Dwipayana bisa dilacak dari karya-karya buku, paper ilmiah artikel media massa dan orasi ilmiah. Beberapa karya bukunya antara lain; Kelas dan Kasta: Pergulatan Kelas Menengah di Bali (2001), Agama dan Negara: Perspektif Agama-agama (2001), Membangun Desa Secara Partisipatif (2003), Desa Adat: Antara Otentisitas dan Demokrasi (2003), Bangsawan dan Kuasa: Kembalinya Para Ningrat di Dua Kota (2004), Promosi Otonomi Daerah (2004), Jalan Terjal Reformasi Lokal (2004), Globalism: Pergulatan Politik Representasi atas Bali (2005), dan Cost of Democracy di Tiga Kabupaten (2006). Ari Dwipayana juga menjadi editor buku-buku di antaranya adalah Mutiara Perubahan, Inovasi dan Emansipasi Desa dari Indonesia Timur (2013), Bulan Sabit di Pulau Dewata (2012), dan lain-lain. Selain publikasi buku, Bali Ari juga telah memiliki publikasi berbagai karya ilmiah dalam bentuk artikel dan laporan penelitian dengan tema pendidikan politik, pemberdayaan masyarakat desa dan otonomi daerah.

Sebagai bagian dari tradisi keilmuannya, Ari Dwipayana banyak mengisi berbagai acara seminar dan orasi ilmiah sejak awal sebagai akademisi sampai saat ini. Pada tahun 2021 Ari Dwipayana aktif menjadi narasumber di berbagai acara dan forum untuk menyampaikan gagasan dan pemikiran dalam tema-tema politik, pemerintahan, dan kebudayaan.

Khusus sepanjang tahun 2021, Ari Dwipayana telah menyampaikan orasi ilmiah di empat perguruan tinggi Hindu di Bali, Lombok dan Jakarta. Orasi Ilmiah  pertama di selenggarakan di Universitas Hindu Negeri (UHN) Denpasar pada 25 Mei 2021 dengan judul Keluar Dari Pusaran: Aktivisme Hindu Dalam Menghadapi Tantangan dan Masa Depan. Orasi ilmiah kedua di Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar pada 4 Oktober 2021, dengan judul Hindu Sains dan Teknologi, Menjaga Keseimbangan Untuk Kemanusiaan dan Kemajuan Peradaban,  Orasi Ilmiah ketiga diselenggarakan di  Sekolah  Tinggi Agama Hindu (STAH) Dharma Nusantara Jakarta pada 24 Oktober 2021 dengan tema Menjadi Manusia Tattwa dan yang ke-empat  di Institut Agama Hindu Negeri (IAHN)  Gde Pudja Mataram, pada 29 November 2021 dengan tema Menuju Pencapaian  Wiweka Widya, Jnana Wicaksana.


Pengabdian Masyarakat

Lelaki asli Bali ini mendirikan Yayasan Uluangkep pada tahun 2003. Yayasan Uluangkep berfokus pada penelitian dan pemberdayaan untuk masyarakat Bali di bidang pendidikan, ekononomi dan penguatan peranan lembaga adat. Pada tahun 2011, Ari Dwipayana dipercaya menjadi Ketua Yayasan Tat Twam Asi yang banyak bergerak dalam perlindungan sosial, kesehatan dan peningkatan kualitas pendidikan anak-anak Bali, serta membangun kehidupan harmoni dalam keberagaman umat.


Kepedulian Terhadap Budaya Bali

Keterikatan kuat Ari Dwipayana dengan Bali diwujudkan melalui kepeduliannya terhadap budaya Bali. Pada tahun 2018, mendirikan Yayasan Puri Kauhan Ubud yang memberikan perhatian pada pengembangan dan pemajuan aksara, serta sastra dan bahasa Bali. Melalui yayasan ini, Ari Dwipayana menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk melestarikan lontar/manuskrip melalui kegiatan digitalisasi lontar, serta kegiatan lain yang mengajak masyarakat termasuk  anak-anak muda Bali agar mau menggunakan,  mencintai dan tidak malu menggunakan bahasa Bali.

Pada tahun 2021, Yayasan Puri Kauhan Ubud, menyelenggarakan kegiatan Sastra Saraswati Sewana. Kegiatan kebudayaan ini mengajak masyarakat untuk tetap kreatif di masa pandemi dengan mengikuti Ajang Penciptaan Karya Sastra Bali klasik (Kakawin, Kidung dan Geguritan), serta Sastra Bali Modern (Puisi, Cerpen dan Satua Bali untuk anak-anak). Dalam rangkaian acara tersebut juga digelar kegiatan Mai Mabasa Bali (mari berbahasa Bali), Merdeka Mabasa Bali (merdeka berbahasa Bali)  dan Lomba Kartun Strip Mai Mabahasa Bali. Lomba kartun strip Mai Mabasa Bali diselenggarakan untuk memberikan ruang otokritik masyarakat dalam penggunaan Bahasa Bali. Mai Mabasa Bali, melibatkan para musisi ternama Bali, baik yang berkiprah di Bali, nasional maupun internasional untuk menciptakan lagu-lagu berbahasa Bali.

Selanjutnya, dalam rangkaian Sastra Saraswati Sewana juga diadakan Temu Wicara Merdeka Mabasa Bali. Yaitu acara diskusi untuk mendengarkan masukan dari berbagai kalangan tentang bagaimana menyemarakkan penggunaan bahasa Bali dalam berbagai kegiatan masyarakat. Sastra Saraswati Sewana juga memberikan edukasi tentang pentingnya pelestarian dan pemajuan aksara, sastra dan bahasa Bali melalui penerbitan buku karya para pemenang, dialog dan talkshow, “Millennials Nyastre”, untuk mengajak dan melibatkan lebih banyak anak muda agar mau menggunakan dan semakin mencintai bahasa Bali.


Karir

1.   Dosen DPP Fisipol Universitas Gadjah Mada (1997-sekarang).

2.   Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat KAGAMA (2014-sekarang)

3.   Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara (2014-2015)

4.   Staf Khusus Presiden RI periode 2015-2019.

5.   Koordinator Staf Khusus Presiden periode 2019-sekarang.


Pranala luar

Referensi