Ari Dwipayana

Revisi sejak 30 Mei 2022 16.25 oleh Andi Setyaji PN (bicara | kontrib) (edit infobox mengikuti theme, penambahan sumber/referensi, key link dan koreksi gaya bahasa netral)

Dr. A.A.G.N. Ari Dwipayana lahir di Ubud Bali 24 Februari 1972. Pada tahun 1995 Ari Dwipayana menyelesaikan studi S1 di Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL UGM, 2003 mnyelesaikan S2 Ilmu Politik di Universitas yang sama dan memperoleh gelar Doktor di tahun 2013.[1]

Dr. A.A.G.N. Ari Dwipayana
Pengguna Wikipedia

Nama lahirAri Dwipayana
PekerjaanKoordinator Staf Khusus Presiden
Kelahiran
Tanggal lahir24 Februari 1972 (umur 52)
Tempat lahirUbud, Bali, Indonesia
Kediaman
NegaraIndonesia
Keluarga
MenikahMenikah
PasanganCokorda Istri Ngurah Risma Dewi
Anak4
Pendidikan
UniversitasUniversitas Gajah Mada

Sejak 1997, Ari menjadi dosen di Jurusan Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM. Dia juga menjadi peneliti di Institute for Research Empowerment Jogja, dan Sekretaris Yayasan Interfidei Yogyakarta. Pada bulan Januari tahun 2003, mendirikan Yayasan Uluangkep- sebuah NGO yang bergerak dalam penelitian dan pemberdayaan desa adat di Bali.[2]

Di awal tahun 2015, Ari Dwipayana, diangkat menjadi Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara..[3] Dan di tahun yang sama, tepatnya 4 September 2015,[4] Presiden Joko Widodo mengangkat Ari Dwipayana sebagai Tim Komunikasi Presiden. Ari Dwipayana menggantikan Teten Masduki yang telah dilantik menjadi Kepala Kantor Staf Presiden. Di Tim Komunikasi Presiden Ari bertugas bersama Sukardi Rinakit yang selama ini menyampaikan informasi kepada publik mengenai kegiatan dan berbagai penjelasan presiden. [5] Dan di angkat menjjadi Koordinator Staf Khusus Presiden pada tanggal 19 November 2019.[6]


Tradisi Keilmuan

Tradisi keilmuan Ari Dwipayana bisa dilacak dari karya-karya buku, paper ilmiah artikel media massa dan orasi ilmiah. Buku pertama yang pernah dipublikasi adalah “Kelas dan Kasta: Pergulatan Kelas Menengah di Bali”, diterbitkan Lappera Pustaka Utama pada tahun 2001. Pada bulan April 2004, terbit bukunya yang kedua “ Bangsawan dan Kuasa: Kembalinya Para Ningrat di Dua Kota” (IRE Press: 2004). Disamping itu, ia pernah menjadi editor dari beberapa buku: “Mewujudkan Good Governance di Desa” (IRE Press: 2003); serta “Merajut Modal Sosial untuk Perdamaian dan Integrasi Sosial” (FISIPOL UGM: 2001).

Ari Dwipayana juga menjadi kontributor tulisan di beberapa buku yang mengusung tema-tema: politik lokal, politik agama, desentralisasi, dan demokrasi diantaranya; “Masyarakat Pasca Militer” (IRE:2000);“Tanah, Nation State dan Pergeseran Kekuasaan di Bali” dalam Otonomi Daerah dan Sengketa Tanah (Lappera Pustaka Utama: 2000); “Otonomi versi Negara” (Lappera Pustaka Utama: 2000);“Penyusunan Konsep Perumusan Pengembangan Kebijakan Pelestarian Nilai-nilai Kemasyarakatan (Social Capital) untuk Integrasi Sosial” (FISIPOL UGM: 2001); “Agama dan Negara: Perspektif Agama-agama” (Interfidei: 2001); “Desa Adat: Antara Otentisitas dan Demokrasi” dalam Kompleksitas Persoalan Otonomi Daerah (Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL UGM & Pustaka Pelajar: 2003); “Seri Pendidikan Politik: Menjadi Pemilih yang baik dalam Pemilu 2004” (S2 Politik Lokal dan Otda UGM-Depdagri: 2004): “Pembaharuan Desa secara Partisipatif” (S2 Politik Lokal dan Otda & Pustaka Pelajar: 2003); “Promosi Otonomi Desa” (IRE Press: 2004); “Jalan Terjal Reformasi Lokal” (S2 Politik Lokal dan Otda: 2004).[7]

Sepanjang tahun 2021, Ari Dwipayana menyampaikan orasi ilmiah di empat perguruan tinggi Hindu di Bali, Lombok dan Jakarta. Orasi Ilmiah  pertama di selenggarakan di Universitas Hindu Negeri (UHN) Denpasar pada 25 Mei 2021 dengan judul Keluar Dari Pusaran: Aktivisme Hindu Dalam Menghadapi Tantangan dan Masa Depan.[8] Orasi ilmiah kedua di Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar pada 4 Oktober 2021, dengan judul Hindu Sains dan Teknologi, Menjaga Keseimbangan Untuk Kemanusiaan dan Kemajuan Peradaban,[9]  Orasi Ilmiah ketiga diselenggarakan di  Sekolah  Tinggi Agama Hindu (STAH) Dharma Nusantara Jakarta pada 24 Oktober 2021 dengan tema Menjadi Manusia Tattwa[10] dan yang ke-empat  di Institut Agama Hindu Negeri (IAHN)  Gde Pudja Mataram, pada 29 November 2021 dengan tema Menuju Pencapaian  Wiweka Widya, Jnana Wicaksana.[11]


Pengabdian Masyarakat

Pada tahun 2003 Ari Dwipayana mendirikan Yayasan Uluangkep. Yayasan Uluangkep berfokus pada penelitian dan pemberdayaan untuk masyarakat Bali di bidang pendidikan, ekonomi dan penguatan peranan lembaga adat. Selanjutnya pada tahun 2011, Ari Dwipayana dipercaya menjadi Ketua Yayasan Tat Twam Asi yang banyak bergerak dalam perlindungan sosial, kesehatan dan peningkatan kualitas pendidikan anak-anak Bali, serta membangun kehidupan harmoni dalam keberagaman umat.

Yayasan Puri Kauhan Ubud didirikan oleh Ari Dwipayana di tahun 2008. Yayasan ini memberikan perhatian pada pengembangan dan pemajuan aksara, serta sastra dan bahasa Bali. Melalui yayasan ini, Ari Dwipayana menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk melestarikan lontar/manuskrip melalui kegiatan digitalisasi lontar, serta kegiatan lain yang mengajak masyarakat termasuk  anak-anak muda Bali agar mau menggunakan,  mencintai dan tidak malu menggunakan bahasa Bali.

Pada tahun 2021, Yayasan Puri Kauhan Ubud, menyelenggarakan kegiatan Sastra Saraswati Sewana. Kegiatan kebudayaan ini berupa Ajang Penciptaan Karya Sastra Bali klasik (Kakawin, Kidung dan Geguritan), serta Sastra Bali Modern (Puisi, Cerpen dan Satua Bali untuk anak-anak). Dalam rangkaian acara tersebut juga digelar kegiatan Mai Mabasa Bali (mari berbahasa Bali), Merdeka Mabasa Bali (merdeka berbahasa Bali)  dan Lomba Kartun Strip Mai Mabahasa Bali. Mai Mabasa Bali, melibatkan para musisi Bali, untuk menciptakan lagu-lagu berbahasa Bali. Sastra Saraswati Sewana juga memberikan edukasi tentang pentingnya pelestarian dan pemajuan aksara, sastra dan bahasa Bali melalui penerbitan buku karya para pemenang, dialog dan talkshow, “Millennials Nyastre”, untuk mengajak dan melibatkan lebih banyak anak muda agar mau menggunakan dan semakin mencintai bahasa Bali.


Karir

1.   Dosen DPP Fisipol Universitas Gadjah Mada (1997-sekarang).

2.   Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat KAGAMA (2014-sekarang)

3.   Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara (2014-2015)

4.   Staf Khusus Presiden RI periode 2015-2019.

5.   Koordinator Staf Khusus Presiden periode 2019-sekarang.


Pranala luar

Referensi