Semut semai

kumbang yang sangat beracun jika bersentuhan
Revisi sejak 1 Juni 2022 00.16 oleh Jiaminglimjm (bicara | kontrib) (Perbaikan tata bahasa)
Semut semai
Tomcat
Paederus littoralis di Eropa
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Subordo:
Infraordo:
Superfamili:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Subtribus:
Genus:
Paederus

(Frabicius, 1775)[1]
Ordo

Paederini
Pinophilini

Semut semai membuka elytra dan memamerkan sayapnya

Tomcat atau semut semai,[2][3][4] juga disebut semut kayap[2][3] atau Charlie,[3] adalah sejenis kumbang yang membentuk genus Paederus dari famili Staphylinidae (yaitu famili kumbang rove). Serangga dalam genus Paederus dapat ditemukan di mana-mana di dunia,[5] dan satu spesies yang ada di Indonesia adalah Paederus littoralis yang sangat beracun ketika disentuh.[6]

Pemerian

Tomcat tidak mengigit ataupun menyengat. Tomcat akan mengeluarkan cairan secara otomatis bila bersentuhan dengan kulit manusia secara langsung. Gawatnya, Tomcat juga akan mengeluarkan cairan racunnya ini pada benda-benda seperti baju, handuk, ataupun benda-benda lainnya.

Pada jenis serangga tertentu, terdapat cairan yang diduga 12 kali lebih kuat dari bisa ular kobra.[7] Senyawa kimia beracun yang berasal dari hemolim Tomcat disebut Pederin (rumus kimia C25H45NO9).[8] Jika sudah terkena dermatitis, segera bersihkan seprai, saputangan, handuk, pakaian maupun benda-benda yang disinyalir terkena racun tomcat.[9] Bersentuhan dengan Tomcat saat berbaring atau tidur, menghancurkannya pada badan atau mengosok dengan jari yang kotor akan menyebabkan konjungtivitis dan penyakit kulit yang parah yang dikenali sebagai Paederus dermatitis (atau secara medis "dermatitis linearis").

Kalau melihat Tomcat hinggap di tangan, jangan dipencet atau dibunuh seperti mematikan serangga kecil lainnya. Sebaiknya Tomcat ditiup hingga pergi, atau diambil dengan hati-hati menggunakan alat atau tangan yang ditutupi plastik dan dibuang ke tempat yang aman. Setelah itu cuci tangan dengan sabun dan ulangi lagi. Kalau bisa semprot serangga itu dengan insektisida dan disingkirkan tanpa harus menyentuhnya secara langsung. Sejatinya, serangga ini merupakan sahabat petani karena merupakan pemangsa alami bagi wereng, salah satu hama yang menjadi musuh utama para petani. Tomcat merupakan kelompok serangga pertanian, tetapi dalam 3 sampai 4 tahun terakhir dilaporkan adanya gangguan kesehatan pada manusia yang disebabkan oleh serangga tersebut.[2]

Pencegahan

Menutup pintu dan jendela sebelum menyalakan lampu pada malam hari karena Tomcat menyukai tempat yang terang.[10] Jika ada Tomcat yang ditemukan di sekitar rumah, sebaiknya memakai kelambu saat mau tidur.[10] Yang juga disarankan adalah memasang kasa nyamuk pada jendela agar Tomcat tidak bisa masuk.[10] Hati-hati jika memiliki anak kecil yang suka bermain di dekat tanaman dan singkirkan dari rumah apabila tanaman tersebut dalam kondisi tidak terawat karena dapat berpotensi menjadi sarang Tomcat.[11]

Pengobatan

Jika kulit terkena racun Tomcat, segeralah mencuci bagian kulit yang terkena dengan menggunakan sabun. Jangan diberi odol, minyak kayu putih, balsem, minyak tawon maupun bedak tabur karena hanya akan memperparah keadaan.[12] Kulit yang terkena toksin Tomcat akan merah meradang mirip herpes tetapi tidak sama. Pengobatannya menggunakan salep dan antibiotik. Biasanya hydrocortisone 1% atau salep betametasone dan antibiotik neomycin sulfat 3 kali sehari atau salep Acyclovir 5%.[12] Peradangan juga dapat diredakan dengan mengkompres bagian kulit yang terkena racun dengan air dingin.

Manfaat ekologis

Di alam, semut semai mempunyai peranan sebagai predator yaitu serangga yang memangsa jenis serangga dan artropoda lain. Semut semai merupakan predator yang penting pada pertanaman kedelai, khususnya sebagai predator hama ulat Helicoverpa armigera.[13]

Referensi

  1. ^ "Paederus Fabricius 1775" (dalam bahasa Inggris). Fauna Europaea. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 Juli 2015. 
  2. ^ a b c "Tomcat si Kumbang Sahabat Petani". Tribunnews. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Mei 2019. Diakses tanggal 21 Maret 2012. 
  3. ^ a b c "Serangga Beracun Tomcat Masih Mencemaskan Surabaya". Surat Kabar Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 Maret 2022. Diakses tanggal 21 Maret 2012. 
  4. ^ "SERANGGA TOMCAT: 'Dipersenjatai' Racun Paederin". Solopos. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Mei 2022. Diakses tanggal 28 Mei 2022. 
  5. ^ Sharp, David (1887). Biologia Centrali-Americana. Insecta. Coleoptera Vol. 1 Part 2 (dalam bahasa Inggris). 1. hlm. 609. 
  6. ^ "Serangga Paederus Penyebab Dermatitis Venenata". 5 November 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 Februari 2021. Diakses tanggal 1 Juni 2022. 
  7. ^ "Awas Racun Tomcat Lebih Mematikan dari Kobra". CentroOne.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-20. Diakses tanggal 20 Maret 2012. 
  8. ^ "Pederin". PubChem (dalam bahasa Inggris). 20 Mei 2022. Diakses tanggal 29 Mei 2022. 
  9. ^ "Awas Serangan Serangga Tomcat Mengintai". Viva News.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-26. Diakses tanggal 20 Maret 2012. 
  10. ^ a b c Permana, Rizky Wahyu (25 Juni 2019). "Begini Cara Efektif Hadapi Semut Charlie atau Tomcat". Merdeka.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 Juni 2022. Diakses tanggal 1 Juni 2022. 
  11. ^ Korban Tomcat Capai 48 Orang. Surat Kabar Jawa Pos Metropolis. Dicetak pada 20 Maret 2012
  12. ^ a b "Waspada Serangga Tomcat Mematikan". Surat Kabar Tribun News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 Desember 2017. Diakses tanggal 20 Maret 2012. 
  13. ^ Winasa, Wayan; Hindayana, Dadan; Santoso, Sugeng (Desember 2007). "Pelepasan dan pemangsaan kumbang jelajah Paederus fuscipes (Coleoptera: Staphylinidae) terhadap telur dan larva Helicoverpa armigera (Lepidoptera: Noctuidae) pada pertanaman kedelai". Repositori Ilmiah Universitas IPB. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Juni 2018. Diakses tanggal 29 Mei 2022. 

Pranala luar